Dari pantauan IDN Times di lapangan, Senin (2/12) siang, kondisi permukaan air sungai tidak separah pada Selasa (26/11) lalu. Dimana saat ini, warna hijau kekuningan lebih mendominasi anak Sungai Cacaban ini. Hampir di sepanjang aliran sungai sudah berubah warna.
Hal ini terjadi, karena pada akhir pekan kemarin terjadi hujan yang cukup lama di hulu sungai, tepatnya di kawasan lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal. Selama hampir setengah hari hujan dengan intensitas sedang terjadi di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa.
Menurut warga, perubahan warna air sungai mulai terjadi Jumat (29/11) pagi. Hal ini dikarenakan pembuangan limbah ke sungai untuk sementara berhenti, setelah kasus pencemaran sungai mencuat dan tim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat melakukan sidak.
“Sejak ramai-ramai kemarin, pabrik yang ada di seberang sungai tidak beroperasi. Akhir pekan kemarin juga hujan, jadi air sungainya kembali normal lagi. Tapi, baunya masih terasa sedikit,” terang Waryono warga setempat.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Desa Maribaya, Adi Wijaya saat dihubungi melalui telepon selulernya. Dia menyebut, sudah ada perubahan warna air sungai akibat adanya curah hujan di daerah Selatan. Namun demikian, pihaknya masih menunggu laporan masyarakat terkait adanya pencemaran.
“Saya masih menunggu laporan warga yang mengeluhkan pencemaran. Baik bau yang ditimbulkan, maupun warna air. Sejauh ini warga hanya mengeluhkan baunya saja,” terangnya.
Laporan yang dilayangkan tersebut, sambung Adi, nantinya akan menjadi bahan pertimbangan pihak Desa untuk memanggil pemilik pabrik. Sebab, dari sembilan rukun tangga yang ada di Desa Maribaya merasakan bau tidak sedap.
Namun demikian DLH Kabupaten Tegal tetap melakukan uji laboratorium terhadap sampel air Sungai Maribaya yang diambil pada saat kondisi air sungai berwarna merah muda dan menimbulkan aroma tak sedap. Diketahui, terdapat lima sampling yang akan diverifikasi dan validasi tim laboratorium.
Dugaan sementara, kondisi air sungai cacaban yang berubah menjadi merah muda disebabkan beberapa faktor, yakni akibat pencemaran limbah pabrik, limbah domestik atau rumah tangga serta terjadinya ledakan populasi ganggang merah.