Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Konferensi UNESCO: 112 Kota Pesisir Indonesia Terancam Tenggelam

Ilustrasi banjir rob. (ANTARA FOTO/Aji Styawan)
Intinya sih...
  • Ancaman tenggelamnya wilayah pesisir Indonesia menjadi sorotan utama dalam Konferensi Ilmiah LASII UNESCO di Jakarta.
  • 112 kabupaten/kota pesisir di Indonesia mengalami banjir rob akibat penurunan tanah dan kenaikan muka air laut, dengan estimasi biaya penanganan mencapai Rp1 triliun.
  • Manajemen bencana memerlukan pendekatan komprehensif, melibatkan aspek teknis dan nonteknis serta pentingnya kerjasama internasional dalam mengatasi masalah tersebut.

Semarang, IDN Times - Ancaman nyata tenggelamnya wilayah pesisir Indonesia menjadi sorotan utama dalam Konferensi Ilmiah LASII UNESCO yang digelar di Jakarta, Rabu (24/5/2024). Acara bertema Insight Best Practice of Management against Land Subsidence Disaster itu menghadirkan para ahli dari berbagai negara untuk membahas praktik terbaik penanganan bencana penurunan tanah (land subsidence) dan kenaikan muka air laut (sea level rise).

1. Dua penyebab banjir rob

Ilustrasi petugas Pantarlih menerobos banjir Rob di Kecamatan Medan Belawan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Untuk diketahui, konferensi tersebut merupakan kolaborasi antara program LASII UNESCO Annual Meeting dan Pokja Nasional Land Subsidence Indonesia, dengan Institut Teknologi Bandung sebagai penyelenggara. Para pembicara dari berbagai negara membagikan pengalaman dan strategi penanganan bencana penurunan tanah di negara masing-masing.

Ketua Panitia konferensi, Heri Andreas mengungkapkan, setidaknya ada 112 kabupaten/kota pesisir di Indonesia mengalami banjir rob akibat penurunan tanah dan kenaikan muka air laut.

"Fenomena ini telah menyebabkan kerugian material yang signifikan, dengan estimasi biaya penanganan mencapai Rp1 triliun," ujarnya.

2. Penekanan pada manajemen bencana

Desa tenggelam banjir rob di Demak. (IDN Times/Dhana Kencana)

Hasil konferensi menunjukkan, manajemen bencana yang efektif memerlukan pendekatan komprehensif, melibatkan aspek teknis dan nonteknis.

"Dari sisi nonteknis, diperlukan regulasi dan kelembagaan yang jelas untuk memastikan program dan anggaran yang tepat. Sementara dari sisi teknis, kita harus memulai dengan membangun sistem pemantauan, diagnosis masalah, dan pemetaan potensi bencana, sebelum melakukan tindakan pencegahan, mitigasi, atau adaptasi," ujarnya Andreas.

3. Bisa memunculkan solusi efektif

Banjir rob menerjang 5 kecamatan di Kabupaten Gresik. Dok BPBD Gresik

Dalam konferensi juga menekankan pentingnya kerjasama internasional dalam mengatasi masalah penurunan tanah dan kenaikan muka air laut. Dengan berbagi pengalaman dan praktik terbaik, diharapkan negara-negara yang menghadapi masalah serupa dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif.

"Mengingat dampak serius dari bencana ini, kita harus bersama-sama menyikapinya dengan lebih serius dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi risiko bencana," tegas Andreas, seraya mengajak semua pihak untuk mengimplementasikan rekomendasi dari konferensi tersebut.

Konferensi itu, imbuh Andreas, menjadi langkah penting dalam upaya Indonesia dan komunitas internasional untuk mengatasi ancaman penurunan tanah dan kenaikan muka air laut. Dengan kolaborasi antara para ahli, pemerintah, dan masyarakat, diharapkan solusi yang lebih efektif dapat ditemukan untuk melindungi wilayah pesisir yang terancam.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us