Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Revolusi Hijau 2.0: Benih Bioteknologi Jalan Baru Atasi Krisis Pangan

Pengembangan lahan pertanian di Papua Selatan, khususnya kabupaten Merauke. (dok. Kementan)
Intinya sih...
  • Indonesia mengarahkan pandangannya pada solusi inovatif di sektor pertanian untuk menghadapi ancaman krisis pangan global.
  • BULOG mencatat penurunan produksi beras nasional sebesar 17,74 persen, mendorong urgensi pemanfaatan teknologi dalam pertanian.
  • Potensi besar benih PRG sebagai solusi ketahanan pangan nasional, namun pengembangan benih unggul masih tertinggal dibanding negara lain.

Semarang, IDN Times - Dalam menghadapi ancaman krisis pangan Global, Indonesia kini mengarahkan pandangannya pada solusi inovatif di sektor pertanian. Sarasehan "Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern" yang digelar di Jakarta (31/7/2024) oleh Kementerian Pertanian bersama CropLife Indonesia (CLID) menjadi bukti nyata keseriusan pemerintah dalam mengeksplorasi potensi bioteknologi untuk ketahanan pangan nasional.

1. Urgensi pemanfaatan teknologi

Direktur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Data BULOG menunjukkan, penurunan produksi beras nasional sebesar 17,74 persen dari Januari--April 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka itu menjadi alarm bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah strategis.

Direktur Utama BULOG, Bayu Krisnamurthi menegarkan arti penting dari urgensi pemanfaatan teknologi dalam pertanian.

"Tanpa pemanfaatan teknologi, kami memproyeksikan di tahun 2050 jumlah produksi beras akan turun hingga 20 persen, namun harga akan naik hingga 20 persen," ujarnya.

2. Masih ada kendala di lapangan

Beras impor dari Vietnam dan Thailand penuhi kebutuan di Kalbar. (IDN Times/Teri).

Senada dengan BULOG, Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga melihat potensi besar dari benih PRG (Produk Rekayasa Genetika).

Direktur Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Bapanas Yusra Egayanti mengaku, dengan populasi penduduk Indonesia yang diprediksi akan mencapai 324 juta jiwa pada tahun 2045, salah satu solusi yang tepat adalah pemanfaatan benih PRG di sektor pertanian Indonesia.

Meski demikian, pengembangan benih unggul di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain.

Direktur Eksekutif CropLife Indonesia, Agung Kurniawan mengungkapkan, proses perizinan hingga komersialisasi benih PRG di Indonesia rata-rata memakan waktu sekitar 15 tahun.

"Regulasi yang ketat masih jadi kendala utama para peneliti di lapangan," jelasnya.

3. Optimalisasi hasil pertanian

Unsplash/Angkhan

Di sisi lain, Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian, Leli Nuryati mengungkapkan, pihaknya selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian yang sangat ketat dalam pelepasan varietas tanaman PRG.

"Tugas kita adalah memastikan proses pelepasan yang sesuai aturan dan prosedur, serta meminimalisir produk palsu yang merugikan petani juga masyarakat," ucapnya.

Sementara itu, Biotechnology and Seed Manager CropLife Indonesia, Agustine Christela Melviana menambahkan ihwal potensi benih bioteknologi dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Ia menyebutkan, dengan pemanfaatan benih bioteknologi tersebut, potensi kehilangan hasil pertanian bisa ditekan hingga 10 persen, yang berarti akan ada peningkatan produksi panen yang signifikan bagi petani di lahan terbatas.

4. Kunci untuk ketahanan pangan

Petani, mahasiswa, dan TNI mengembangkan lahan pertanian di Papua Selatan, Merauke. (dok. Kementan)

Melihat keberhasilan negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Filipina yang telah mengadopsi bioteknologi dan mengalami peningkatan produksi pertanian hingga 30 persen, lanjut Agustine, Indonesia kini berada di persimpangan penting.

Keputusan untuk mengakselerasi implementasi benih bioteknologi bisa menjadi kunci dalam membangun ketahanan pangan nasional di tengah berbagai tantangan Global yang makin kompleks.

Menurutnya, dengan kolaborasi strategis antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta, Indonesia berpotensi tidak hanya mengatasi ancaman krisis pangan, tetapi juga menjadi pionir dalam revolusi pertanian modern di kawasan Asia Tenggara.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us