Empat Faktor Penyebab Manusia Kekurangan Iodium

Penelitian Guru Besar UNS Solo, Prof. Yulia Lanti Retno Dewi

Solo, IDN Times - Guru Besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. dr. Yulia Lanti Retno Dewi, M.Si menemukan empat faktor penyebab manusia kekurangan iodium di dalam tubuh.

Melalui penelitian yang berlokasi di daerah dataran tinggi Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, Guru Besar ke-42 di Bidang Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran (FK) UNS tersebut menyebutkan jika lebih dari 50 persen warga di daerah tersebut kekurangan iodium.

Hal ini menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Kekurangan iodium di wilayah tersebut merupakan akibat dari rendahnya kadar iodium di dalam tanah dan air di wilayah tersebut. Berikut faktor-faktor yang berhasil di identifikasi oleh Prof. Yulia.

Baca Juga: 6 Manfaat Yodium untuk Kesehatan Tubuh, Harus Tahu

1. Faktor fisik

Empat Faktor Penyebab Manusia Kekurangan IodiumIDN Times / Larasati Rey

Menurut Prof. Yulia beberapa faktor fisik ini menjadi bagian yang paling berpengaruh terhadap tingkat konsumsi iodium di suatu daerah. Faktor tersebut mencakup topografi, penggundulan hutan, curah hujan tinggi, dan erosi.

“ Kita melihat wilayah Ngargoyoso itu kan  termasuk dalam wilayah dataran tinggi, sehingga kadar iodium di dalam tanah tidak bisa melekat. Dalam penelitian saya di kecamatan Ngargoyoso saya menggunakan cara pandang yang lain yaitu perspektif ekologi,”

Selain itu, penggundulan hutan, curah hujan tinggi dan juga erosi juga membuat kadar iodium hanyut ke bawah.

2. Faktor biologik

Empat Faktor Penyebab Manusia Kekurangan Iodiumsierrasun.com (Bakteri Coliform)

Faktor ini lebih menuju pada keadaan biologis suatu wilayah, dimana di Kecamatan Ngargoyoso, menurtr Prof.Yulia memiliki kandungan Escherichia coli atau bakteri coli dan cacing usus yang tinggi. Selain itu, juga mengandung banyak senyawa goitrogenik, pupuk nitrogen, dan anemia gizi besi.

“Bakteri coli yang ada di daerah sana bisa mengubah probiotic menjadi biotic yang selama ini menyebabkan gondok. Tak jarang, disana banyak anak-anak yang terserang penyakit gondok karena kekurangan iodium,” jelasnya.

3. Faktor budaya

Empat Faktor Penyebab Manusia Kekurangan Iodiumtokopedia.com

Selain faktor fisik dan faktor biologik, Prof.Yulia juga mengindetifikasi kekurangan iodium di wilayah Ngargoyoso akibat ketidakacuhan masyarakat terhadap pentingnya iodiom, budaya pertanian, pola makan monoton, dan cara memasak makanan yang tidak baik.

“Kita lihat banyak orang-orang di sana kalau menyimpan garam tidak dengan cara ditutup, padahal garam tidak ditutup tersebut akan mengakibatkan kadar iodium menguap dan hilang, selain itu juga lama pemasakan yang tidak diatur juga,” jelas Prof. Yulia.

4. Faktor sosial

Empat Faktor Penyebab Manusia Kekurangan IodiumIDN Times / Larasati Rey

Yang terakhir, Prof. Yulia juga menyimpulkan beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kekurangan iodium bagi warga di Ngargoyoso. Yakni tingkat nasional, tingkat kabupaten, tingkat rumah tangga, pendidikan rendah, dan kemiskinan.

Pemerintah Republik Indonesia berusaha mengatasi kekurangan iodiom. Pada awalnya suntikan iodium yang dilarutkan dalam minyak (Lipiodol) dan juga kapsul iodium namun program tersebut dihentikan karena biaya sangat besar. Menurut Prof. Yulia pada tahun 1997 muncul kampanye nasional garam beriodium dengan mengikuti paradigma iodium kurang + suplemen iodium = iodium cukup.

“Dalam penelitian saya, meskipun sudah menggunakan iodium sesuai paradigma pemerintah namun ternyata masih banyak ditemukan orang kekurangan iodium,” ungkanya.

“Saya mengusulkan agar upaya penanggulangan kekurangan iodium di masa yang akan datang selain menggunakan suplemen iodium juga ditambahi upaya-upaya lain yang dapat dilakukan di masyarakat,” imbuhnya.

Usulan tersebut diantaranya; mencegah erosi dengan tidak memberikan IMB di puncak dan lereng gunung, penyebaran luasan informasi bahan makanan yang dapat memperberat gondok (goitrogenik), memperbaiki kualitas garam mulai dari produksi, distribusi, penyimpanan, pengolahan, hingga dikonsumsi agar iodium tidak hilang.

Selain itu juga memberikan obat cacing setiap enam bulan sekali, membiasakan  anak mencuci tangan dan memotong kuku. Sehingga perspektif ekologi penanggulangan kekurangan iodium bisa teratasi.

“Saya usulkan paradigma baru sebagai berikut; iodium kurang + suplemen iodium + upaya lain dalam masyarakat = iodium cukup,” pungkasnya.

Baca Juga: 5 Tanda Tubuh Kekurangan Yodium Ini Harus Diwaspadai

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya