Tenaga Medis di Semarang Keluhkan Ketidakjujuran Pasien Virus Corona

Dampaknya banyak yang gak sadar tertular COVID-19

Semarang, IDN Times - Tenaga medis yang betugas menangani pasien suspect virus corona (COVID-19) di Semarang, Jawa Tengah mendesak kepada Pemrintah Kota Semarang untuk segera menggelar tes COVID-19 secara massal. Sebab, saat ini penularan virus corona tak cuma terjadi pada warga yang berpergian ke luar kota. Melainkan sudah menjalar pada local transmission.

1. Ada PDP virus corona terular dari local transmission

Tenaga Medis di Semarang Keluhkan Ketidakjujuran Pasien Virus CoronaIlustrasi Cara Menangani Wabah Virus Corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Seorang dokter yang menangani pasien virus corona di RS William Boots Semarang, I Komang Jananuraga CAP mengatakan kasus penularan COVID-19 di Semarang saat ini cenderung mengkhawatirkan. Dirinya belum lama ini mendapati adanya seorang pasien dalam pengawasan (PDP) yang dirawat di rumah sakitnya dalam keadaan tertular virus tersebut.

"Dan satu pasien PDP itu sekarang sedang kita isolasi. Beliau orang Semarang. Gak pernah pergi-pergi ke luar kota tapi ternyata juga bisa tertular COVID-19. Kita menduga dia kena virus dari local transmission. Soalnya kan Semarang sudah masuk zona berbahaya penularan virus tersebut," kata Komang saat berbincang dengan IDN Times melalui sambungan telepon, Selasa (24/3).

Baca Juga: Temuan Ombudsman di Jateng, Ada Call Center Virus Corona Tak Aktif

2. Dokter hanya bisa mengecek pasien COVID-19 dari tatap muka

Tenaga Medis di Semarang Keluhkan Ketidakjujuran Pasien Virus CoronaANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Komang menekankan bahwa penularan virus corona justru lebih berbahaya jika sudah masuk fase kedua, dengan kondisi pasien mengalami pneumonia. Fase kedua rata-rata kerap terjadi pada para lansia dan anak-anak.

Tim medis, imbuh Komang, hanya bisa melakukan screening pasien virus corona melalui tatap muka. Saat masuk IGD, ia kerap bertemu dengan pasien yang mengeluh batuk, pilek dan sesak napas.

Komang mengaku ketidakjujuran pasien virus corona menjadi hambatan sendiri bagi pihaknya. Sebab pada umumnya saat ini banyak diliputi rasa takut dengan adanya penularan virus corona.

"Dengan tetap memakai masker, sarung tangan, kita cuma bisa meng-interview pasien. Yang jadi masalah, banyak pasien gak mau jujur. Akhirnya pas diperiksa lengkap, baru ketahuan dia ODP atau PDP. Sekarang Pemkot Semarang dan Pak Gubernur harus menggelar tes massal virus corona. Tahapan tes massal adalah kunci dari penanggulangan kasus ini," terangnya.

3. Persediaan baju hazmat semakin menipis

Tenaga Medis di Semarang Keluhkan Ketidakjujuran Pasien Virus CoronaPersonel Brimob di Semarang saat memakai baju Hazmat. IDN Times/Fariz Fardianto

Sebagai rumah sakit lini ketiga kasus corona, RS William Boots saat ini kewalahan menerima pasien virus corona lantaran pihak rumah sakit kehabisan alat Virus Transport Media (VTM) dan baju hazmat atau alat pelindung diri (APD). Hal itu dikarenakan pasien yang masuk bertambah banyak.

"Alat VTM kita gak punya. Di Wiliam Boots sehari tiga sif, dengan persediaan baju hazmat yang minim, gak cukup buat seminggu," terangnya.

"Buat mengakalinya, kita pakai baju bedah lengkap dengan sepatu boot dan harus dicuci lagi kalau mau dipakai. Itu memang gak standar tapi minimal bisa digunakan ketimbang tidak ada sama sekali," sambung Komang.

Baca Juga: Terpukul COVID-19, Mal di Semarang Ubah Jam Operasional Kunjungan  

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya