Saat Iduladha, Warga Dilarang Buang Jeroan Hewan Kurban ke Sungai
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Klaten, IDN Times- Sejumlah warga yang tinggal di tepi bantaran sungai di Kabupaten Klaten, dilarang membuang jeroan maupun sisa daging pemotongan hewan kurban ke sungai. Pasalnya, kotoran dari hewan kurban berpotensi mencemari permukaan sungai sehingga mengganggu aktivitas warga setempat.
1. Jeroan hewan kurban paling banyak dibuang di anak Sungai Dengkeng
Arif Fuad Hidayah, Koordinator Humas Data Sekolah Sungai Klaten mengungkapkan ,perilaku warga Klaten yang kerap mengabaikan kelestarian sungai, saat ini terbilang mengkhawatirkan.
Menurutnya banyak warga yang kerap membuang jeroan maupun sisa daging hewan kurban ke sejumlah anak Sungai Dengkeng. Temuan paling banyak berada di bantaran Sungai Kuning dan Sungai Ujung.
"Banyak sekali (yang membuang jeroan ke sungai). Paling hanya 5 persen yang sudah sadar. Saat kita telusuri ke bantaran sungai, ternyata setiap tahunnya paling banyak ditemukan sampah hasil pemotongan hewan kurban terutama di Kali Kuning dan Kali Ujung," ungkapnya saat berbincang dengan IDN Times, Minggu (14/7).
Baca Juga: Selain Hewan Kurban, 6 Hal Ini Paling Dicari Saat Idul Adha
2. Jeroan yang dibuang ke sungai menimbulkan bau tak sedap
Editor’s picks
Ia menyayangkan perilaku warga yang mengabaikan kelangsungan ekosistem sungai tersebut. Padahal, kata Arif, kedua anak sungai itu memiliki aliran air yang deras dan kerap dimanfaatkan oleh warga untuk kebutuhan rumah tangganya.
Lebih jauh lagi, Arif menuturkan, pembuangan jeroan hewan kurban ke sungai berpotensi menimbulkan pencemaran secara masif. Selain memperkeruh permukaan sungai, jeroan hewan juga menimbulkan bau tak sedap.
"Itu bisa mencemari sumur yang ada di sekitarnya. Soalnya Kali Ujung dan Kali Kuning kan banyak digunakan sama warga sekitar. Biasanya buat mandi, mencuci maupun sekedar untuk mencari hiburan. Lha kalau kotoran dan jeroan itu terus-menerus dibuang ke situ, ya jelas menimbulkan pencemaran," akunya.
3. Sebaiknya jeroan hewan kurban dipendam ke tanah agar dapat membantu menyuburkan tumbuhan
Arif pun mengimbau kepada warga bantaran sungai untuk menyetop perilaku berbahaya tersebut. Sebaiknya jeroan maupun kotoran sisa penyembelihan hewan kurban dibuang ke dalam lubang atau tempat resapan yang dapat ditimbun dengan tanah.
"Nantinya sisa limbah akan membantu menyuburkan tanah. Atau bisa memakai wadah yang ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik dalan pembagian daging kurban. Bisa memakai besek dari daun pisang atau koran bekas," pungkasnya.
Baca Juga: Bisnis Kerajinan Batik di Jateng Menggeliat, Ganjar Ikut 'Promosi'