Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Makna Bleketepe di Pernikahan Kaesang Erina, Tradisi Kerajaan Mataram!

Presiden Jokowi memasang 'bleketepe'. (IDN Times/Larasati Rey)

Surakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo Jumat melakukan prosesi pemasangan bleketepe jelang pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono.

Pemasangan Bleketepe dilangsungkan di kediaman Sumber, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Jumat (9/12/2022) pagi.

1. Membuang kotoran dan menolak bala

Presiden Jokowi memasang 'bleketepe'. (IDN Times/Larasati Rey)

Pemasangan Bleketepe merupakan salah satu rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa. Bleketepe sendiri berasal dari kata 'bale katapi', yang artinya membuang berbagai kotoran atau hal-hal yang dianggap tidak suci dan menolak bala.

Pemasangan bleketepe ini dilakukan oleh orang tua pengantin saat pemasangan tarub atau tenda untuk pesta pernikahan.

Pemasangan bleketepe umumnya juga dilakukan oleh orang tua atau ayah pengantin wanita sebelum prosesi siraman dimulai.

Pemasangan bleketepe artinya adalah orang tua pengantin yang mengajak pasangan pengantin untuk menyucikan diri.

2. Bleketepe dibuat dari daun kelapa hijau atau janur

Presiden Jokowi memasang bleketepe. (IDN Times/Larasati Rey)

Bleketepe dibuat dari daun kelapa yang masih hijau atau janur dengan ukuran 50x200 cm. Janur yang digunakan dalam bleketepe memiliki makna, yaitu sebuah cahaya yang melambangkan cita-cita yang tinggi.

Bleketepe dipasang mengelilingi area prosesi pernikahan dan merupakan simbol penyucian lokasi pernikahan.

Pemasangan bleketepe mempunyai filosofi untuk menyucikan lokasi pernikahan dan menolak bala. Pemasangan bleketepe juga dengan harapan agar pernikahan berjalan lancar, aman, dan terhindar dari berbagai hal jahat.

3. Tradisi peninggalan dari Ki Ageng Tarub, leluhur Raja Mataram

thebridedept.com

Pemasangan Bleketepe jelang pernikahan merupakan tradisi peninggalan dari Ki Ageng Tarub, yang merupakan leluhur raja-raja Mataram.

Konon Ki Ageng Tarub saat itu menikahkan putrinya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng Tarub kemudian membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan karena rumah Ki Ageng yang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang di luar rumah diteduhi dengan daun kelapa itu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us