Pedagang Pasar di Semarang Jadi Korban HET Minyak Goreng Rp14 Ribu

Nasib! Kulakan harga mahal, gak bisa jualan, pembeli langka

Semarang, IDN Times - Harga minyak goreng di sejumlah pasar tradisional di Kota Semarang masih melambung tinggi meskipun adanya penetapan harga eceran tertinggi (HET) untuk komoditas tersebut.

IDN Times yang memantau di Pasar Peterongan, Jalan MT Haryono Semarang. Tampak para pedagang masih menjual minyak goreng dengan harga yang relatif mahal.

1. Minyak goreng masih dijual hingga Rp35 ribu

Pedagang Pasar di Semarang Jadi Korban HET Minyak Goreng Rp14 RibuSeorang pria menunggu barang dagangannya di kios Pasar Peterongan Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Minyak goreng merek Sania masih dijual Rp35 ribu untuk dua liter, minyak goreng merek Sanco dijual seharga Rp20 ribu per liter, minyak goreng merek Fortune juga dijual Rp18 ribu per liter.

Yang paling mencolok adalah minyak goreng curah yang dijual seharga Rp20 ribu per kilogram. Seorang pedagang minyak goreng Pasar Peterongan, Qowiyatun mengaku, mahalnya harga minyak goreng lantaran pasokan minyak goreng subsidi dari pemerintah masih sangat terbatas.

"Kalau di Peterongan minyaknya masih mahal semua. Lha wong saya saja dapat kiriman minyak goreng subsidi harga Rp14 ribu cuma satu dos. Itu pun isinya 12 bungkus. Begitu dikirimi sama sales-nya, gak lama langsung habis dibeli pedagang-pedagang di sini," kata Qowiyatun kepada IDN Times, Kamis (3/2/2022).

Baca Juga: Ini Biang Kerok Harga Minyak Goreng di Pasar Masih Mahal

2. Pedagang minyak goreng sulit dapat pasokan barang

Pedagang Pasar di Semarang Jadi Korban HET Minyak Goreng Rp14 RibuHarga minyak goreng di Pasar Slipi Rp22.000/liter. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Ia yang sudah jualan di Pasar Peterongan sejak tujuh tahun terakhir dibuat kelimpungan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah. Janji pemerintah untuk menstabilkan harga minyak goreng tidak terbukti sama sekali.

"Misal saya kulakan curah sebanyak 20 kilogram (red: 1 liter minyak = 0,8 kilogram minyak) juga untungnya mepet banget. Omzetnya sekitar 10 persen. Dan sampai sekarang saya masih sulit kulakan minyak goreng," aku warga Banyumanik tersebut. 

3. Sri Atmi masih jual minyak goreng seharga Rp19 ribu--Rp40 ribu

Pedagang Pasar di Semarang Jadi Korban HET Minyak Goreng Rp14 RibuSri Atmi, seorang pedagang sembako saat menunggu pelanggannya di Pasar Peterongan Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Pedagang minyak goreng lainnya di Pasar Peterongan, Sri Atmi mengaku, justru rata-rata minyak goreng yang dijual di lapaknya berkisar Rp19 ribu--Rp40 ribu.

Sri hanya mendapat pasokan minyak goreng subsidi dua bungkus. Sehingga, dirinya mau tak mau harus kulakan lagi di tempat distributor dengan harga eceran yang mahal.

"Saya cuma dikirimi minyak subsidi dua bungkus tok. Lha untungnya dari mana? Pemerintah juga gak kasih pemberitahuan apa-apa. Ya akhirnya saya jual Sanco dua kilo tetap Rp40 ribu, Tropical dan Hemat juga masih Rp20 ribu. Curahnya tetap mahal. Yang ada malahan dagangan saya gak laku," terang wanita berusia 58 tahun itu.

4. Kebijakan pemerintah membingungkan

Pedagang Pasar di Semarang Jadi Korban HET Minyak Goreng Rp14 RibuMinyak goreng satu harga, Superindo Daan Mogot pada Kamis (19/1/2022). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Ia mengeluhkan kebijakan pemerintah yang tidak jelas sehingga membuat dirinya kebingungan. Di satu sisi, banyak pelanggannya yang berburu minyak goreng murah sesuai HET pemerintah seharga Rp14 ribu per liter. Namun di sisi lain, dirinya tidak bisa mendapatkan pasokan tersebut karena barangnya masih langka. 

"Saya berharap semoga harga minyak gorengnya bisa diturunkan serentak. Karena kalau begini terus, kita jadi susah jualan. Sudah barangnya kosong, kitanya jual minyaknya masih mahal, yang ada para pelanggan pada uring-uringan," cetusnya.

5. Pedagang dapat kiriman minyak subsidi cuma lima bungkus

Pedagang Pasar di Semarang Jadi Korban HET Minyak Goreng Rp14 RibuPedagang mengemas minyak goreng curah di kawasan Desa Tungkop, Darussalam, Aceh Besar, Aceh, Kamis (6/1/2022). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Seorang pedagang minyak goreng curah, Sawi pun mengalami hal serupa. Ia menjual minyak goreng curah Rp28 ribu karena stoknya yang minim. 

"Minyak semua harganya masih mahal. Mbok yao pemerintah dinormalkan lagi harganya. Kasihan pedagang eceran yang modalnya terbatas," keluhnya.

Pedagang Pasar Boom Lama, Semarang Utara, Hartatik berkata, tidak pernah kebagian minyak goreng subsidi karena pihak kecamatan tidak pernah mendata ke pasarnya. 

"Kalau yang mau dapat minyak subsidi kan kudu didata sama kecamatan dulu. Itu pun dapatnya cuma empat bungkus, lima bungkus. Ndak cucuk (tidak sesuai), Mas," tandasnya.

Baca Juga: Relokasi Pasar Johar Semarang Kebakaran, Belum Diketahui Penyebabnya 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya