Alasan Pedagang di Semarang Jual Cabai Jelek Jelang Natal Tahun Baru

- Pedagang di Semarang menggunakan cabai kualitas menurun untuk kebutuhan usaha dengan cara menggoreng kembali sehingga tetap aman dikonsumsi.
- Disperindag Jateng menerima laporan harga dari petugas pengawas, namun belum menerima laporan resmi terkait penjualan cabai kualitas rendah di sejumlah pasar tradisional.
- Pasokan cabai berkurang karena cuaca ekstrem, dipicu faktor cuaca yang melanda sejumlah kabupaten/kota, menyebabkan lonjakan harga cabai yang sangat fantastis.
Semarang, IDN Times - Sejumlah pedagang kecil di Kota Semarang memilih menggunakan cabai dengan kualitas yang jelek untuk menyiasati lonjakan harga komoditas tersebut menjelang tutup tahun 2025.
1. Emmy: Cabai yang kualitas menurun, bukan busuk

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Tengah July Emmylia, menyatakan sebagian pelaku usaha kecil memanfaatkan cabai kualitas menurun untuk kebutuhan usaha dengan cara menggoreng kembali sehingga tetap aman dikonsumsi.
Namun ia menampik anggapan bahwa cabai yang dipakai pedagang tersebut merupakan jenis yang sudah membusuk.
"Jadi ada pedagang yang kadang menggunakan cabai yang kualitasnya sudah menurun, bukan busuk," akunya, Jumat (12/12/2025).
2. Disperindag Jateng terima laporan harga dari petugas pengawas

Sementara ini Emmy belum menerima laporan resmi terkait penjualan cabai kualitas rendah di sejumlah pasar tradisional.
Ia hanya sebatas menerima laporan dari Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP).
Laporan yang diterimanya masih perkiraan lonjakan harga cabai dan komoditas bahan pokok lainnya yang bergerak fluktuatif menjelang momen libur panjang Natal dan tahun baru.
Data-data laporan yang ia terima, katanya berasal dari pengawas harga kabupaten/kota.
“Pasar ini kan milik kabupaten/kota. Kami justru tahunya dari SP2KP yang diinput petugas pengawas harga di daerah,” kata Emmy.
3. Pasokan cabai berkurang karena cuaca ekstrem

Dari laporan petugas pengawas harga tiap kabupaten/kota, Emmy mengklaim lonjakan harga cabai yang sangat fantastis dipengaruhi ketersediaan barangnya yang berkurang.
Pasokan cabai yang berkurang ini, ia berkata dipicu faktor cuaca yang melanda sejumlah kabupaten/kota. Tetapi dari pantauan terbaru pihaknya menemukan harga cabai sudah berkisar Rp60 ribu per kilogram.
“Jadi ini kan lagi musim hujan, produksinya menurun. Tapi kemarin itu tertinggi Rp70.000, sekarang sudah berangsur turun menjadi Rp60.000 per kilogram,” terangnya.
4. Akan tegur tim pemantau kalau muncul disparitas tinggi

Lebih lanjut, Emmy berkata kini terus memantau stok dan harga cabai serta bahan pokok lainnya. Langkah ini guna menjaga stabilitas pasokan dan melindungi konsumen.
Untuk menekan harga, ia bakal mengandalkan aplikasi Sejagat atau sistem pemantauan ketersediaan stok dan disparitas harga bahan pokok. Melalui aplikasi itu, petugas dapat memantau kondisi pasar secara real-time.
“Ketika terjadi disparitas tinggi, kami tegur kontributornya untuk cek di lapangan. Kalau memang karena ketersediaan berkurang, kami akan intervensi. Itu terus kami lakukan dengan mengecek lewat Sejagat,” ungkap Emmy.
















