Padam Setelah 6 Hari, Korban Tewas Sumur Minyak di Blora Jadi Empat Orang

- Api baru padam setelah 6 hari, menyebabkan luka mendalam bagi keluarga korban
- Ratusan warga mengungsi akibat kebakaran, pemerintah dan relawan siapkan bantuan logistik dan layanan kesehatan darurat
- Polisi periksa 18 saksi dari berbagai unsur untuk menemukan penyebab pasti kebakaran, akan menindak tegas pelaku ilegal pengeboran minyak
Blora, IDN Times – Tragedi kebakaran sumur minyak ilegal di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, masih menyisakan duka. Jumlah korban meninggal bertambah menjadi empat orang setelah salah satu korban luka bakar, Yeti (30), mengembuskan napas terakhir usai menjalani perawatan intensif di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
“Semalam saya dapat kabar bahwa korban luka atas nama Yeti meninggal dunia. Beliau sebelumnya mengalami luka bakar serius dan dirawat intensif di RS Sardjito,” kata Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Blora, Agung Triyono, Sabtu (23/8/2025).
Dengan demikian, daftar korban tewas dalam peristiwa tersebut adalah Tanek (60), Sureni (52), Wasini (50), dan Yeti (30).
1. Ada korban balita

Peristiwa tersebut juga menyisakan luka mendalam bagi keluarga korban. Seorang balita berusia dua tahun berinisial AD, anak dari almarhumah Yeti, masih menjalani perawatan intensif di RSUP Dr. Sardjito.
“AD masih dalam perawatan intensif, mudah-mudahan segera ada perkembangan baik,” imbuh Agung.
2. Api baru padam setelah 6 hari

Seperti diketahui, kebakaran yang terjadi pada Minggu (17/8/2025) itu sempat sulit dikendalikan. Semburan api dari sumur minyak ilegal terus membesar akibat tekanan gas yang tinggi. Setelah enam hari upaya tanpa henti, api akhirnya berhasil dipadamkan pada Sabtu (23/8/2025) pukul 18.35 WIB.
“Alhamdulillah, api sudah berhasil dipadamkan. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat,” ungkap Agung.
Pemadaman melibatkan belasan mobil tangki suplai air, peralatan khusus dari Pertamina, serta dukungan dari TNI-Polri, BPBD, pemadam kebakaran, dan relawan. Titik semburan ditutup dengan material khusus untuk mencegah api kembali muncul.
3. Dampak meluas, ratusan warga mengungsi

Selain menelan korban jiwa, kebakaran itu berdampak besar bagi warga sekitar. Sedikitnya 300 kepala keluarga atau sekitar 750 jiwa harus mengungsi ke posko darurat yang didirikan pemerintah bersama relawan.
“Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, baik untuk penanganan kebakaran maupun kebutuhan para pengungsi. Bantuan logistik, dapur umum, hingga layanan kesehatan darurat sudah kami siapkan,” jelas Agung.
Hingga kini, penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan. Polisi telah memeriksa setidaknya 18 orang saksi dari berbagai unsur.
“Kami periksa pekerja di lokasi, terduga pemilik lahan, terduga penyandang dana, pihak Pertamina, hingga keluarga korban. Rencananya kami juga akan melibatkan ahli pidana dan ahli dari Pertamina,” kata Kasi Humas Polres Blora, AKP Gembong Widodo dilansir Antara.
Polisi menegaskan akan menindak tegas pihak-pihak yang terbukti bertanggung jawab.
“Selain berbahaya, aktivitas pengeboran minyak tanpa izin ini jelas melanggar hukum dan merugikan masyarakat serta negara,” tegas Gembong.