Diduga Picu Longsor, Aktivitas Tambang Darmakeradenan Diprotes Warga

- Warga nilai risiko lingkungan kian meningkatKetua RW 01 Desa Darmakeradenan, Muhammad David Maulana, menyebut kondisi lingkungan pasca-aktivitas tambang membuat warga hidup dalam bayang-bayang bencana susulan, terutama saat hujan turun.
- Disebut bencana alam, warga tidak sepakatPihak PT Star Semen Bima menyebut longsor sebagai bencana alam. Warga menilai klaim tersebut mengabaikan faktor aktivitas penambangan yang berlangsung di sekitar lokasi kejadian.
- Respon perusahaan penambanganIDN Times telah mencoba mengonfirmasi PT Star Semen Bima terkait tuntutan warga dan dugaan dampak lingkungan akibat aktiv
Banyumas, IDN Times - Kekhawatiran terhadap kerusakan lingkungan mendorong warga Desa Darmakeradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, turun ke jalan. Setelah rangkaian mediasi, Jumat (18/12/2025) tak kunjung membuahkan hasil.
Protes warga dengan memasang banner tuntutan agar PT Star Semen Bima bertanggung jawab atas longsor yang mereka duga kuat dipicu aktivitas penambangan batu di wilayah tersebut.
Bagi warga, perubahan kontur tanah, aktivitas alat berat, serta pengikisan lereng dinilai telah meningkatkan risiko bencana di kawasan yang kini dihuni ratusan kepala keluarga. Dampaknya, sedikitnya tiga rumah warga rusak parah dan puluhan rumah lain berada dalam ancaman.
1. Warga nilai risiko lingkungan kian meningkat

Ketua RW 01 Desa Darmakeradenan, Muhammad David Maulana, menyebut kondisi lingkungan pasca-aktivitas tambang membuat warga hidup dalam bayang-bayang bencana susulan, terutama saat hujan turun.
"Kalau hujan deras, warga selalu was-was. Lereng sudah berubah, tanah jadi labil. Ini bukan sekadar soal rumah rusak, tapi soal keselamatan lingkungan dan nyawa warga,"ujarnya.
Menurut David, dalam setiap mediasi, warga selalu menekankan pentingnya tanggung jawab perusahaan terhadap dampak ekologis. Namun, perbedaan pandangan soal penyebab longsor membuat kesepakatan tak pernah tercapai.
2. Disebut bencana alam, warga tidak sepakat

Dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, pihak PT Star Semen Bima menyebut longsor sebagai bencana alam. Warga menilai klaim tersebut mengabaikan faktor aktivitas penambangan yang berlangsung di sekitar lokasi kejadian.
"Kalau murni bencana alam, kenapa dampaknya baru terasa setelah tambang aktif? Lingkungan kami berubah drastis,"kata David.
Dampak lingkungan juga dirasakan oleh warga yang berprofesi sebagai peternak. Rahman, peternak sapi setempat, mengaku dipaksa memindahkan kandang karena dinilai terdampak aktivitas tambang. Namun, relokasi tersebut justru menimbulkan persoalan baru.
Warga menilai relokasi tanpa solusi jelas justru memindahkan masalah lingkungan ke ruang hidup masyarakat.
"Kandang sekarang dekat permukiman, limbahnya susah diatur. Ini juga soal lingkungan. Janji kompensasi sampai sekarang belum ada," tutur Rahman.
3. Respon perusahaan penambangan

IDN Times telah mencoba mengonfirmasi PT Star Semen Bima terkait tuntutan warga dan dugaan dampak lingkungan akibat aktivitas tambang. Dalam pesan singkatnya, pihak PT Star Semen Bima menyampaikan, "Baik pak, mohon waktu, nanti kami sampaikan."
Berikut pernyataan Perusahaan penambang:
Menyikapi atas adanya pemasangan spanduk oleh warga RW 01 Desa Darmakradenan, kami sampaikan bahwa
1. Benar pada hari Kamis,18 Desember 2025, warga RW 01 Desa Darmakradenan telah memasang spanduk tesebut.
2. Dapat kami sampaikan untuk penanganan bencana, dari mulai kejadian pada 26 Oktober 2025 sampai saat ini kami bersama BPBD, Pemerintah Desa, MUSPIKA telah melaksanakan tahap Tanggap Darurat Bencana sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
3. Perusahaan telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan mitigasi resiko longsor susulan dan pembersihan area, dan membantu meringankan dampak social warga dengan memberikan bantuan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, santunan, dan menyediakan tempat tinggal sementara yang masih berlangsung sampai saat ini.
4. Kami dapat memahami bahwa pemasangan spanduk tersebut sebagai bentuk ekspresi warga, karena proses musyawarah antara 3 orang warga terdampak dengan team yang ditunjuk perusahaan masih berlangsung, kami berharap proses Musyawarah tersebut dapat segera mencapai kesepakatan.
Sementara itu, warga menegaskan akan terus menyuarakan protes jika tidak ada langkah konkret untuk memulihkan lingkungan dan menjamin keselamatan mereka dari ancaman bencana susulan.


















