Laboratorium RS Kariadi Semarang Dipakai Uji Klinis Vaksin Nusantara

Ahli virus RS Kariadi Semarang terlibat vaksin Nusantara

Semarang, IDN Times - RSUP Dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah menjadi tempat uji klinis vaksin Nusantara yang diprakarsai Mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto. Vaksin tersebut digadang-gadang menjadi solusi penanganan COVID-19 di Indonesia.

1. Keseluruhan uji klinis vaksin Nusantara dilakukan di laboratorium RSUP Dr Kariadi

Laboratorium RS Kariadi Semarang Dipakai Uji Klinis Vaksin NusantaraIlustrasi laboratorium untuk membuat vaksin COVID-19 (Dokumentasi Tehran Times)

Humas RSUP Dr Kariadi Semarang, Parna membenarkan apabila lokasi pengembangan vaksin Nusantara dilakukan di laboratorium uji klinis rumah sakit milik pemerintah itu. 

‘’Tempat uji klinisnya memang di (RSUP) Kariadi, tapi semua alat mereka (tim pengembangan) bawa sendiri,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Jumat (19/2/2021).

Adapun, tim pengembangan dan peneliti vaksin Nusantara terdiri dari PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. 

‘’Selain Litbangkes (Kementerian Kesehatan), Rama Pharma dan AIVITA Biomedical, tim yang terlibat uji klinis tersebut juga ada dari Undip dan RSUP Dr Kariadi Semarang. Adapun, yang dari rumah sakit sendiri adalah para ahli virus seperti dokter Yetty dan dokter Muchlis,’’ tuturnya.

Baca Juga: 1.807 Relawan di Semarang Disiapkan untuk Uji Klinis Vaksin Nusantara

2. Ahli virus RSUP Dr Kariadi Semarang turut terlibat

Laboratorium RS Kariadi Semarang Dipakai Uji Klinis Vaksin NusantaraIlustrasi tenaga medis COVID-19. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Pengembangan vaksin Nusantara menggunakan teknologi sel dendritik sebagaimana satu vaksin dibuat hanya untuk satu orang, sehingga disebut aman bagi orang yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta.

Cara kerja vaksin dendritik berasal dari sel dendritik autolog -komponen dari sel darah putih- yang dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-COV-2. Sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh lagi.

Di dalam tubuh, sel dendritik itu akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2.

3. Pengembangan vaksin sudah sejak 12 Oktober 2020

Laboratorium RS Kariadi Semarang Dipakai Uji Klinis Vaksin NusantaraPetugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Untuk diketahui, berbagai proses pengembangan vaksin sudah dilakukan sejak 12 Oktober 2020. Dimulai dengan penetapan tim penelitian uji klinis vaksin sel dendritik oleh Kemenkes melalui KMK No. HK.01.07/MENKES/2646/2020.

Kemudian, tanggal 23 Desember 2020 sampai 6 Januari 2021 merupakan tahap penyuntikan uji klinis fase pertama hingga 11 Januari 2021. Pada 3 Februari 2021 dilakukan monitoring dan evaluasi.

Peneliti vaksin dari Undip Semarang, dokter Yetty Movieta Nency SpAK IBCLC menjelaskan, dalam kondisi emergensi COVID-19 seperti saat ini vaksinasi menjadi solusi guna memutus rantai penyebaran dengan cara menimbulkan imunitas pada populasi.

‘’Penelitian vaksin COVID-19 ini sudah banyak dilakukan di seluruh dunia. Masing masing vaksin ada kurang dan lebihnya, tetapi vaksin yang sudah beredar di Indonesia semuanya dalam izin BPOM. Sehingga, sudah diteliti dengan sangat ketat tentang keamanan dan efikasinya,’’ tuturnya dalam keterangan resmi.

4. Vaksin dendritik tidak mengandung ajuvan dan komponen hewan

Laboratorium RS Kariadi Semarang Dipakai Uji Klinis Vaksin NusantaraIlustrasi Vaksin (ANTARA FOTO/AAP Image/David Mariuz via REUTERS)

Kelebihan vaksin dendritik, diklaim Yetty, adalah autolog atau dari darah pasien sendiri dan tidak mengandung ajuvan dan komponen binatang. Maka, diharapkan bisa aman diterima ke subyek (tubuh manusia).

Selain itu, vaksin Nusantara secara harga akan sebanding dengan vaksin-vaksin yang saat ini beredar.

‘’Karena bersifat individual dan on site, maka akan dapat memotong biaya penyimpanan dan pengiriman. Tidak ada komponen virus yang disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Proses pembuatannya tidak perlu teknologi yang terlalu rumit,’’ tandasnya.

Baca Juga: Kisah Perawat di Semarang yang Pernah Terpapar COVID-19, Butuh Vaksin Teruji

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya