Rasio Keuangan Perbankan di Jateng DIY Treshold saat Pandemik COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Tengah dan DIY mencatatkan industri perbankan secara umum dalam kondisi stabil dan terjaga. Meski ditengah pandemik COVID-19, rasio keuangan hingga April 2020 berada dalam batas aman.
1. Rasio keuangan perbankan di Jateng dan DIY dalam batas aman
Kepala OJK Regional Jateng dan DIY, Aman Santosa mengatakan, rasio keuangan perbankan di Jateng dan DIY saat ini dalam batas aman atau threshold.
‘’Kami mencatat seperti permodalan (CAR) di angka 22,13 persen, kredit bermasalah (NPL) gross 2,89 persen (NPL Net 1,09 persen) dan kecukupan likuiditas, yaitu rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK April 2020 terpantau pada level 117,8 persen dan 25,14 persen. Kondisi ini jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen,’’ jelasnya melalui keterangan resmi yang diterima IDN Times, Rabu (17/6).
Baca Juga: Pengusaha Rental Protes ke OJK Solo, Keluhkan Biaya Restrukturisasi
2. OJK sedang melakukan perbaikan kinerja sejumlah bank
Selain itu, kondisi hal sama ditunjukan perbankan di Jawa Tengah sampai April 2020, kredit masih mengalami pertumbuhan sebesar 4,80 persen (yoy), DPK sebesar 4,04 persen (yoy) dan NPL Net masih terjaga di 1,75 persen.
‘’Dari data itu maka jangan mengaitkan kondisi beberapa bank dengan sesuatu yang info yang tidak benar, apalagi di situasi pandemik COVID-19 seperti sekarang. Kini ada sejumlah upaya perbaikan kinerja atas beberapa bank yang tengah dilakukan OJK dan berjalan positif,’’ ungkap Aman.
Ia mencontohkan, meski tak berada di Jateng dan DIY, saat ini OJK tengah memproses rencana penggabungan usaha PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) ke dalam PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB). Rencana itu telah dituangkan dalam Letter of Intent (LOI) yang ditandatangani pada tanggal 23 April 2020 oleh Gubernur Banten, Wahidin Halim dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Selain itu juga terdapat Bank Mayapada, yang saat ini permodalanya juga sudah kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang mencapai 18 persen atau jauh di atas ketentuan minimum 8 persen. Hal tersebut tidak lepas dari dukungan penuh pemegang saham pengendali yang tahun ini telah melakukan penambahan modal sebesar Rp3,75 triliun.
Upaya itu dilakukan sebagai bagian dari komitmen untuk terus membesarkan bank tersebut, menjadi salah satu pemain utama dalam membangun ekonomi nasional.
3. Kookmin Bank akan jadi pemegang saham mayoritas Bank Bukopin
Tak hanya itu, upaya perbaikan kinerja juga dilakukan di tubuh Bank Bukopin. Langkah tersebut berjalan positif. OJK sendiri telah menerima pernyataan dan kesiapan Kookmin Bank, grup finansial terbesar di Korea Selatan, yang saat ini memiliki 22 persen saham Bank Bukopin.
Kookmin Bank akan menjadi pemegang saham mayoritas dengan mengambil alih kepemilikan sekurang-kurangnya 51 persen saham Bank Bukopin.
‘’Kookmin Bank saat ini telah menyediakan sejumlah dana di escrow account sebagai bagian dari rencananya untuk menjadi pemegang saham pengendali, memperkuat permodalan dan likuiditas Bank Bukopin,’’ ujarnya.
Aman mengimbau, kepada semua pihak agar bersama-sama menjaga industri perbankan tetap kondusif dan tidak termakan atau memanfaatkan isu yang tidak benar atau hoaks.
Baca Juga: OJK Berwenang Soal Merger Bank Sakit selama COVID-19, Ini Bahayanya