Penyebab 4 Daerah Jateng Alami Keracunan MBG, Masaknya Dicicil Setengah Matang

- Tim Percepatan MBG Jateng laporkan 4 daerah alami keracunan masakan MBG karena kesalahan prosedur memasak bahan baku makanan.
- Kasus keracunan terjadi di Klaten dan Wonogiri, dengan siswa SD dan SMAN 2 Wonogiri menjadi korban.
- Kesalahan proses kebersihan dan memasak bahan makanan, seperti mencicil memasak setengah matang, menjadi penyebab kasus keracunan.
Semarang, IDN Times - Tim Percepatan Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) Jawa Tengah menyatakan terdapat empat kabupaten yang mengalami kasus keracunan masakan MBG karena terjadi kesalahan prosedur dalam tahap memasak bahan baku makanan.
Sekretaris Tim Percepatan MBG Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan dari empat kabupaten yang dimaksud, dua kasus keracunan terjadi belum lama ini di Kabupaten Klaten dan Wonogiri.
Di Klaten kejadian keracunan MBG dialami 105 siswa SD tanggal 10 September. Sementara di Wonogiri 12 September kemarin juga ada 110 siswa SMAN 2 Wonogiri yang keracunan MBG.
"Yang di Klaten penanganan pada siswanya langsung dipulangkan semua. Gejalanya mereka muntah-muntah lalu diperiksa puskesmas untuk diberi obat. Untuk dapur SPPG-nya sekarang sedang diassesment," kata Sujarwanto kepada IDN Times, Senin siang (15/9/2025).
Rentetan kasus keracunan yang muncul karena adanya kesalahan pada pengerjaan memasak bahan baku di empat dapur SPPG.
Seperti keracunan MBG yang muncul di Klaten, pihaknya menemukan fakta adanya kesalahan saat proses kebersihan dan proses memasak bahan makanan. Menurutnya salah satu dapur SPPG Klaten kedapatan memasak dengan cara mencicil beberapa bahan makanan sejak sore hari.
Namun sebelum disajikan keesokan harinya, petugas SPPG Klaten baru memasak setengah matang.
"Makanya perlu jadi perhatian karena masak serempak bareng kan butuh waktu lama. Dan juga bahan yang dimasak setengah matang lalu cara menyimpannya juga harus diwaspadai. Jadi rata-rata jam sore sudah mulai masak. Membersihkan dan masak setengah matang, terus didiamkan dulu. Jadi SPPG di Klaten ini sudah mulai nyicil masak. Dan itu nyatanya beresiko, soalnya paginya malah tidak fresh," urainya.
Tak cuma di Klaten, cara memasak yang dicicil setengah matang juga dikerjakan SPPG di tiga daerah lainnya sehingga memunculkan kasus keracunan.
Ia pun menekankan perlunya mensinkronkan luasan dapur SPPG dengan jumlah personel yang bertugas.
"Sejauh ini yang Klaten sedang didalami apa saja yang dibutuhkan untuk masukan. Harapan kita yang kejadian kayak itu bisa diantisipasi. Memang kapasitas dapur dan perosnel mustinya benar-benar pas gitu. Proses maskak jangan dicicil masak gitu. Tapi harus sekali jadi. Kalau dicicil kan resiko kontaminasi. Yang jadi masalah itu kan di tahap masak dan kebersihan," ujar Sujarwanto.