140 Meninggal, Ribuan Penderita HIV/AIDS di Solo Belum Terdeteksi

Kecamatan Banjarsari terbanyak ODHA

Solo, IDN Times - Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2017, jumlah penderita HIV/AIDS (ODHA) di Kota Solo diperkirakan mencapai 3.667 orang. Dari jumlah tersebut baru 744 orang teridentifikasi.

Baca Juga: 8 Makanan yang Bagus Untuk Pengidap HIV/AIDS, Ada Aturannya Lho

1. Jumlah penderita meningkat

140 Meninggal, Ribuan Penderita HIV/AIDS di Solo Belum TerdeteksiIDN Times / Larasati Rey

Programmer Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo, Jawa Tengah, Tommy Prawoto mengatakan jumlah penderita ODHA di Kota Solo tercatat sejumlah 744 orang. Jumlah tersebut merupakan penderita ODHA yang sudah terdeteksi mulai tahun 2015 - Juni 2019.

"Kalau di tahun 2019 kita baru mencatat sampai bulan Juni ada 67 orang, ini bisa bertambah karena kita terus melakukan sosialisasi dan jemput bola di kawasan-kawasan yang diduga sebagai penyebaran HIV/AIDS," ujarnya saat Minggu, (1/12).

Tommy mengatakan jumlah tersebut baru sepertiga total penderita ODHA di Kota Solo, menurut data dari Kementerian Kesehatan tahun 2017, terdapat 3667 orang ODHA yang masih belum berani tertangani. Dari jumlah 744 orang yang sudah terdeteksi tersebut, sebanyak 140 orang meninggal dunia. Kecamatan Banjarsari, manjadi kecamatan yang terbanyak penderita ODHA, disusul dengan kecamatan Jebres, Laweyan, Serengan, dan Pasar Kliwon.

2. Penderita terbanyak usia produktif

140 Meninggal, Ribuan Penderita HIV/AIDS di Solo Belum Terdeteksifreepik/spukkato

Sementara itu, Sekretaris KPA Solo, Harsoyo Supodo mengatakan penderita ODHA banyak diderita oleh usia produktif, yakni 20 tahun sampai 50 tahun. Mereka tertular penyakit mematikan tersebut karena kontak langsung dengan penderita ODHA.

“Usia produktif, ada yang ibu rumah tangga, anak muda, bapak-bapak, tapi kembanyakan dari mereka yang terjangkit adalah laki-laki,” jelasnya.

Pria yang kerap disapa Yos tersebut, mengungkapkan KPA Solo akan terus berupaya melakukan sosialisasi untuk mencari penderita ODHA yang belum terdeteksi. Ia khawatir kurangnya pengetahuan dari masyarakat akan penyakit tersebut menyebabkan penderita semakin menyembunyikan jati diri penyakitnya.

“Kebanyakan dari mereka yang belum terdeteksi itu karena mereka takut tidak diterima oleh masyrakat, makanya mereka malah diam diam dan berobat sendiri, padahal itu kan mahal,” ungkapnya.

KPA Solo sendiri telah memiliki program pengentasan ODHA, dengan melakukan pendampingan dan pengobatan gratis kepada para penderita.

“Kami juga punya WPA (Warga Peduli Aids) di setiap kelurahan dalam membantu pencegahan penyakit menular itu. Pemkot Solo juga punya lokasi penampungan anak ODHA yang dikelola Pemerintah Provinsi Jawa Tengah," ungkapnya.

3. ODHA diminta membuka diri

140 Meninggal, Ribuan Penderita HIV/AIDS di Solo Belum TerdeteksiIDN Times / Larasati Rey

Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo meminta masyarakat untuk tidak melakukan pembullyan dan pengasingan kepada para penderita ODHA. Ia berdalih stigma buruk dari masyarakat terhadap para penderita ODHA akan membuat para penderita ODHA tidak mau membuka diri, dan justru dimungkinkan untuk melakukan penyebaran penyakit secra diam-diam.

“Kita itu perlu mengubah stigma masyarakat, kalau penyebaran HIV AIDS itu hanya bisa tertular lewat jarum suntik dan hubungan sexsual,” ujar Wali Kota saat ditemui Senin (2/12).

Wali Kota juga menghimbau kepada para penderita untuk segera membuka diri dan berobat. Menurutnya KPA Solo siap menerima bagi siapa yang ingin membuka diri dan akan memberikan jaminan pengobatan gratis sesuai yang menjadi salah satu program dari Pemkot Solo.

Baca Juga: 5 Anggapan Salah Tentang HIV AIDS yang Masih Banyak Dipercaya

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya