Penyebab Inflasi di Jateng 2,8 Persen: Tarif Normal KAI dan MBG

- Kenaikan harga emas dunia menjadi pemicu inflasi bulan Oktober di Jawa Tengah
- Inflasi tertinggi terjadi di Kota Solo, disumbang oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau
- Tarif normal KAI setelah promo berakhir turut menyumbang tekanan inflasi di sektor transportasi
Semarang, IDN Times — Di tengah lonjakan harga emas global yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, inflasi di Provinsi Jawa Tengah masih terkendali dalam rentang sasaran 2,5±1 persen. Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, inflasi bulan Oktober 2025 tercatat sebesar 0,40 persen (month-to-month/m-t-m), meningkat dibanding September 2025 yang sebesar 0,21 persen (m-t-m). Secara tahunan, inflasi Jawa Tengah berada di level 2,86 persen (y-o-y), sama dengan inflasi nasional.
1. Kenaikan harga emas dunia menjadi pemicu

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra menjelaskan, peningkatan inflasi bulan Oktober terutama disebabkan oleh naiknya harga pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, dengan andil sebesar 0,21 persen (m-t-m).
“Kenaikan harga emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar inflasi bulan ini, seiring tren kenaikan harga emas dunia yang mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada Oktober 2025,” ujar Rahmat.
Berdasarkan data Trading Economics, harga emas dunia naik tajam sebesar 19,98 persen dibanding bulan sebelumnya dan 60,66 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Lonjakan tersebut dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi, mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas.
2. Inflasi tertinggi di Kota Solo

Secara keseluruhan, seluruh kota di Jawa Tengah mengalami inflasi bulanan. Kota Surakarta mencatat inflasi tertinggi sebesar 0,49 persen (m-t-m), sedangkan Kota Cilacap dan Kota Purwokerto mencatat inflasi terendah masing-masing 0,33 persen (m-t-m).
Selain emas, inflasi juga disumbang oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Kenaikan harga telur ayam ras dan daging ayam ras terjadi seiring meningkatnya permintaan dalam pelaksanaan program MBG (Makan Bergizi Gratis). Sementara itu, harga cabai merah naik akibat berakhirnya masa panen puncak.
Sebaliknya, harga bawang merah cenderung stabil bahkan sedikit menurun karena masih berlangsungnya masa panen di sejumlah sentra produksi, terutama di Kabupaten Brebes yang dikenal sebagai lumbung bawang merah nasional.
3. Tarif KAI bikin inflasi

Tekanan inflasi juga datang dari kelompok transportasi, dengan andil sebesar 0,02 persen (m-t-m). Hal itu terjadi karena normalisasi tarif kereta api setelah sebelumnya PT KAI memberikan diskon tarif hingga 20 persen dan flash sale tiket seharga Rp80 ribu dalam rangka HUT ke-80 PT KAI pada 28 September 2025.
“Setelah masa promo berakhir, tarif kembali normal, sehingga menambah tekanan inflasi di sektor transportasi,” jelas Rahmat.
Untuk menjaga inflasi tetap dalam sasaran, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah terus memperkuat koordinasi lintas instansi. Sejumlah langkah strategis difokuskan pada penjagaan pasokan dan distribusi komoditas utama, terutama menjelang akhir tahun.
“Kami bersama seluruh pemangku kepentingan terus berkomitmen menjaga stabilitas harga melalui koordinasi dan sinergi program TPID,” tegas Rahmat.
Program tersebut mencakup monitoring harga pangan secara rutin, optimalisasi cadangan pasokan daerah, serta stabilisasi harga bahan pokok menjelang perayaan keagamaan dan akhir tahun.
















