Membangun Masa Depan Siswa Difabel dari Ruang Kelas SLB di Kendal

Dari bekas gedung sekolah jadi ruang kelas yang layak

Kendal, IDN Times - Gedung tinggi berlantai dua dengan dinding kokoh bercat abu-abu berdiri di area satu-satunya Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Tampak baru apalagi dilengkapi dengan wastafel untuk cuci tangan di depan dan pojok kelas sebagai fasilitas penunjang protokol kesehatan COVID-19. 

1. Sejak didirikan tahun 2013 SLBM Surya Gemilang menempati gedung bekas SMP Muhammadiyah 8 Kendal

Membangun Masa Depan Siswa Difabel dari Ruang Kelas SLB di KendalSejumlah siswa SLB Surya Gemilang merapikan buku di dalam ruang kelas bantuan CSR PT Hutama Karya di Kendal, Jawa Tengah. IDN Times/Dhana Kencana

Tak terbayangkan kondisi sekolah itu sebelumnya, hanya menempati gedung bekas SMP Muhammadiyah 8 Kendal yang tak terpakai. Namun, demi memberikan bekal pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekitar Kecamatan Limbangan, SLB Muhammadiyah Surya Gemilang didirikan tepat pada tahun 2013.

Ya, upaya tersebut dilakukan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Limbangan mengingat angka ABK di kecamatan itu terbilang tinggi se-Kabupaten Kendal. Bahkan mereka banyak berasal dari kalangan menengah ke bawah.

Keberadaan SLB secara tidak langsung juga memutus mata rantai kemiskinan sekaligus meningkatkan daya saing bangsa melalui kegiatan belajar mengajar (KBM) meski dilakukan dengan fasilitas seadanya. 

2. Kondisi gedung sekolah sangat memprihatinkan dan tidak layak untuk proses pembelajaran

Membangun Masa Depan Siswa Difabel dari Ruang Kelas SLB di KendalSejumlah siswa SLB Surya Gemilang merapikan buku di dalam ruang kelas bantuan CSR PT Hutama Karya di Kendal, Jawa Tengah. IDN Times/Dhana Kencana

Kepala SLBM Surya Gemilang, Kuntjoro mengaku awal berdirinya sekolah tersebut dibangun dengan fasilitas seadanya. Yakni menempati bangunan bekas SMP Muhammadiyah 8 yang tidak dihuni lantaran kekurangan siswa. 

"Pada awal berdiri kondisi gedung sekolah sangat memprihatinkan. Sarana dan prasarana yang ada juga apa adanya seperti meja dan kursi adalah peninggalan dari SMP. Saat itu dalam satu gedung juga hanya ada enam kelas," tutur kepada IDN Times.

Seiring berjalannya waktu, awalnya jumlah siswa hanya  30 anak. Kini sudah memiliki 141 siswa mulai dari jenjang SD hingga SMA. Para siswa adalah anak-anak difabel denan berbagai hambatan. Seperti tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita dan tuna daksa.

Lambat laun, banyaknya siswa yang bersekolah terkendala fasilitas tempat belajar yang layak bagi mereka. Beruntung atas kepedulian PT Hutama Karya, memberikan bantuan CSR ruang kelas layak untuk para siswa.

"Alhamdulillah, untungnya kendala dan masalah itu ada solusinya, karena sekolah kami dapat bantuan dari PT Hutama Karya (Persero) melalui dana corporate social responsibility (CSR). Dulu hanya 6 kelas kini menjadi 12 kelas sebagaimana 8 kelas dibangun dari bantuan tersebut," ungkap pria 63 tahun itu. 

3. PT Hutama Karya (Persero) merenovasi ruang kelas SLBM Surya Gemilang

Membangun Masa Depan Siswa Difabel dari Ruang Kelas SLB di KendalSejumlah siswa SLB Surya Gemilang antre untuk cuci tangan di depan ruang kelas bantuan CSR PT Hutama Karya saat pandemik virus corona (COVID-19) di Kendal, Jawa Tengah. IDN Times/Dhana Kencana

Tepatnya tahun 2018, melalui bantuan CSR dari perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pengembang infrastruktur, Hutama Karya membongkar gedung lama bekas SMP dari 2 ruang kelas menjadi 4 ruang kelas. Bahkan sesuai rencana total akan ada 8 ruang kelas, yakni 4 ruang di lantai bawah dan 4 ruang di lantai atas. 

"Penambahan jumlah kelas ini, karena sarana atau fasilitas ruang kelas yang kami miliki sudah tidak seimbang dengan jumlah siswa saat ini," aku Kuntjoro. 

Setiap tahun, lanjut dia, jumlah siswa bertambah, tetapi sarana prasarana tidak bertambah. Padahal, idealnya sesuai pedoman Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud), untuk menunjang KBM dibutuhkan ruang kelas minimal ukuran 5x6 meter. Ruang dengan ukuran tersebut bisa untuk menampung ABK sesuai kapasitas maksimal 6 siswa. 

Salah satu siswa menyampaikan kegirangannya adanya ruang kelas layak dari bantuan dari Hutama Karya. Semangat belajar para siswa bertambah dalam menuntut ilmu.

"Senang, ruang kelasnya enak. Luas," ungkap Leli Latifa, siswa kelas 2 jenjang SMA SLBM Surya Gemilang kepada IDN Times.

Baca Juga: 10 Potret Manfaat Ruang Kelas Layak untuk Pembelajaran di SLB Kendal

4. Infrastruktur pendidikan yang layak mendorong siswa semangat belajar meskipun pada masa pandemik COVID-19

Membangun Masa Depan Siswa Difabel dari Ruang Kelas SLB di KendalSejumlah siswa SLB Surya Gemilang mengikuti kelas keterampilan tata boga di Kendal, Jawa Tengah. IDN Times/Dhana Kencana

Tampaknya kebermanfaatan ruang kelas layak tak hanya dirasakan para siswa, tetapi juga guru. Sebab pola KBM anak berkebutuhan khusus berbeda 180 derajat dibandingkan dengan anak normal biasa.

"Alhamdulillah, secara psikologi anak berpengaruh. Anak bersemangat belajar, senang bermain, tempatnya luas. Bagi kami (guru) juga terbantu. Dalam menangani mereka bisa lebih leluasa dan mudah mengontrolnya. Karena yang kami pegang ini adalah anak berkebutuhan khusus, yang berbeda penanganannya dengan anak normal," papar Ria Yuliastuti, salah satu guru yang juga wali kelas 4 jenjang SD sekolah tersebut.

Penyediaan infrastruktur pendidikan seperti ruang kelas yang layak bagi ABK di SLBM Surya Gemilang sangat bermanfaat dan menunjang pembelajaran, terlebih pada masa pandemik COVID-19. Hal tersebut dikarenakan SLB tidak bisa menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui daring secara maksimal kepada para siswa. 

Kuntjoro kembali menjelaskan, apabila selama PJJ para pengajar melakukan home visit ke rumah siswa secara bergantian untuk menyampaikan materi pembelajaran. Upaya tersebut dilakukan karena sejumlah kendala yang dialami. Seperti hambatan bagi siswa difabel dalam menerima pelajaran jika dilaksanakan secara daring karena tidak semua orangtua atau siswa mempunyai gawai untuk belajar online di rumah. Ditambah, geografis lokasi yang jauh dan pelosok sehingga tidak adanya sinyal telekomunikasi atau internet, serta kondisi sosial ekonomi dari para orangtua siswa. 

‘’Akhirnya, home visit untuk menyampaikan materi pembelajaran dilakukan seminggu dua kali. Guru datang menyampaikan materi pembelajaran sambil mengambil materi tugas rumah yang sudah dikerjakan. Sedangkan, sebagian siswa juga tetap datang ke sekolah untuk melaksanakan pembelajaran untuk program vokasional. Adapun, untuk menjalani program itu mereka hadir tiga kali dalam seminggu dan siswa yang hadir juga tidak banyak,’’ jelasnya.

5. Fasilitas infrastruktur sekolah dimanfaatkan untuk belajar program vokasi

Membangun Masa Depan Siswa Difabel dari Ruang Kelas SLB di KendalSiswa SLB Surya Gemilang mengikuti kelas keterampilan tata rias. IDN Times/Dhana Kencana

Mereka memanfaatkan fasilitas infrastruktur sekolah untuk praktek keterampilan (vokasi) seperti membatik, tata rias, tata boga, sablon, dan menjahit. Itu pun dilaksanakan di kelas-kelas yang terpisah, dengan jumlah siswa per kelas 3-6 anak setiap pelatihan. 

‘’Alasan kami terpaksa menghadirkan siswa ke sekolah pada program ini karena praktek keterampilan tidak mungkin diajarkan secara jarak jauh. Mereka harus praktek langsung dengan memanfaatkan fasilitas di sekolah agar anak-anak makin terbiasa, terlatih, dan menjadi mahir. Adapun, tentunya dalam praktek di sekolah pada masa pandemik ini kami juga memperhatikan protokol kesehatan,’’ beber Kuntjoro.

Fasilitas yang sudah diberikan Hutama Karya kepada SLBM Surya Gemilang seperti halnya investasi atau ikhtiar guna mewujudkan kehidupan dan pendidikan yang lebih baik di masa depan bagi anak-anak penyandang disabilitas tersebut. Saat ini dengan adanya fasilitas bangunan yang ideal dan layak untuk belajar membuat siswa lebih nyaman dan bersemangat dalam belajar. 

6. Adanya fasilitas infrastruktur untuk siswa berdampak pada terserapnya SDM dalam persaingan global

Membangun Masa Depan Siswa Difabel dari Ruang Kelas SLB di KendalBangunan ruang guru dan ruang kelas SLB Surya Gemilang yang telah direnovasi PT Hutama Karya di Kendal, Jawa Tengah. IDN Times/Dhana Kencana

Dalam kelas vokasi tersebut tersebut, khusus siswa penyandang tuna rungu ditekankan untuk bisa terampil menjahit. Upaya itu dianjurkan agar kelak saat lulus pendidikan bisa langsung diterapkan dan terserap ke perusahaan-perusahaan konveksi. Minimal mereka bisa mandiri menjadi wirausaha dengan menjahit.

‘’Berkat fasilitas ruang yang layak di sekolah sekarang ini, sudah ada tiga siswa yang ditempatkan di perusahaan konveksi milik (orang) Srilangka (di Kendal). Maka, kami terus mendorong mereka (siswa tuna rungu) untuk penguatan skill di bidang menjahit,’’ tutur Kuntjoro. 

Adapun selain pembangunan ruang kelas baru, perusahaan yang telah meraih penghargaan Nusantara CSR Award pada tahun 2019 di bidang CSR untuk kategori peningkatan mutu pendidikan dan kualitas masyarakat pada pembangunan infrastruktur pendidikan berkelanjutan itu juga melakukan rehabilitasi atap gedung lama SLBM Surya Gemilang. Renovasi dilakukan di gedung yang digunakan ruang guru serta ruang kelas lama pada tahun 2018.

7. Hutama Karya terus menghubungkan kebaikan melalui penyaluran dana CSR untuk infrastruktur pendidikan

Membangun Masa Depan Siswa Difabel dari Ruang Kelas SLB di KendalSejumlah siswa antre untuk mencuci tangan sebagai penerapan protokol kesehatan virus corona (COVID-19) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Surya Gemilang Kendal, Jawa Tengah, 14 Juli 2020. Fasilitas wasfatel untuk mencuci tangan tersedia di setiap pojok ruang kelas hasil bantuan CSR PT Hutama Karya. Ruang kelas tersebut dirasakan manfaatnya oleh para siswa dan guru karena menunjang aktivitas serta kegiatan belajar mengajar mereka, termasuk sebagai sarana edukasi soal kesehatan bagi mereka. IDN Times/Dhana Kencana

Terpisah, melansir dari keterangan resmi pada channel YouTube Hutama Karya, Manajer Senior CSR dan PKBL Hutama Karya, Izzan Zubair saat peresmian dan serah terima kunci gedung kepada SLBM Surya Gemilang pada 27 Juli 2019 menyampaikan, pihaknya berencana akan meneruskan bantuan tahap berikutnya yaitu renovasi ruang kelas dan musala yang sudah tidak terlihat kurang layak. 

‘’Mungkin semuanya ini izin dari Allah. Akhirnya atas izin Allah kami masuk ke sini dan dengan wujud syukur ini kami kembangkan infrastruktur pendidikan. Selanjutnya, kami titip mohon bangunan ini dijaga dan dirawat untuk generasi kita pada masa yang akan datang,’’ tandasnya. 

Tidak hanya di SLBM Surya Gemilang, dalam rangka meneruskan dan menghubungkan kebaikan demi mewujudkan Indonesia maju melalui pembangunan infrastruktur, khususnya di bidang pendidikan Hutama Karya juga melakukan upaya yang sama di lokasi lain.

Program pembangunan infrastruktur pendidikan juga dilaksanakan melalui pembangunan laboratorium di kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Lampung dan renovasi pondok pesantren di Tangerang serta Jampang Kulon. 

Baca Juga: 4 Arah Mata Angin Jadi Jurus SLB di Kendal Jaring Siswa Baru

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya