Jateng Kini Punya 2.353 Desa Mandiri Energi, Biaya Listrik Jadi Lebih Murah

Semarang, IDN Times - Wilayah Jawa Tengah saat ini telah memiliki 2.353 desa mandiri energi. Dari jumlah sebanyak itu, terdapat 2.167 desa di antaranya berstatus mandiri energi inisiatif. Kemudian, 160 desa mandiri energi berkembang dan 26 desa di antaranya mandiri mapan.
1. Bauran energi di Jateng mencapai 13,38 persen

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, pihaknya berkomitmen terus melakukan upaya dalam transisi energi baru dan terbarukan.
"Pengembangan energi terbarukan dan transisi energi di Jawa Tengah tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak non pemerintah, baik kerja sama bersama swasta maupun masyarakat," ujar Sujarwanto dalam keterangan yang didapat IDN Times, Jumat (18/11/2022).
Sampai tahun 2021, bauran energi di Jawa Tengah mencapai 13,38 persen. Menurut Sujarwanto, berbagai pemanfaatan energi terbarukan sudah terealisasi terdiri dari pembangkit listrik tenaga surya, hidro, panas bumi, sampah, serta pemanfaatan energi non-listrik seperti biodiesel, biogas, biomasa dan gas rawa (biogenic shallow gas).
2. Biaya listrik murah dan muncul lapangan kerja berkat transisi energi

Keberhasilan transisi energi akan memberikan beragam manfaat. Di antaranya biaya sistem kelistrikan yang lebih murah, diversifikasi ekonomi, pengembangan industri baru, munculnya lapangan kerja hijau, perbaikan kualitas udara, tanah, dan air, serta penurunan biaya kesehatan.
"Di Jawa Tengah sebenarnya sudah terlihat peran seluruh masyarakat dalam transisi energi secara mandiri. Hal tersebut terefleksi dari kegiatan Jelajah Energi yang dilaksanakan untuk kali kedua dalam tahun 2022," paparnya.
3. Potensi EBT perlu dimaksimalkan
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengungkapkan, di wilayahnya memiliki banyak potensi EBT yang perlu dioptimalkan. Seperti panas matahari, gas rawa, geothermal, angin dan air, yang tersebar di banyak daerah di Jateng.
“Ya, kita sudah memulai. Kita mencoba mencari kekuatan lokal dan partisipasi dari masyarakat, untuk jalan pelan-pelan meskipun kecil. Beberapa desa sudah jalan bagus, dan ini yang paling penting adalah, masyarakat bisa mandiri energi,” ujar Ganjar.
4. Komitmen Jateng kembangkan EBT sangat kuat

Terpisah, Direktur Eksekutif IESR, Febby Tumiwa mengaku pengembangan EBT tidak bisa dilakukan tanpa ada komitmen kuat pemerintah pusat dan daerah. Dan Jawa Tengah dalam kepemimpinan Ganjar Pranowo, ia menganggap berkomitmen penuh terkait hal itu.
“Komitmen Jawa Tengah dalam pengembangan EBT sangat kuat. Ini terbukti bagaimana Jateng merencanakan pembangunan energi daerahnya, dan di RPJMDnya yang konsentrasi pada EBT. Ini pelajaran penting bagi daerah lain di Indonesia dan harus dicontoh," tambahnya.
Selain itu, lanjut Febby, Jateng mengalokasikan anggaran untuk mendukung pengembangan EBT yang mana di daerah lain belum banyak yang melakukannya.
"Ini perlu kita contoh, dan harapan kami daerah lain juga mencontoh Jateng, bagaimana pengembangan EBT serta memobilisasi peran masyarakat," akunya.