Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Romo Didik mengundang Prof Rhenald Kasali dan anggota BPIP Romo Haryatmoko. (IDN Times/Dok Gereja Bongsari Semarang)

Intinya sih...

  • Romo Didik mengundang Prof Rhenald Kasali dan anggota BPIP Romo Haryatmoko sebagai tamu agung dalam perayaan HUT Paroki Bongsari.
  • Perayaan tersebut diwarnai dengan talkshow untuk merenung dan belajar bersama tokoh-tokoh hebat, menyoroti global resetting dunia saat ini.
  • Gereja perlu memperbarui mindset, aksi, kreativitas, bersedia belajar, berani mengambil peluang, memperhatikan kesehatan, menciptakan interaksi positif, dan mendorong umatnya untuk belajar kembali.

Semarang, IDN Times - Kemeriahan ulang tahun ke-57 Paroki Bongsari Semarang tahun ini agak lain dari biasanya. Musababnya, Pastor Gereja Santa Theresia Bongsari, Romo Eduardus Didik Cahyono kali ini sengaja mengundang Prof Rhenald Kasali dan anggota BPIP Romo Haryatmoko sebagai tamu agung. 

Perayaan HUT Paroki Bongsari di Ballroom Grha Argya Gedung Pelayanan Pastoral Gereja Bongsari kian hangat lantaran menyatir tema yang diangkat Romo JB Rudi Hardana Pr, Vikaris Episkopal Kevikepan Semarang soal gereja perlu rendah hati. 

1. Perayaan ulang tahun Paroki Bongsari ajak umat merenung

ilustrasi Misa Natal di Gereja (Freepik.com)

Menurut Romo Rudi, gereja perlu memahami perubahan situasi yang cepat seperti saat ini.

"Saya mengapresiasi acara talkshow dalam rangka ulang tahun Paroki Bongsari. Biasanya ulang tahun paroki ditandai dengan tiup lilin dan pemotongan kue. Namun, kali ini kita diajak untuk berpikir, merenung dan belajar sesuatu yang bermakna bersama tokoh-tokoh hebat, narasumber yang kompeten," kata Romo Rudi. 

2. Dunia dihadapkan pada algoritma data

Romo Didik, Pastor Gereja Bongsari senang dengan gegap gempita perayaan parokinya karena seperti mendapat anugerah yang luar biasa. 

Prof Rhenald Kasali, Founder Rumah Perubahan, menyoroti bahwa dunia saat ini sedang mengalami global resetting atau dunia yang sedang ditata ulang kembali. 

Ia bilang terdapat beberapa hal yang menandainya. Yaitu new narrative atau ideologi, algoritma dan data, national interest, job disruption. 

"Berhadapan dengan dunia yang resetting, maka kita perlu untuk memperbarui mindset, aksi, kreativitas, bersedia belajar, berani mengabil peluang, memperhatikan kesehatan dan melakukan perubahan diri. Gereja perlu meninggalkan zona nyaman dan berubah. Ada beberapa hal yang bisa diupayakan oleh gereja," kata Rhenald. 

3. Gereja perlu perhatikan moralitas dan kaum papa

Gereja Katolik Stasi Santo Paulus Paroki Santo Padrepio Helvetia menggelar misa requiem untuk Paus Fransiskus, Jumat (25/4/2025) malam. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Bagi kalangan gereja Katolik setidaknya perlu menciptakan interaksi yang positif. Gereja Katolik perlu terbuka dengan pribadi dan komunitas mana saja.

Gereja perlu mendorong seluruh umatnya agar bersedia membangun kebiasaan belajar kembali. 

Anggota BPIP, Romo Haryatmoko SJ mengingatkan gerak inovasi yang dilakukan gereja menanggapi perubahan dan tantangan zaman perlu berakar dalam iman. Salah satunya Gereja perlu terus-menerus memperhatikan gerak roh, berdiskresi, mengikuti bimbingan roh kudus. 

"Di tengah segala kemajuannya, Gereja juga memperhatikan moralitas, memperhatikan orang miskin, mendengarkan orang muda serta berjalan bersama," akunya. 

4. Umat Katolik mestinya berani tampil beda

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng menyerahkan Surat Keputusan (SK) Pengangkatan kepada 301 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) hasil seleksi tahun 2024. (dok. Pemkot Semarang)

Walikota Semarang, Agustina Wilujeng juga bilang bahwa umat Katolik semestinya berani menjadi sosok yang beda. Sosok yang berani menunjukkan kualitas terbaiknya sehingga tampak berbeda dan menonjol dibanding yang lain. 

"Dengan demikian, kehadirannya akan menjadi sosok yang diperhitungkan oleh masyarakat," tandasnya. 

Editorial Team