Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Semarang Rawan Jadi Episentrum COVID-19, Ganjar Harap Tak Sampai PSBB

Ilustrasi penyekatan jalan. Dok. Dishub Kota Semarang.

Semarang, IDN Times - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan jumlah penularan virus Corona (COVID-19) di Kota Semarang saat ini terbilang sangat tinggi. 

Menurutnya jika merujuk dari pernyataan Jubir Pemerintah Khusus Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, Kota Semarang juga bisa menjadi titik episentrum baru penyebaran virus Corona di Indonesia.

"Mudah-mudahan masyarakat bisa mengikuti ketentuan yang sudah diterapkan. Kalau tidak, maka potensi Semarang menjadi episentrum baru akan benar-benar terjadi," kata Ganjar dalam keterangan yang didapat IDN Times, Rabu (30/4).

1. Semarang bisa jadi episentrum baru kasus COVID-19 bila warganya tak disiplin

Penutupan jalan protokol di Kota Semarang. Dok. Dishub Kota Semarang

Ganjar bilang jika merujuk dari pernyataan Yuri, Kota Semarang bersama Surabaya dan Makassar bisa jadi episentrum baru dengan melihat tingginya angka lonjakan kasus positif virus Corona yang muncul selama ini.

Ia mengakui bila prediksi tersebut bisa saja jadi kenyataan bila warga Ibukota Jateng tidak bisa melakukan pengendalian, tidak bisa disiplin dan tidak bisa tertib."Kalau masyarakat tidak disiplin, bukan tidak mungkin Kota Semarang akan benar-benar menjadi episentrum baru," jelasnya.

2. Ganjar anggap aturan PSBB dan PKM sama persis

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bersama Forkompinda memantau pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM). (dok. Pemkot Semarang)

Meski demikian, ia melihat bahwa sejauh ini Pemkot Semarang sudah melakukan tindakan dengan menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM). Ganjar mengatakan pola PSBB dengan PKM sebenarnya sama persis. Karena kedua aturan itu bertujuan menjaga ketertiban masyarakat.

3. Ganjar: Jangan sampai kita naikan status jadi PSBB

Dok. Humas Pemprov Jateng

Bila aturan PKM nantinya tidak berhasil mencegah wabah virus Corona, maka ia menyebut bukan tidak mungkin kebijakan PSBB yang akan ditempuh.

"Kita belajar di PSBB Jabodetabek, mereka melakukan pengetatan, tapi di daerah pinggiran masih ada kerumunan. Jadi intinya bukan PKM atau PSBB, tapi kesadaran dari masing-masing masyarakat untuk bisa mengerti, memahami dan disiplin jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lainnya," tegasnya.

"Kalau sudah PSBB, semua pasti akan terasa sakit. Semuanya susah. Maka ayo jangan sampai kita menaikkan status menjadi PSBB dengan cara disiplin dan taat aturan," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Bandot Arywono
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us