Minat Menari Tradisional Gen Z dan Alpha di Jateng Masih Tinggi
- Ratusan penari milenial, Gen Z, dan Alpha dari Jawa Tengah dan DI Yogyakarta berpartisipasi dalam kompetisi Indonesia Menari 2025 di Mal The Park Semarang.
- Perayaan Hari Menari Indonesia di Kota Semarang sangat meriah dengan tingginya minat menari tradisional dari generasi muda.
- Acara tersebut menunjukkan bahwa minat menari tradisional masih tinggi di kalangan Gen Z dan Alpha di Jawa Tengah.
1. Ketertarikan anak muda pada menari masih tinggi

Mereka hadir untuk menari di setiap sudut dan lantai mal dengan berbagai kostum unik dan riasan cantik. Gerakan mereka luwes nan rancak membawakan koreografi tarian dengan diiringi medley delapan lagu daerah yang diaransemen modern oleh Alffy Rev di antaranya Sinanggar Tulo, Sumatera Utara; Kicir-Kicir, DKI Jakarta; Cing Cangkeling, Jawa Barat; Anging Mamiri, Sulawesi Selatan; Rek Ayo Rek, Jawa Timur; Indung-Indung, Kalimantan Timur; Si Patokaan, Sulawes Utara; dan Rasa Sayange, Maluku.
Harmoni unik antara tradisi dan musik kontemporer yang para penari tampilkan itu membuat suasana mal menjadi meriah. Sekaligus membuktikan bahwa minat generasi muda terhadap warisan budaya menari tradisional tidak luntur.
Hal itu diakui oleh Koreografer Professional dan Penari Tradisional Indonesia, Rosmala Sari Dewi. Menurut dia, minat atau ketertarikan anak muda pada tari tradisional atau budaya menari di Indonesia masih sangat tinggi, di tengah perkembangan media sosial yang masif.
2. Media sosial menunjang kreativitas penari
‘’Justru dengan adanya media sosial, mereka (penari, red) jadi semakin kreatif. Mereka berani memadukan tarian-tarian tradisional dan modern sesuai dengan minatnya,’’ ujarnya yang hadir sebagai juri Indonesia Menari 2025 di Semarang.
Optimisme bahwa budaya menari tradisional masih digemari anak-anak muda saat ini, kata Rosmala dibuktikan dengan masih banyaknya wadah untuk belajar menari. Menurutnya, masih banyak sanggar tari, komunitas menari, bahkan di Indonesia punya sekolah tari.
‘’Melalui wadah itu para penari masih punya kesempatan untuk menggali potensi mereka. Sehingga, peluang sukses di dunia tari masih tinggi ke depannya,’’ terangnya.
3. Wujud anak muda cintai tanah air dan jatidiri nusantara
Sementara, Dwi Nusa Aji Winarno dari Komunitas Silak Dance Crew mengakui, sangat antusias mengikuti kompetisi Indonesia Menari 2025. Pemuda asal Jawa Timur yang berdomisili di Yogyakarta itu bersama kelompoknya datang ke Semarang untuk tampil di ajang tersebut.
‘’Kami melakukan persiapan satu bulan mulai dari latihan hingga menyiapkan kostum menari. Dalam kompetisi tari ini kami padukan budaya tradisional dan modern. Khususnya pada fashion, kostum kami perpaduan Batik Jogja dan fashion tren yang digemari anak muda,’’ ujarnya.
Silak Dance Crew yang pada kompetisi Indonesia Menari 2025 berhasil meraih Juara I itu mengaku bersyukur bisa terlibat dan memeriahkan Hari Menari Indonesia. Sebab, upaya mereka ini demi melestarikan warisan budaya Indonesia, yakni seni tari tradisional.
‘’Ya, meski kita hidup di era globalisasi, tentu jangan sampai lupa bahwa ada budaya tradisional yang harus dijaga. Maka itu, kami padukan tradisional dan modern dalam koreografi tarian kami. Ini sebagai wujud kami sebagai anak muda yang mencintai tanah air dan jatidiri nusantara,’’ katanya.