MaaS Bluebird: Mengoneksikan Manusia dengan Mesin Inovasi Demi Bumi

- Bluebird Group bertransformasi menjadi penyedia Mobility as a Service (MaaS) dengan ekosistem terintegrasi yang memudahkan pelanggan untuk bepergian dengan nyaman dan efisien.
- Bluebird mengakuisisi Cititrans pada 2019 senilai Rp115 miliar, memperluas jangkauan layanan dari perjalanan dalam kota hingga antarkota, menciptakan rantai mobilitas tanpa gangguan.
- Bluebird fokus pada kesejahteraan pelanggan dengan menyediakan berbagai opsi pembayaran, terutama mode cashless atau contactless, serta membantu mengurangi ketergantungan terhadap mobil pribadi yang tinggi emisi.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan urban, Endang Kusumaningsih, perempuan berusia 69 tahun yang tinggal di Ibnu Batutah Ciputat, Tangerang Selatan, menemukan cara baru untuk menjaga ikatan keluarganya. Saban 3--4 bulan sekali, ia melakukan perjalanan ke Semarang untuk mengunjungi cucunya dan bersilaturahmi dengan anak pertama, Ashfiyatul (35), serta menantu.
Dulu, perjalanan tersebut menantang bagi Endang. Mulai dari mencari transportasi yang aman dan nyaman, mengatur jadwal keberangkatan serta kepulangan, juga kekhawatiran soal pembayaran. Ia memaklumi hal itu karena gagap teknologi (gaptek).
Namun, kini semuanya sudah berubah. Endang banyak mengandalkan ekosistem dan infrastruktur layanan mobilitas dari Bluebird Group, yang mengintegrasikan taksi dalam kota dengan shuttle travel Cititrans.
"Saya merasa nyaman sekarang kalau ke tempat cucu di Semarang. Semua dimudahkan. Anak juga bisa pesan-pesan dari jauh," kata Endang saat ditemui di rumahnya, Selasa (24/6/2025).
Pengalaman Endang merupakan cerminan transformasi fundamental Bluebird Group menjadi penyedia Mobility as a Service (MaaS), sebuah konsep yang menyatukan berbagai moda transportasi dalam satu ekosistem terintegrasi.
PT Bluebird Tbk kini dikenal tidak lagi sekadar perusahaan taksi konvensional. Mereka berkembang sebagai penyedia solusi transportasi dengan mobilitas lengkap yang memudahkan pelanggan seperti Endang untuk bepergian dengan nyaman dan efisien.
Transformasi tersebut dimulai sejak 2019, ketika Bluebird--melalui anak usahanya PT Trans Antar Nusabird--mengakuisisi Cititrans (PT Citra Tiara Global), yang saat itu menjadi pemimpin pasar di segmen shuttle eksekutif. Akuisisi senilai Rp115 miliar itu memperluas jangkauan layanan Bluebird, dari perjalanan dalam kota hingga antarkota, yang kemudian menciptakan rantai mobilitas tanpa gangguan (seamless).
Saat ini, Bluebird Group menawarkan layanan yang beragam. Mulai dari taksi reguler, rental mobil, hingga shuttle bus yang semuanya terhubung melalui teknologi digital melalui platform yang terintegrasi dan berorientasi pada pelanggan.

Endang mengingat betul perjalanan pertamanya ke Semarang menggunakan layanan Bluebird pada pertengahan tahun 2024. Kala itu, anak keempatnya, Ashfiyah Anom (29), yang tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat yang memesankan seluruh kebutuhan perjalanannya melalui aplikasi Cititrans dan MyBluebird. Meski dari jarak jauh, sistem pada kedua aplikasi tersebut terbukti user friendly dan akurat.
"Anak saya bilang, 'Mak, cukup tunggu di rumah saja, saya urus dari sini (Pontianak). Nanti saya share e-tiket dan kode-kode taksinya,'" aku Endang yang menirukan ucapan anaknya itu.
Prosesnya dimulai dengan pemesanan taksi Bluebird dari rumahnya di Ciputat ke Pool Cititrans Fatmawati di Jakarta Selatan. Melalui aplikasi MyBluebird, Anom menjadwalkan taksi untuk keberangkatan besok pagi. Fitur pemesanan di muka itu memastikan armada tiba tepat waktu, tanpa pernah ada pembatalan yang membuat Endang khawatir.
Pembayarannya pun dilakukan secara digital oleh Anom melalui e-wallet, sehingga Endang tidak perlu lagi membawa uang tunai dalam jumlah besar.
"Dulu saya sering kecewa kalau pesan taksi selalu batal dan di-cancel-cancel. Tapi sekarang gak pernah dan sudah jaminan taksinya akan jemput. Belum jam-nya, Bluebird sudah sampai dan membuat saya tenang. Anak tinggal kasih tunjuk kode taksi," imbuhnya.
Setelah tiba di pool, Endang melanjutkan perjalanan dengan shuttle Cititrans menuju Pool Semarang Pandanaran. Tiket shuttle dipesankan Anom melalui aplikasi Cititrans, yang menawarkan pilihan kursi eksekutif berfasilitas lengkap.
Aplikasi tersebut memungkinkan Anom bebas memilihkan kursi captain seat untuk kenyamanan ekstra sang ibu. Kursi dilengkapi sabuk pengaman, dan slot USB untuk mengisi daya ponsel selama perjalanan. Fasilitas itu membuat Endang kagum.
"Saya bisa istirahat dengan tenang, karena ada CCTV juga kan di dalam shuttle, juga taksinya (Bluebird). Petugasnya juga ramah, selalu membantukan saya naik dan turun. Yang paling suka, mobilnya (shuttle dan taksi) bersih tidak bau rokok," aku Endang.
Perjalanan sekitar enam jam Endang terasa singkat berkat armada yang nyaman dan layanan yang humanis. Ia tiba di Semarang sekitar pukul 17.00 WIB.
Mendapat kabar ibunya sudah tiba, Anom segera memesan taksi Bluebird dari pool Cititrans di Jalan Pandanaran Semarang ke rumah cucunya. Prosesnya sama. Jadwal diatur, pembayaran digital, dan keamanan terjamin. Semuanya cukup dilakukan dengan Aplikasi MyBluebird.
"Sebelum sampai di pool saya mengabari anak untuk dipesankan taksi, dan cepat datangnya. Dan masuk taksi, saya bisa menghubungi cucu, kalau sudah dekat dan akan sampai. Rupanya gak di (Tangerang) sana, gak di (Semarang) sini, taksinya sama, bersih-bersih dan layanannya baik. Sistemnya sudah tertata ya se-Indonesia," kata Endang.
Perjalanan pulang pun mengikuti pola yang sama, taksi dari rumah cucu ke pool Cititrans Pandanaran, shuttle Cititrans ke Fatmawati, dan taksi terakhir ke Ciputat. Seluruh rangkaian itu dimudahkan oleh integrasi aplikasi MyBluebird dan Cititrans, yang memungkinkan pemesanan lintas layanan tanpa harus beralih platform. Endang hafal betul dengan ritme tersebut karena ia sudah menjalaninya 3--4 kali perjalanan.

Transformasi Bluebird ke MaaS bukanlah kebetulan. Perusahaan yang berdiri 1 Mei 1972 itu membangun ekosistem yang berorientasi pada pelanggan sudah sejak lama.
Semenjak 1980-an, Bluebird konsisten memperbarui teknologi untuk pelanggan dan platform internalnya. Misalnya, tahun 1994, perusahaan menerapkan sistem komputerisasi untuk call center.
Pada 2003, mereka kemudian menerapkan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) SAP untuk mengelola armada dan pengemudi secara efisien. Kemudian, setahun setelahnya atau 2004, mereka mengadopsi Radio Mobile Data Terminal (sistem dan perangkat RMDT) untuk mempermudah penugasan taksi ke armada.
Dengan visi MaaS yang diartikulasikan sejak 2021, Bluebird mengintegrasikan produk dan layanannya dengan saluran (channel) dan opsi pembayaran digital.
Wakil Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Priawan Djokosoetono mengatakan, Bluebird secara konsisten menekankan pentingnya nilai hubungan humanis dalam operasional mereka. Nilai-nilai seperti integritas, empati, dan people first selalu ditanamkan melalui pelatihan intensif untuk para pengemudi dan karyawannya. Hal itu menunjukkan jika aspek kemanusiaan menjadi bagian dari karakter perusahaan yang dibangun secara internal.
"Inovasi perusahaan banyak yang berbasiskan Human Connection,sebagai salah satu fondasi dalam menghadapi disrupsi industri," katanya dikutip dari Laporan Tahunan dan Keberlanjutan Bluebird tahun 2024.
Tiga akademikus Singapore Management University (SMU), Yuanto Kusnadi, Sheetal Mittal, dan Wee-Kiat Lim, dalam studi mereka yang dirilis pada 28 Februari 2024 berjudul Transforming Blue Bird: Indonesia’s Top Mobility Provider’s Push for Sustainable Growth and Digitalisation menyebutkan, jika visi Blue Bird sebenarnya sudah terkategorikan ke dalam MaaS.
Bluebird, melalui MaaS-nya, telah menjadi katalisator perubahan. Dalam konteks kebutuhan perjalanan di era kekinian, layanan mereka relevan karena menjawab tuntutan mobilitas yang cepat, aman, dan inklusif. Pendekatan mereka membuat pelanggan seperti Endang merasa dihargai, bukan sekadar pengguna.
"Blue Bird fokus pada kesejahteraan pelanggan dengan menyediakan berbagai opsi pembayaran, terutama mode cashless atau contactless," ungkap ketiganya dalam laporan itu.
Sebagai platform multimodalitas digital, MaaS yang diterapkan Bluebird secara tidak langsung membantu mengurangi ketergantungan terhadap mobil pribadi yang tinggi emisi karena mendorong pergeseran moda (modal shift) ke opsi lebih bersih.
Laporan Bank Dunia soal Decarbonizing Urban Transport for Development, menyatakan kerangka MaaS di negara berkembang--seperti Indonesia--berpotensi untuk membantu dekarbonisasi di sektor transportasi.
Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, Tory Damantoro mengatakan, MaaS merupakan kelanjutan dari tren MOD (mobility on demand) yang sudah digunakan masyarakat Indonesia sejak 2010. Oleh karena itu, dekarbonisasi transportasi makin penting peranannya mengingat adanya konsep urbanisasi yang menyebabkan mobilisasi barang atau orang akan makin tinggi.
"Pada dasarnya teknologi informasi membuat jarak bukan merupakan masalah lagi dalam melakukan mobilisasi barang, orang maupun ide, sehingga struktur bisnis seharusnya bersiap dalam melakukan inovasi atau revolusi. Kehadiran teknologi informasi dapat membuat efektivitas dan efisiensi dalam sektor transportasi tercapai," ujarnya.