Status Indonesia Negara Maju Tak Ganggu Perdagangan Tekstil Dengan USA

Indonesia dan Amerika memiliki ketergantungan satu sama lain

Solo, IDN Times - Dikeluarkannya Indonesia sebagai salah satu negara berkembang oleh Presiden Amerika  Donald Trump nampaknya ditanggapi santai oleh kalangan pengusaha terutama

Program Representative Indonesia Cotton Council International (CCI) Dr Anh Dung (Andy) Do memperkirakan perubahan status Indonesia dari negara berkembang ke negara maju oleh Amerika Serikat tidak akan mempengaruhi bidang tekstil kedua negara.

1. Perdagangan tekstil Indonesia - Amerika tidak akan terganggu

Status Indonesia Negara Maju Tak Ganggu Perdagangan Tekstil Dengan USAIDN Times/Larasati Rey

Dalam seminar  The Economics of The Mills oleh Rieter  dan Recent Discoveries about the Quality of US Cotton oleh CCI yang digelar di Kota Solo, Selasa (25/2), Anh Dung (Andy) Do mengatakan perdagangan tekstil Indonesia – Amerika tidak ada berdampak pada perubahan status negara Indonesia. Ia mengatakan jika Amerika tetap akan menerima barang dari Indonesia.

“Antara Indonesia dan Amerika tidak ada problem. Amerika mau terima banyak barang dari Indonesia,” ungkpanya.

2. Masih membutuhkan barang impor dari Indonesia

Status Indonesia Negara Maju Tak Ganggu Perdagangan Tekstil Dengan USAIlustrasi eskpor impor/pixabay.com/distel2610

Andy mengungkapkan jika saat ini kondisi ekonomi Amerika sangat baik. Mereka akan banyak membutuhkan import dari Indonesia, mengingat di Amerika sangat sedikit industri besar pertekstilan.

Menurutnya, Indonesia tetap bisa menikmati berbagai fasilitas ekspor seperti yang disediakan ketika masih berstatus negara berkembang. Terlebih, Presiden Joko Widodo terus  mendorong ekspor garmen dari Indonesia ke Amerika.

“Ini tergantung negosiasi Jakarta dan Washington. Pemerintah Indonesia selama ini selalu ada negosiasi dengan Amerika,” jelasnya.

3. Indonesia bergantung kapas dari Amerika

Status Indonesia Negara Maju Tak Ganggu Perdagangan Tekstil Dengan USAglobalresearch.ca

Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah, Liliek Setiawan mengatakan jika industri tekstil akan bergantung pada bahan baku kapas dari Amerika, selain memiliki kualitas yang baik, para petani kapas di Amerika masih mau mengekspor kapas dalam bentuk bahan mentah.

Ia mengurai, di dunia ada tiga negara penghasil kapas yakni Amerika, China, dan India. Dua negara yakni China dan India saat ini sudah bekomitmen tidak akan menjual produk mentah. Mereka hanya menjual produk yang sudah memiliki nilai.

"Penghasil kapas terbaik di dunia, masih dipegang oleh Amerika. Dinilai dari warna putih, serat, kekuatan, fleksibilitas, dan kecukupan stok. Sebab Amerika tidak memiliki industri tekstil yang besar. Berbeda dengan Tiongkok dan India, mereka sudah melarang untuk ekspor bahan mentah kapas," jelasnya.

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya