Pelanggan Industri dan Rumah Tangga Naik, PGN Genjot Jargas Jateng DIY

- PGN mencatat lonjakan jumlah pelanggan industri dan komersial di Jawa Tengah dan sekitarnya, didorong oleh perluasan jaringan pipa distribusi gas bumi.
- Minat tinggi investor asing mendorong peningkatan kebutuhan gas industri, terutama di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), dengan potensi serapan gas dalam jumlah besar.
- PGN membangun ribuan sambungan gas untuk rumah tangga di wilayah Semarang dan sekitarnya, dengan harga yang lebih murah dibanding LPG nonsubsidi.
Semarang, IDN Times — PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mencatat lonjakan signifikan jumlah pelanggan industri dan komersial di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya selama dua tahun terakhir. Hal ini didorong oleh perluasan jaringan pipa distribusi gas bumi serta masuknya sejumlah investor baru ke kawasan industri strategis seperti Kendal dan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).
Sales Komersial Industri PGN Area Semarang, Aldo Marino mengatakan, sektor industri dan komersial masih menjadi penyerap gas terbesar saat ini. Ia menyampaikan hal tersebut saat ditemui di site plan Kalimantan Jawa Gas (KJG), Tambaklorok Semarang, Senin (28/7/2025).
“Secara nasional ada sekitar 21.000 sambungan rumah tangga, dan sekitar 11.000 hingga 14.000 di antaranya berada di Kota Semarang. Kalau kita lihat tren dua tahun terakhir, pertumbuhan pelanggan sangat luar biasa,” ungkap Aldo.
1. PGN proses instalasi dan sistem pendukung industri

Menurut Aldo, minat tinggi investor asing, termasuk beberapa perusahaan besar asal Tiongkok, turut mendorong peningkatan kebutuhan gas industri. Perusahaan-perusahaan tersebut berencana membangun pabrik di KITB, dengan potensi serapan gas dalam jumlah besar.
“Kami siap mendukung kebutuhan mereka dengan jaringan pipa gas yang sudah kami siapkan di kawasan tersebut,” ujarnya.
Saat ini, PGN memasok gas bumi dari Sumur Jambaran Tiung Biru (JTB) milik Pertamina di Bojonegoro, Jawa Timur, sebagai sumber utama pasokan.
Bagi pelanggan industri, PGN menerapkan sistem analisis keekonomian terlebih dahulu. Jika disetujui, proses dari penandatanganan kontrak hingga pemanfaatan gas memakan waktu sekitar 8–12 bulan. PGN juga menyarankan industri untuk menggunakan sistem penggerak pneumatik, guna menghindari penggunaan listrik yang berisiko sebagai sumber api.
“Kami selalu mengutamakan keselamatan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam setiap proses,” tegas Aldo.
2. Gas untuk Rumah Tangga aman, praktis, dan hemat

Tidak hanya industri, PGN juga terus mendorong pemanfaatan jaringan gas (jargas) untuk sektor rumah tangga. Di wilayah Semarang dan sekitarnya, PGN telah membangun ribuan sambungan gas untuk warga, termasuk di Sleman dan Blora.
“Kami sosialisasikan jargas melalui kerja sama dengan kelurahan dan RT-RW. Setelah warga mengisi formulir minat, kami hitung keekonomian per klaster. Jika memenuhi syarat, baru kami pasang,” papar Aldo.
Dari sisi keamanan, jargas memiliki keunggulan karena gas bumi lebih ringan daripada udara, sehingga mudah menguap ke atmosfer saat terjadi kebocoran. Ini berbeda dengan LPG yang cenderung mengendap dan berpotensi menyebabkan ledakan.
“Gas PGN tidak pakai regulator buka-tutup seperti LPG. Ini membuatnya jauh lebih aman dan minim risiko kebakaran,” tambah Aldo.
Secara harga, meski tarif gas rumah tangga PGN berada di atas LPG subsidi, penggunaannya tetap lebih murah dibanding LPG nonsubsidi. Rata-rata tarif gas PGN antara Rp6.500–Rp10.000 per meter kubik, dengan total penggunaan bulanan sekitar Rp35.000--Rp40.000 tergantung pemakaian.
Bagi pelanggan rumah menengah ke atas, gas PGN juga bisa digunakan untuk water heater. Sementara itu, untuk UMKM seperti laundry atau warung makan, penggunaan jargas terbukti kompetitif dan efisien secara operasional.
“Saat ini kami juga melayani 41 pelanggan industri dan komersial serta 23 UMKM yang tergolong pelanggan kecil (PK), termasuk mal dan hotel,” jelas Aldo.
3. Yogyakarta jadi target baru PGN

Sementara itu, PGN juga mempercepat pengembangan GasKita di wilayah Sleman, Yogyakarta, sebagai bagian dari komitmen menghadirkan energi bersih yang tersedia 24 jam, hemat biaya, dan ramah lingkungan.
PTH Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Rosa Permata Sari menyebutkan, Sleman memiliki potensi besar, terutama karena pertumbuhan pesat sektor kuliner dan pariwisata.
“Jargas sangat cocok untuk hotel, rumah sakit, hingga UMKM kuliner. Dengan infrastruktur 100 km dan target 12.900 pelanggan, kami optimis bisa memperluas manfaat gas bumi di Yogyakarta,” kata Rosa dilansir keterangan resminya, Jumat (1/8/2025).
Pengembangan infrastruktur di Sleman dilakukan melalui moda beyond pipeline berupa CNG (Compressed Natural Gas) dan pembangunan Stasiun Pengatur Tekanan (PRS). PGN juga menggandeng kontraktor PT Kian Santang Muliatama Tbk (KSM) sebagai mitra pelaksana proyek.
Rosa menambahkan bahwa semua proyek PGN dijalankan dengan menerapkan prinsip Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) sebagai budaya kerja wajib.
“Kami pastikan seluruh pekerja mendapatkan induksi keselamatan kerja yang memadai, agar proyek jargas berlangsung sehat, aman, dan penuh tanggung jawab,” tutupnya.