Temuan Ombudsman Protokol Kesehatan di 16 RS Rujukan di Jateng Rawan 

Idealnya Jateng harus punya 8 lab PCR

Semarang, IDN Times - Ombudsman Jawa Tengah menemukan sejumlah protokol kesehatan tak bisa diterapkan di rumah sakit untuk menanggulangi penularan virus Corona (COVID-19). Sebab, tahapan tes Corona yang dijalani para pasien selama ini masih sangat terbatas. 

Hal tersebut diungkapkan Kepala Ombudsman Jawa Tengah, Siti Farida setelah memantau 16 rumah sakit rujukan pasien virus Corona yang beroperasi saat ini.

1. Protokol kesehatan penanganan COVID-19 di Rumah Sakit belum maksimal

Temuan Ombudsman Protokol Kesehatan di 16 RS Rujukan di Jateng Rawan investing.com

Ia mengatakan saat ini menemukan adanya indikasi protokol kesehatan untuk menangani virus Corona di 16 rumah sakit rujukan belum bisa diterapkan dengan maksimal.

"Padahal, tim medisnya sudah tidak nyaman dan tidak aman, tapi yang terjadi fasilitas pencegahan virusnya kurang memadai," kata Farida saat dikontak IDN Times, Rabu (3/4). 

Baca Juga: Temuan Ombudsman di Jateng, Ada Call Center Virus Corona Tak Aktif

2. Jumlah laboratorium PCR idealnya ada delapan

Temuan Ombudsman Protokol Kesehatan di 16 RS Rujukan di Jateng Rawan Ilustrasi rapid test COVID-19 (ANTARA FOTO/Jojon)

Ia bilang seharusnya jumlah laboratorium untuk menangani pemeriksaan virus Corona bisa diperbanyak. Idealnya harus ada delapan laboratorium yang mengerjakan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Dibanding kondisi saat ini baru ada empat rumah sakit yang menyediakan laboratorium tes virus Corona.

"Padahal kalau jumlah laboratoriumnya diperbanyak, tes swabnya juga bisa dipercepat. Sehingga bisa untuk memotong mata rantai penularan COVID-19 di lingkungan rumah sakit maupun masing-masing wilayahnya. Cara-cara inilah yang sekarang masih sulit diterapkan," ujarnya.

Ia menganggap tes PCR lebih akurat ketimbang mengandalkan rapid test untuk mendeteksi virus Corona. Karena PCR dilengkapi alat untuk mengecek sebaran virus di dalam tubuh manusia.

"Jadinya hasil yang dikeluarkan bisa sangat signifikan. Paling tidak petugasnya sehari bisa mengerjakan 600 tes swab sehari. Hasilnya kan bisa dipastikan dengan cepat, mana OPD, mana PDP dan mana yang positif," tegasnya.

3. Penularan COVID-19 bisa dari APD yang tidak dikelola dengan baik

Temuan Ombudsman Protokol Kesehatan di 16 RS Rujukan di Jateng Rawan IDN Times/M Faiz Syafar

Sedangkan, Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo mengakui bila penularan virus Corona yang terjadi di tiap rumah sakit biasanya disebabkan adanya infeksi yang bersumber melalui pasien, pihak keluarga maupun dari para pengunjung.

"Jadi, proses penularan yang seperti itu yang membuat petugas medis ikut terinfeksi. Baik ke dokternya maupun ke paramedisnya," ungkapnya.

Penularan virus Corona juga bisa terjadi dari percikan dahak, air liur maupun kontak tak langsung, melalui perantara benda-benda mati yang terkontaminasi virusnya. Seperti baju pasien, peralatan medis dan masih banyak lagi.

"Bahkan mungkin juga melalui APD-APD yang tidak terkelola dengan baik," tandasnya.

Baca Juga: Penularan Virus Corona di Jateng, Semarang Tertinggi, Brebes Terendah

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya