Cerita Guru SD Gunung Brintik Menyusuri Kuburan Demi Berburu Murid Baru

Guru SD Gunung Brintik sering dituduh warga

Semarang, IDN Times - Berada di puncak bukit Randusari, suasana SD Xaverius Pangudi Luhur (PL) Gunung Brintik pagi itu tampak lengang. Semua ruangan kelas kosong melompong. Hanya ada beberapa bocah yang asyik bermain di areal pekuburan yang mengitari sekolahan tersebut.

"Mau kemana dek?," tanya IDN Times sembari menghampiri bocah tersebut.

"Ini mau ambil buku pelajaran. Dipake buat belajar di rumah," kata Edo, salah satu bocah sembari menenteng tumpukan buku pelajarannya.

 

1. Siswa SD Gunung Brintik ngebet pengen masuk sekolah lagi

Cerita Guru SD Gunung Brintik Menyusuri Kuburan Demi Berburu Murid BaruSejumlah bocah saat bermain di depan SD Gunung Brintik. Fariz Fardianto/IDN Times

Edo mengaku saat ini sudah menginjak kelas VI di SD PL Gunung Brintik. Ia bersama adiknya sengaja mampir ke sekolahan untuk sekedar menengok aktivitas yang ada di sana. "Nanti maunya tetap sekolah di sini. Kangen sama suasana di kelasnya," katanya.

Bocah lainnya juga memendam perasaan serupa. Satria Mahardika mengaku suasana sekolah di SD Gunung Brintik membuatnya kangen sama teman-temannya.

Baca Juga: Siswa Miskin Tak Perlu SKTM saat Daftar PPDB Jateng 2020

2. SD Gunung Brintik sering kekurangan murid saat tahun ajaran baru

Cerita Guru SD Gunung Brintik Menyusuri Kuburan Demi Berburu Murid BaruSeorang guru saat menemui siswa agar mau sekolah ke SD Gunung Brintik Semarang. Fariz Fardianto/IDN Times

Sedangkan, menurut Veronica Suharti, seorang guru SD Xaverius PL Gunung Brintik, saat ini sekolahannya masih kesulitan mencari siswa baru. Dengan lokasi yang berada di tengah kuburan membuat banyak orang tua siswa yang enggan mendaftarkan anaknya ke sekolahan tersebut.

"Cari murid di sini memang susah-susah gampang. Kita harus bergerak sesuai hati nurani. Pokoknya tekad kita murni membantu anak biar bisa sekolah dengan layak," katanya kepada IDN Times, Rabu (17/6).

3. Seorang guru harus door to door untuk menjaring murid baru

Cerita Guru SD Gunung Brintik Menyusuri Kuburan Demi Berburu Murid BaruMenyusuri gang sempit harus dilakoni guru SD Gunung Brintik agar sampai ke rumah warga. Fariz Fardianto/IDN Times

Ia mengaku harus door to door ke rumah warga sekitaran Bergota untuk merayu anak-anaknya agar mau sekolah ke SD Gunung Brintik.

Aktivitas yang jemput bola ke rumah warga sudah ia lakoni selama sembilan tahun terakhir. Terdapat 11 guru yang disebar untuk menjaring murid baru. Muli menyusuri gang sempit di Randusari, Kampung Bergota Kalang hingga Wonosari bawah.

Ia yang mengajar di Kelas III selama ini kebagian jatah menyambangi rumah warga di Gunung Brintik. Suharti mendapat tugas mencari informasi calon siswa baru. 

Baca Juga: Terperosok ke Sumur Sedalam 17 Meter, Pemuda di Semarang Ditemukan Selamat

4. Jalannya naik turun. Naik turun bergota sering ngos-ngosan

Cerita Guru SD Gunung Brintik Menyusuri Kuburan Demi Berburu Murid BaruPenampakan ribuan kuburan di TPU Bergota yang mengitari SD Gunung Brintik. Fariz Fardianto/IDN Times

Jalan yang ia lalui pun sangat terjal. Ia dan rekan-rekannya kerap naik turun jalanan di TPU Bergota agar bisa sampai ke rumah warga. "Jalannya kan muter, naik turun ke Bergota. Dapat lima gang sudah ngos-ngosan. Seringnya saya datengin rumah warga dari jam delapan sampai jam dua belas siang,".

"Tapi ini masih ada beberapa RT yang belum didatangi. Besok kayaknya saya mau jalan ke kampung dekat kamar mayat RS Kariadi. Di sana ternyata banyak rumah warga juga," akunya.

5. Suharti: Tahunya anak mereka dikatolikan

Cerita Guru SD Gunung Brintik Menyusuri Kuburan Demi Berburu Murid BaruSuasana kampung Gunung Brintik Semarang berada di tengah kuburan. Fariz Fardianto/IDN Times

Suharti bilang tatkala menyambangi rumah warga, tak jarang ia dituduh hendak mengkristenkan anaknya. Sebab, SD Gunung Brintik bernaung di Yayasan Pangudi Luhur identik dengan komunitas Katolik. Baginya, orang yang berpandangan seperti itu punya pemikiran yang sempit.

"Kalau pas door to door itu tahunya anak mereka dikatolikan. Soalnya mereka ngertinya kita kan dari Yayasan Pangudi Luhur. Padahal saat belajar di kelas, kita selalu tekankan mengenai budi pekerti. Lha wong di SD Brintik juga banyak anak-anak Muslim kok," ujar perempuan 58 tahun itu.

6. Para orangtua beri bekal kepada anaknya ala kadarnya

Cerita Guru SD Gunung Brintik Menyusuri Kuburan Demi Berburu Murid BaruIlustrasi sekolah (pexels/Agung Pandit Wiguna)

Tantangan lainnya yang ia temui di lapangan ialah mayoritas warga Gunung Brintik mengalami kesulitan keuangan. Kebanyakan warga Gunung Brintik bekerja sebagai penggali kubur, buruh bangunan dan pekerjaan serabutan lainnya.

Kondisi inilah membuat mereka tak mau menyekolahkan anak-anaknya. Tak ayal ketika mampir ke rumah orangtua siswa, ia mendapati siswanya yang berangkat dengan bekal ala kadarnya. Lantaran terhimpit kesulitan keuangan, orangtuanya hanya memberi uang saku semampunya tanpa mau mengantar ke sekolah.

"Soalnya kemampuan ekonomi orangtuanya dibawah rata-rata. Makanya semua murid yang sekolah di SD Brintik gak pernah dipungut biaya. Yang penting anaknya tetap semangat masuk sekolah," terangnya.

Baca Juga: 2 Anak Rebutan 1 Kursi SD dan SMP di Semarang saat PPDB Online 2020

Topik:

  • Bandot Arywono
  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya