Erupsi Gunung Merapi, 133 Warga Boyolali Mengungsi di Tlogolele 

Warga dari empat dukuh diungsikan

Boyolali, IDN Times - Sebanyak 133 orang warga Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengungsi setelah status aktivitas Gunung merapi ditingkatkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III).

Warga dari empat dukuh yang rawan terkena bencana erupsi Merapi masing-masing yakni dari dukuh Stabelan, Takeran,  Belang dan Gumuk mulai dievakuasi ke Tempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS) di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Para pengungsi yang kebanyakan merupakan lansia dan anak-anak ini ditempatkan di sebuah gedung berukuran 12x20 meter. Warga yang mengungsi tersebut ditempatkan di Tempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS) yang dibuat dengan sistem sekat berukuran 2 x 2 meter.

Baca Juga: Erupsi Gunung Merapi Diprediksi Tidak Sedahsyat 2010, Begini Alasannya

1. Pengungsi di TPPS Tlogolele para lansia dan anak-anak

Erupsi Gunung Merapi, 133 Warga Boyolali Mengungsi di Tlogolele IDN Times/Bandot Arywono

Pandangan Tasrih (65) terlihat menerawang Tempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS) di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (12/11/2020) siang. Wajahnya yang berkeriput terlihat kuyu dan lelah, meski di tengah kondisi darurat, namun masih terdengar tawa dari sang nenek yang siang itu berbincang-bincang dengan salah seorang perangkat Desa Tlogolele.

Siang itu tempat pengungsian yang berada di Dukuh Tlogolele terlihat ramai aktivitas. Tenda darurat telah berdiri di depan gedung, pelataran juga telah terpasang tenda-tenda beratapkan seng. Para pemuda setempat dan anggota Tagana beraktivitas menurunkan bantuan bahan makanan, di dapur umum yang berada di sisi kanan gedung ibu-ibu tengah menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak. Dua hingga tiga orang tenaga kesehatan terlihat stanby di Posko Kesehatan.

Tasrih dan belasan orang pengungsi yang rata-rata berusia lanjut terlihat duduk berjejer di depan pintu masuk gedung TPPS yang dicat dengan warna hijau. Beberapa diantaranya duduk di kursi plastik di samping pintu masuk, Tasrih dan beberapa wanita renta memilih duduk di lantai.

Tasrih mengaku telah dua hari ini mengungsi dan menempati salah satu bilik pengungsian di TPPS yang disediakan oleh pemerintah setempat. Sebanyak 31 bilik yang disekat dengan triplek masing-masing berukuran 2x2 meter dan tinggi 150 cm disiapkan untuk menampung warga.

"Sudah dua hari ini mengungsi karena erupsi Gunung Merapi, ini yang ketiga kalinya saya mengungsi, jadi sudah biasa," ujar nenek yang sehari-hari bercocok tanam ladang yang ada di lereng Gunung Merapi ini.

2. Khawatir erupsi besar seperti tahun 2010

Erupsi Gunung Merapi, 133 Warga Boyolali Mengungsi di Tlogolele IDN Times/Bandot Arywono

Ingatan Tasrih kembali ke 10 tahun lalu, Ia menceritakan dahsyatnya erupsi Gunung Merapi pada 2010 silam mengakibatkan rumah-rumah di sekitar tempat tinggalnya rusak, selain itu kediamannya juga tertutup abu tebal. "Rumah tetangga saya rusak, abunya juga tebal sekali menutupi rumah," katanya.

Meski erupsi Merapi kali ini tidak sedahsyat 10 tahun yang lalu, namun Tasrih yang kini tinggal seorang diri memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman. "Sebenarnya kalau boleh tinggal di rumah dan menggarap sawah (ladang), tapi ya karena pemerintah meminta mengungsi ya kita manut," katanya.

Meski di tengah aktivitas seismik dan deformasi di tubuh Gunung Merapi yang kian hari semakin meningkat, warga juga masih bekerja menggarap ladang dan mencari rumput untuk pakan ternak merebka. Para pria di Desa Tlogolele masih terlihat di ladang, beberapa terlihat masih mencangkul dan menebar pupuk di ladang yang ditanami sayuran seperti sawi, cabai dan juga sayuran lainnya.

Kamis siang Gunung Merapi terlihat tertutup kabut, meski terlihat tenang warga mengaku merasakan peningkatan gempa dan juga guguran material dari puncak Merapi. "Hari ini saja sudah dua kali terlihat guguran material," kata Slamet (47) warga setempat. Aktivitas gempa dan guguran material Gunung Merapi bukan hal baru bagi masyarakat, meski lazim merasakannya namun kali ini ada rasa kekhawatiran juga. "Getarannya terasa, yang tambah membuat kita khawatir kalau pas terjadi subuh hari saat orang-orang masih tidur," katanya.

Meski masih beraktivitas seperti biasa, namun warga menurutnya juga dalam kondisi siaga, sewaktu-waktu terjadi erupsi besar warga menurutnya telah siap untuk mengungsi.

3. Jumlah pengungsi diperkirakan bakal terus bertambah

Erupsi Gunung Merapi, 133 Warga Boyolali Mengungsi di Tlogolele IDN Times/Bandot Arywono

Sekretaris Desa Sekretaris Desa Tlogolele, Neigen Achtah Nur Edy Saputra mengatakan hingga Kamis siang telah ada sebanyak 133 orang mengungsi di TPPS Desa Tlogolele. Para pengungsi tersebut merupakan warga dari empat dukuh yang masuk daerah rawan bencana erupsi Merapi. Diantaranya warga Dukuh Stabelan yang berada 3 km dari puncak Merapi, Takeran 4 km dari puncak dan Dukuh Belang serta dukuh Gumuk yang berada radius 5 km dari puncak.

"Sudah empat hari ini warga diungsikan. Para pengungsi terutama dari kelompok rentan. Lansia, balita, ibu hamil dan anak-anak," katanya. Para pengungsi tersebut ditempatkan di beberapa lokasi, para lansia dan anak-anak usia 6-10 tahun di TPPS sedangkan ibu hamil dan balita berada di rumah-rumah warga Dukuh Tlogolele.

Jumlah pengungsi diperkirakan juga akan terus bertambah mengingat terjadi peningkatan aktivitas gunung Merapi.

TPPS Desa Tlogolele merupakan salah satu tempat pengungsian yang disiapkan untuk warga yang tinggal di daerah rawan bencana. Berjarak sekitar 9,5 Km dari puncak Gunung Merapi, TPPS ini dilengkapi dapur umum, posko kesehatan, dan juga gudang logistik. "Kalau untuk kebutuhan masih tercukupi, dari BPBD, Dandim, Kapolres dan warga desa yang berdekatan memberikan bantuan. Kemarin Kapolda Jateng juga datang langsung ke sini serahkan bantuan," katanya.

4. Lokasi pengungsian terapkan physical distancing

Erupsi Gunung Merapi, 133 Warga Boyolali Mengungsi di Tlogolele IDN Times/Bandot Arywono

Lokasi TPPS Tlogolele menurut Neigen mampu menampung 700 hingga 1000 orang pengungsi, namun di masa pandemik seperti saat ini, jumlahnya dibatasi tak lebih dari 300 orang.

Di lokasi pengungsian juga diterapkan physical distancing, para pengungsi ditempatkan di dalam bilik-bilik yang disekat menggunakan triplek, ada sebanyak 31 bilik yang disiapkan untuk warga.

"Mengingat saat ini dalam kondisi pandemik COVID-19, kita menerapkan protokol kesehatan. Tempat pengungsian kita sekat-sekat, selain itu warga juga selalu kita imbau pakai masker dan untuk selalu cuci tangan," katanya.

Baca Juga: Rawan Kena Erupsi Merapi, Sejumlah TPS di Klaten Direlokasi Petugas

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya