AS Jadi Tujuan Utama Ekspor di Jateng, Segini Nilai Transaksinya

- Kebijakan tarif resiprokal AS akan berdampak pada ekspor Jawa Tengah, karena AS adalah negara tujuan utama ekspor.
- AS, Jepang, dan Tiongkok adalah tiga negara tujuan ekspor terbesar di Jateng dengan kontribusi sebesar 59,71 persen selama Januari-Februari 2025.
- Ekspor nonmigas ke AS dari Jateng naik 8,55 juta Dolar AS atau 1,93 persen. Peningkatan terbesar terjadi pada komoditas barang dari kulit samak naik 12,75 juta Dolar AS atau 18,39 persen.
Semarang, IDN Times - Kebijakan tarif resiprokal yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump akan berdampak pada aktivitas ekspor di Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan AS merupakan negara tujuan utama ekspor dari Jateng.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat AS merupakan satu dari tiga negara tujuan ekspor nonmigas terbesar pada bulan Februari 2025. Adapun, nilai transaksi ekspor ke Negara Paman Sam tersebut mencapai 451,07 Dolar AS.
1. Nilai transaksi ekspor ke AS sebesar 451,07 juta Dolar AS

Kepala BPS Jawa Tengah, Endang Tri Wahyuningsih mengatakan, tiga negara tujuan ekspor terbesar di Jateng adalah AS, Jepang dan Tiongkok.
‘’Nilai transaksi ekspor dari Jateng ke AS sebesar 451,07 juta Dolar AS, disusul Jepang 84,11 juta Dolar AS dan Tiongkok 42,71 juta Dolar AS. Kontribusi ketiganya sebesar 59,71 persen selama Januari-Februari 2025,’’ ungkapnya saat dikonfirmasi, Sabtu (5/3/2025).
Ekspor nonmigas pada bulan Februari 2025 juga mengalami peningkatan dibandingkan Januari 2025. Bahkan, ekspor ke AS dari Jateng juga naik 8,55 juta Dolar AS atau 1,93 persen.
Endang menjelaskan, peningkatan terbesar nilai ekspor nonmigas pada Februari 2025 terhadap Januari 2025 pada sepuluh komoditas utama terjadi pada komoditas barang dari kulit samak naik 12,75 juta Dolar AS atau 18,39 persen.
2. Ekspor pakaian dan aksesoris ke AS alami peningkatan

‘’Komoditas ini memberikan peran terhadap total ekspor nonmigas sebesar 7,84 persen pada Januari–Februari 2025,’’ ujarnya.
Sedangkan, komoditas lain yang juga mengalami peningkatan adalah pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan) naik sebesar 7,89 juta Dolar AS (4,15 persen), kayu dan barang dari kayu naik sebesar 6,98 juta Dolar AS (8,80 persen), perabotan, lampu, dan alat penerangan naik sebesar 6,33 juta Dolar AS atau 8,61 persen.
Sementara, ekspor Jateng pada bulan Februari 2025 naik 5,35 persen dibanding ekspor pada Januari 2025, yaitu dari 965,33 juta Dolar AS menjadi 1.016,98 juta Dolar AS. Begitu pula jika dibandingkan dengan ekspor Februari 2024 naik sebesar 10,25 persen. Peningkatan ekspor pada Februari 2025 dibanding ekspor pada Januari 2025 disebabkan oleh naiknya ekspor migas dan nonmigas.
3. Industri garmen mencari pasar baru

Terpisah, General Manager PT Sandang Asia Maju Abadi, Dedi Mulyadi mengakui, pangsa pasar terbesar produk pakaian berbahan denim dari perusahaannya adalah AS.
‘’Ekspor pakaian jadi yang kami produksi paling besar ke AS dengan pangsa besar 60 persen ke AS, disusul 30 persen ke Eropa, dan 10 persen ke Asia, Australia, dan Timur Tengah. Sehingga, dengan adanya kebijakan tarif Trump ini menjadi tidak mudah dan kendala bagi operasional,’’ katanya.
Adapun, lanjut dia, untuk solusi pihaknya juga mulai berpikir untuk mencari pasar baru agar tidak terpengaruh oleh kebijakan Presiden Trump.
‘’Mungkin kami akan memperluas pasar ke negara-negara di Eropa. Meskipun, di sana juga ada kendala terkait peraturan dan isu lingkungan yang sangat ketat, tapi kami bisa menyasar negara-negara sekitar Spanyol agar tidak berat dengan regulasi lingkungan dan ekonomi di sana,’’ tandasnya.