Jemaat Sakramen Tobat di Semarang Diminta Duduk Berjauhan, Jarak 2 Meter

Semarang, IDN Times - Ibadah sakramen tobat yang dilaksanakan di Gereja Paroki Santo Maria Theresia Bongsari, Semarang diubah untuk menyikapi wabah virus Corona (Covid-19) yang sekarang semakin meluas. Salah satunya, jemaat yang mengikuti ibadah sakramen tobat mulai 20 Maret 2020 wajib memberi jarak dua meter saat duduk di kursi.
1. Jemaat Gereja Bongsari harus duduk berjauhan untuk mengikuti social distancing
Pastor Gereja Paroki Santo Maria Theresia Bongsari, Romo Eduardus Didik Cahyono bilang pemberian jarak 2 meter antar jemaat dilakukan murni untuk mengikuti aturan social distancing yang dibuat oleh pemerintah.
"Jarak antar jemaat saat ibadah pengakuan dosa ini harus dua meter. Mereka harus duduk berjauha," kata Romo Didik kepada IDM Times, Sabtu (21/3).
"Ini juga untuk mengikuti arahan dari Bapak Uskup Agung Semarang, Monsinyur Robertus Rubiyatmoko yang mengimbau dilakukan sakramen tobat dengan memberikan absolusi umum," ungkapnya.
Baca Juga: Cegah Virus Corona, Misa Ekaristi Gereja Bongsari Tanpa Air Suci
2. Sakramen tobat untuk menyongsong datangnya Paskah
Sakramen tobat, ujar Romo Didik merupakan salah satu ibadah yang digelar untuk menyambut datangnya Hari Raya Paskah bagi seluruh umat Nasrani.
Ia menjelaskan ibadah sakramen tobat dengan absolusi umum ini sama artinya dengan pengakuan dosa secara massal. Selama virus Corona merebak, sakramen tobat massal dilakukan demi mengurangi interaksi sosial sehingga umat tidak berada dalam ruang pengakuan yang dimasuki secara bergantian.
Menurut Romo Didik pelaksanaan ibadahnya pun berubah ketimbang biasanya yang digelar secara privat. Gereja Bongsari menggelar sakramen tobat massal dengan satu syarat yakni para jemaat harus benar-benar menyesal atas dosa-dosanya.
Editor’s picks
"Jika ada dosa berat, dosa tersebut tetap diakukan pada sakramen tobat ketika keadaan sudah membaik," terangnya.
3. Misa mingguan dan harian diliburkan
Selain itu, ia menegaskan guna memutus rantai penularan virus Corona, gerejanya juga sementara waktu meliburkan ibadah misa harian, misa Sabtu dan Minggu.
Diakuinya keputusan ini diambil dengan berat hati karena pihaknya ingin meminimalisir resiko penularan Corona di lingkungan gereja.
Ia berharap tindakan ini tidak mengurangi tingkat keimanan umat Katolik. Melainkan tetap teguh beribadah dan ingin mengupayakan kebaikan antar sesama umat.
"Maka dengan berat hati, pilihan untuk tidak merayakan misa harian, misa mingguan dan kegiatan lain-lain harus diambil seraya terus memohon rahmat kesembuhan dan kesehatan," urainya.
4. Jemaat lega masih bisa ikut sakramen tobat
Sementara itu, Inawati, seorang jemaat di Gereja Paroki Bongsari, mengaku tetap merasakan layanan ibadah yang baik meski sakramen tobat digelar secara massal.
Ia merasa lega karena pelayanan sakramen tobat dilakukan dengan cara yang kondusif dan masih bisa menyambut Paskah dengan layak.
Baca Juga: 3 Saran Uskup Agung Semarang untuk Umat Katolik, Waspada Virus Corona