Aplikasi Tanpa Sinyal dan Server, Buah Kreativitas Maman, Siswa Tak Perlu Mengungsi Saat Belajar Daring 

Tanamkan kejujuran ke siswa meski ujian secara daring

Pekalongan, IDN Times - Pandemik COVID-19 berdampak pada sejumlah sektor salah satunya pendidikan. Kondisi ini menjadi tantangan dan mendorong masyarakat berubah serta beradaptasi dengan kebiasaan baru, seperti pembelajaran siswa harus berpindah dari sekolah ke rumah secara daring.

Namun, tidak semudah itu menerapkan pembelajaran daring di rumah saat pandemik. Melansir katadata.co.id, hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kepada 2.201 responden di pertengahan tahun 2020, sebanyak 92 persen peserta didik mengalami banyak masalah saat mengikuti pembelajaran daring selama pandemik.

Mereka juga menghadapi sejumlah tantangan ketika belajar dari rumah. Berdasarkan survei ‘Rencana Kembali ke Sekolah di Masa COVID-19’ yang diselenggarakan U-Report Indonesia kepada 3.839 responden, sebanyak 38 persen merasa kurang bimbingan dari guru. Selanjutnya, tantangan lain 35 persen siswa tidak bisa mengakses internet secara lancar. Lalu, 7 persen tidak mempunyai gawai yang memadai, 4 persen tidak bisa mengakses aplikasi belajar online, 3 persen kurang pendampingan orang tua dan 13 persen lain-lain.

Berbagai kendala itu juga dialami oleh sekolah dan siswa di daerah, salah satunya di SMK Gondang Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

Siswa SMK Gondang Pekalongan terkendala sinyal internet saat pembelajaran daring

Aplikasi Tanpa Sinyal dan Server, Buah Kreativitas Maman, Siswa Tak Perlu Mengungsi Saat Belajar Daring Aplikasi tanpa sinyal dan tanpa server buatan guru SMK Gondang, Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan dimanfaatkan siswa untuk ujian secara daring. (dok. pribadi/Maman Sulaeman)

Riyatni, siswa kelas 11 jurusan akuntansi SMK Gondang harus mengungsi ke rumah saudaranya yang berjarak 10 kilometer dari rumahnya di Desa Wonorejo, Kecamatan Wonopringgo. Hal itu ia lakukan demi mengikuti pembelajaran dan ujian sekolah secara daring.

Ia tidak dapat belajar dari rumah karena tidak bisa mengakses internet secara lancar. Penyebabnya, sejak ada bangunan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang berada tepat 200 meter dari tempat tinggalnya sinyal atau jaringan internet dari gawai miliknya selalu di posisi H+.

‘’Selama pandemik pembelajaran dan ujian yang semula di sekolah berubah menjadi secara online. Namun, ada kendala besar yang saya alami, yakni sinyal internet yang buruk di rumah saya. Ini karena terhalang bangunan SUTET di dekat rumah,’’ ungkapnya kepada IDN Times, Selasa (28/12/2021).

Gadis berusia 17 tahun itu kemudian menceritakan hambatan tersebut kepada pihak sekolah. Ternyata, tidak ia saja yang mengalami kesulitan selama belajar dari rumah saat pandemik. Hingga akhirnya pada pertengahan tahun 2020 lalu, SMK Gondang mengenalkan aplikasi pembelajaran dan ujian daring dengan mode darurat kepada siswa yang terkendala sinyal internet.

Baca Juga: Pesan Nenek pada Milenial untuk Cegah Kekerasan Seksual, Yuk Jaga Kesehatan Reproduksi

Maman Sulaeman kembangkan aplikasi mode darurat untuk penilaian belajar

Aplikasi Tanpa Sinyal dan Server, Buah Kreativitas Maman, Siswa Tak Perlu Mengungsi Saat Belajar Daring Guru SMK Gondang, Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Maman Sulaeman membagikan aplikasi TMFCBT for AKM kepada siswa untuk ujian sekolah di tengah pandemik COVID-19. (dok. pribadi/Maman Sulaeman)

Aplikasi ini buatan Maman Sulaeman, Guru SMK Gondang. Pengajar mata pelajaran Teknik Komputer itu membuat sebuah aplikasi untuk memudahkan siswa belajar dan mengikuti ujian sekolah secara daring.

Aplikasi itu bernama TCExam Mobile Friendly Computers Based Test untuk Asesmen Kompetensi Minimum (TMFCBT for AKM ). Maman sudah mengembangkan aplikasi tersebut sejak tahun 2016. Semula aplikasi yang bernama TCExam ini hanya berfungsi untuk ujian berbasis komputer. Namun, pada pertengahan tahun 2020 lalu di tengah pandemik COVID-19 Maman memodifikasi dan memperbarui agar bisa dimanfaatkan untuk ujian semester sekolah melalui gawai peserta didik.

‘’Aplikasi mode darurat ini sangat membantu peserta ujian seperti saya yang terkendala sinyal internet. Untuk mengakses aplikasi tersebut, kami tinggal meminta kepada panitia ujian di sekolah melalui pesan WhatsApp. Kemudian, panitia ujian mengirimkan soal ujian dan untuk mengakses juga tidak sulit, tinggal memasukkan password dan token. Selanjutnya, saya bisa mengerjakan soal-soal ujian tersebut dari rumah dengan lancar tanpa terkendala sinyal internet,’’ jelas Riyatni.

Sudah empat kali ujian ia memanfaatkan aplikasi mode darurat baik itu ujian tengah atau akhir semester. Semua berjalan lancar tanpa terkendala sinyal dan pendampingan guru.

‘’Sebab, meski tidak diawasi guru, dengan aplikasi mode darurat tanpa modal pulsa data internet ini ujian tetap tertib dan menjunjung kejujuran. Setiap ujian kami diberi waktu sekitar 1,5 jam, tergantung mata pelajarannya. Jika waktu habis kami tidak bisa mengulang pertanyaan sebelumnya," ujarnya.

Sebagai pengembang aplikasi mode darurat tanpa sinyal dan server itu Maman terus menampung masalah dan kendala yang dialami siswa dan sekolah selama pembelajaran daring di masa pandemik. Apalagi, saat memasuki proses penilaian belajar. Sebagian siswa tidak bisa mengikuti ujian tengah semester atau ujian akhir semester secara daring karena ada kendala sinyal internet.

‘’Saya gelisah karena selama pandemik dan pembelajaran daring banyak kendala yang dihadapi siswa dan sekolah. Ada siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran karena tidak mampu membeli kuota data internet, ada yang terkendala sinyal karena rumahnya di daerah pegunungan atau dekat dengan bangunan SUTET. Belum lagi server di sekolah juga memiliki kemampuan terbatas, sehingga tidak bisa menampilkan soal dengan baik,’’ ungkap pria kelahiran Pekalongan, 7 Juni 1986 itu.

Sementara, lanjut dia, bantuan kuota data internet dari pemerintah kepada siswa juga tidak bisa menjawab masalah tersebut. Kuota dan layanan data internet yang diberikan sangat terbatas, sehingga siswa tetap tidak bisa mengakses aplikasi ujian yang disiapkan sekolah.

Akhirnya, saat ujian semester tahun 2020 aplikasi TMFCBT for AKM diujicobakan. Dalam pembaharuan aplikasi tersebut siswa bisa mengikuti ujian sekolah tanpa membutuhkan kuota data internet dan bisa diakses meskipun ada gangguan sinyal. Kemudian, sekolah pun juga tidak perlu mengeluarkan dana untuk menambah kapasitas server.

‘’Di sini siswa hanya butuh kuota data dan sinyal saat proses transfer soal ujian melalui aplikasi percakapan WhatsApp atau bluetooth. Setelah itu mereka bisa mengerjakan soal ujian dengan lancar tanpa sinyal atau kuota data. Hasilnya para siswa sangat puas dan sekolah juga terbantu,’’ tutur Maman kepada IDN Times, Selasa (28/12/2021).

Bagikan aplikasi mode darurat secara gratis ke sekolah lain

Aplikasi Tanpa Sinyal dan Server, Buah Kreativitas Maman, Siswa Tak Perlu Mengungsi Saat Belajar Daring Aplikasi tanpa sinyal dan tanpa server buatan guru SMK Gondang, Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan dimanfaatkan siswa untuk ujian secara daring. (dok. pribadi/Maman Sulaeman)

Selesai mengatasi permasalah pembelajaran daring di sekolah tempat ia mengabdi, suami dari Anna Rahmawati inipun dengan sukarela juga membagikan aplikasi mode darurat secara gratis ke sekolah yang mengalami permasalahan sama dan membutuhkan. Maman menyediakan link aplikasi TMFCBT for AKM di media sosial maupun grup percakapan secara terbuka dan bisa diunduh.

Hingga kini sudah 22 sekolah di Indonesia yang memanfaatkan aplikasi tersebut mulai dari Aceh, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, NTT, Kalimantan Selatan hingga Sulawesi Selatan.

‘’Saya bagikan aplikasi tanpa sinyal dan tanpa server ini kepada sekolah manapun yang membutuhkan. Saya sangat terbuka sekali jika ada sekolah yang memiliki kendala yang sama seperti SMK Gondang dan bisa sama-sama merasakan manfaat dari aplikasi TMFCBT for AKM ini,’’ kata ayah tiga anak ini.

Dari testimoni sekolah yang menggunakan, ternyata aplikasi tanpa sinyal dan tanpa server ini sangat membantu pembelajaran secara daring. Sebab, aplikasi ini bisa digunakan oleh salah satu sekolah di Kalimantan yang memiliki jurusan kelautan. Lalu ketika ujian para siswanya yang sedang magang di kapal lepas pantai bisa memanfaatkan aplikasi tersebut.

Akhirnya, tidak hanya memberikan kemudahan mengakses pendidikan di tengah pandemik, aplikasi tanpa sinyal tanpa server ini juga membantu sekolah lain. Khususnya, sekolah yang memiliki kendala dari segi infrastruktur jaringan internet dan pendukungnya.

Meski tanpa sinyal dan server proses ujian sekolah jadi lebih akuntabel

Aplikasi Tanpa Sinyal dan Server, Buah Kreativitas Maman, Siswa Tak Perlu Mengungsi Saat Belajar Daring Guru SMK Gondang, Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Maman Sulaeman menunjukkan aplikasi TMFCBT for AKM untuk pembelajaran di tengah pandemik COVID-19. (dok. pribadi/Maman Sulaeman)

Sementara, aplikasi mode darurat tanpa sinyal dan tanpa server ini tidak hanya memudahkan siswa untuk mengikuti pembelajaran secara daring. Aplikasi ini juga dapat menanamkan kejujuran kepada siswa saat melaksanakan ujian sekolah.

Ketua Panitia Ujian SMK Gondang, Arif Hermawan mengatakan, saat pandemik menyerang dan semua harus secara daring, kendala dalam pembelajaran jarak jauh tidak hanya sinyal internet tapi juga penerapan sikap jujur siswa saat mengerjakan soal ujian.

‘’Kalau ujiannya menggunakan aplikasi online umumnya, saat mengerjakan soal ujian siswa bisa browsing atau membuka buku untuk menjawab pertanyaan. Sebab, pada aplikasi yang digunakan tidak ada pembatasan waktu pengerjaan soal. Padahal, yang kami inginkan ujian benar-benar akuntabel,’’ katanya.

Melihat problematika itu Arif langsung berdiskusi dengan Maman untuk mengembangkan aplikasi yang bisa digunakan sesuai kebutuhan sekolah. Hingga akhirnya, melalui aplikasi mode darurat tersebut harapan sekolah dapat tercapai.

‘’Siswa tetap bisa mengikuti ujian sesuai yang diharapkan meski secara daring. Sebab, bagi kami karakter kejujuran posisinya di atas kompetensi. Ini karena nantinya siswa SMK begitu lulus langsung terjun ke dunia kerja. Sehingga, percuma nilai bagus tapi nggak jujur,’’ tutur guru mata pelajaran Matematika itu.

Kini aplikasi mode darurat tanpa sinyal dan tanpa server itu secara ekonomi juga membantu sekolah dan orang tua siswa. Sebab, aplikasi ini lebih murah daripada ujian menggunakan kertas. Hal ini tentu berdampak pada penarikan iuran untuk ujian sekolah ke siswa jadi lebih rendah.

‘’Saat masa pandemik seperti ini kan sekolah juga tidak mungkin menarik iuran seperti kondisi normal. Padahal, sekolah tetap butuh biaya operasional. Kemudian, bagi guru juga lebih mudah mengoreksi karena langsung keluar nilainya. Sebab, jawaban siswa diolah oleh tim IT kemudian guru diberi link untuk melihat nilai,’’ tandasnya.

Maman terpilih sebagai penerima SATU Indonesia Awards 2021

Aplikasi Tanpa Sinyal dan Server, Buah Kreativitas Maman, Siswa Tak Perlu Mengungsi Saat Belajar Daring Guru SMK Gondang, Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Maman Sulaeman (kiri atas) terpilih sebagai salah satu penerima SATU Indonesia Awards 2021 pada kategori khusus Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemik COVID-19. (YouTube/SATU Indonesia)

Dari pengalaman tersebut mendorong guru yang sudah mengabdi selama 11 tahun itu untuk mengikuti ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (Satu) Indonesia Awards(SIA) 2021 yang diselenggarakan PT Astra International Tbk. Adapun, pada pengumuman yang dilaksanakan bersamaan peringatan ke-93 tahun Hari Sumpah Pemuda, Kamis (28/10/2021) lalu, Maman terpilih sebagai salah satu penerima SIA 2021. Ia masuk dalam kategori khusus Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemik COVID-19.

‘’Melalui ajang ini saya ingin menginspirasi anak muda, khususnya para siswa di sekolah agar tidak menjadikan masalah atau kesulitan sebagai keterbatasan untuk maju. Sebagai guru saya ingin memberi contoh kepada mereka agar keterbatasan dan masalah di sekitar kita ini pasti ada jalan keluarnya. Setiap masalah pasti terlihat susah, tapi tinggal bagaimana mengikuti prosesnya dan mencari jalan keluarnya,’’ tuturnya.

Upaya itu sudah dilakukan Maman saat mengembangkan aplikasi TMFCBT for AKM. Ia ingin anak didiknya bisa dengan mudah mengakses pendidikan di tengah situasi pandemik COVID-19 dan kondisi yang penuh dengan keterbatasan.

Kini ada satu cita-cita Maman, ia ingin terus mengembangkan dan melegalkan aplikasi ini agar bisa menjadi referensi bagi Dinas Pendidikan dan digunakan di semua sekolah di seluruh Indonesia.

‘’Sebab selama ini saya mempromosikan aplikasi ini sendiri melalui media sosial atau grup percakapan. Saya ingin aplikasi ini digunakan secara bersama-sama untuk mengatasi masalah yang sama. Semoga ke depan aplikasi ini bisa menjadi alternatif standar bagi dunia pendidikan yang direkomendasikan dinas pendidikan mulai tingkat kabupaten hingga pusat,’’ tandasnya.

Sementara tahun ini melalui ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021, PT Astra International Tbk memberikan apresiasi kepada 11 anak muda Indonesia seiring dengan peringatan ke-93 tahun Hari Sumpah Pemuda.

“Pada masa penuh tantangan seperti saat ini, ternyata tidak menyurutkan semangat anak muda di seluruh Indonesia untuk terus berkarya," ujar Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro dalam sambutannya pada acara Awarding 12th SATU Indonesia Awards 2021 secara virtual, Kamis (28/10/2021).

Menurut dia, semangat para anak bangsa yang telah berkontribusi positif untuk masyarakat sekitarnya sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dan cita-cita Astra untuk Sejahtera Bersama Bangsa.

"Semoga melalui pelaksanaan SATU Indonesia Awards ke-12, semakin banyak pemuda-pemudi yang dapat menjadi inspirasi untuk semangat melaju bersama dalam memajukan bangsa,” katanya.

Para penerima apresiasi 12th SATU Indonesia Awards 2021 tingkat nasional dan provinsi merupakan peserta yang telah lolos dari serangkaian penjurian dan seleksi yang ketat terhadap 13.148 pendaftar tahun ini.

Jumlah tersebut naik 31,01 persen dari tahun sebelumnya dan angka pendaftar ini terus bertambah bila dibandingkan dengan tahun pertama pelaksanaan pada tahun 2010 yang berjumlah 120 pendaftar.

Baca Juga: Solo Murup, Gerakan Millennial Bantu Pasien COVID-19 Isoman, Keren!

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya