Hujan Berhari-hari, Volume Banjir Kanal Barat Semarang Sentuh 50 Cm

Semarang, IDN Times - Debit air sungai Banjir Kanal Barat (BKB) Semarang masih terpantau aman meskipun belakangan ini hujan deras melanda ibukota Jateng. Petugas Bendung Simongan menuturkan elevasi air sungai BKB berkisar pada angka 50 sentimeter dengan Debit aliran air mencapai 42,59 meter kubik per detik.
"Untuk sekarang elevasi air sudah mulai turun ke level 40 sentimeter. Dilihat dari tren sekarang kemungkinan stabil di level 40 sentimeter," ujar Operator Bendung Simongan di Sungai BKB Semarang, Bayu Wanapati saat dikonfirmasi IDN Times, Kamis (30/1/2025).
1. Petugas tutup lima pintu air

Bayu mengungkapkan sejauh ini walau Semarang dan sekitarnya kerap diguyur hujan deras akan tetapi elevasi BKB masih tergolong normal. Level normal pada volume air BKB kisaran angka 10-50 sentimeter.
Sungai BKB Semarang memiliki lima pintu air. Bayu menekankan kelima pintu air yang masing-masing memiliki saluran itu letaknya dua di sisi barat dan tiga di sisi timur.
"Sebagai antisipasi banjir, lima pintu tersebut kita tutup supaya air tidak masuk ke saluran warga. Apabila elevasi air sudah masuk 50 sentimeter, kita di bendung sudah mulai pengamanan saluran dan pemantaun berkala," terangnya.
2. Elevasi BKB masih normal

Kendati begitu, Bayu berkata status volume sungai akan dinaikkan jika ada peningkatan debit air melebihi 50 sentimeter.
"Untuk musim-musim hujan elevasi BKB normal dari 10 - 50 sentimeter, itu masih dikategorikan normal. Tapi kalau sudah mulai ada kenaikan lebih dari 50 sentimeter berarti curah hujan di hulu BKB sedang sampai lebat," tambahnya.
3. Hujan lebat dipengaruhi monsun Asia

Sebelumnya diberitakan bahwa Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang menyatakan intensitas curah hujan mayoritas wilayah Jawa Tengah meningkat selama puncak musim penghujan karena dipengaruhi pergerakan angin monsun Asia.
Koordinator Bidang Informasi dan Observasi Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Giyarto mengatakan tingginya eskalasi curah hujan juga disebabkan adanya belokan masa udara udara dari benua Asia yang bertemu menjadi satu di wilayah Jawa Tengah.
Giyarto menuturkan secara umum Jawa Tengah akhir bulan ini sampai awal Februari 2025 memasuki puncak musim penghujan. Pihaknya menyarankan supaya masyarakat yang tinggal di dekat pesisir pantai supaya ekstra waspada karena ada potensi banjir rob yang lebih tinggi.
Di lereng-lereng pegunungan, warga juta perlu lebih berhati-hati karena adanya hujan deras membuat tingkat kejenuhan tanah menjadi meningkat.