Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Oktober 2023 Masuk Puncak Kemarau, Suhu Udara Jateng Tembus 40 Derajat

Suasana kepadatan lalu lintas di Jalan Kaligarang, Semarang Barat saat sore hari. Tampak para pengendara motor dan mobil memenuhi perempatan lampu merah menuju arah barat Kota Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Suasana kepadatan lalu lintas di Jalan Kaligarang, Semarang Barat saat sore hari. Tampak para pengendara motor dan mobil memenuhi perempatan lampu merah menuju arah barat Kota Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang memperkirakan temperatur udara seluruh wilayah Jawa Tengah akan mencapai titik maksimum saat memasuki puncak musim kemarau di bulan Oktober 2023.

Musababnya, puncak kemarau di tahun ini juga bersamaan dengan munculnya radiasi Matahari yang turun ke bumi secara maksimal. 

1. Suhu udara Jateng mencapai 39--40 derajat

ilustrasi mencatat suhu udara (pixabay.com/mabelamber)
ilustrasi mencatat suhu udara (pixabay.com/mabelamber)

Koordinator Informasi dan Observasi, Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Giyarto mengaku suhu maksimum saat puncak kemarau di bulan Oktober nanti berkisar antara 39--40 derajat celcius. 

"Suhu maksimumnya saat saat puncak musim kemarau bukan terjadi ketika September, melainkan suhu tertinggi akan terjadi pas Oktober, prediksi kami bisa sampai 39-40 derajat celcius," ujar Giyarto saat dihubungi IDN Times, Senin (14/8/2023).

2. Lakukan monitoring pada kelembaban dan kecepatan angin

Seorang analis cuaca di Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang saat memonitor perkembangan awan hujan melaui citra satelit yang terkoneksi dengan komputer di ruang kerjanya. (IDN Times/Dok Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani)
Seorang analis cuaca di Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang saat memonitor perkembangan awan hujan melaui citra satelit yang terkoneksi dengan komputer di ruang kerjanya. (IDN Times/Dok Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani)

Petugasnya di lapangan saat ini telah memonitor gerak semu Matahari yang akan mencapai tepat di atas langit Pulau Jawa ketika memasuki puncak kemarau. 

Ia mengungkapkan adanya gerak semu Matahari mempengaruhi peningkatan suhu udara wilayah Jateng serta menambah tingkat kelembaban udara masing-masing daerah. 

"Kita secara rutin memonitoring pada kelembaban udara dan peningkatan kecepatan angin," tutur Giyarto. 

3. Dipengaruhi perubahan posisi semu Matahari

unsplash/Federico Respini
unsplash/Federico Respini

Menurutnya, naiknya suhu udara saat puncak kemarau juga disebabkan faktor posisi Matahari yang diprediksi berada di garis ekuator selatan. Sehingga radiasi Matahari yang maksimal akan dipancarkan tepat di atas langit Jawa Tengah. 

Hal ini juga ditambah dengan munculnya awan konvektif.

"Karena ada perubahan posisi semu Matahari yang mana Mataharinya ada di sekitar ekuator dan di atas Pulau Jawa dan disuport radiasi Matahari serta awan konvektif, maka suhu udaranya akan terasa sangat terik," paparnya. 

4. BMKG waspadai risiko kekeringan dan kebakaran lahan

Ilustrasi lahan gundul. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Ilustrasi lahan gundul. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid

BMKG, katanya kini sedang berusaha melakukan kesiapsiagaan terutama gencar menyosialisasikan spartan BMKG soal antisipasi tingkat kebakaran dan kekeringan hutan dan lahan. 

"Ini kewaspadaan yang kita lakukan saat ini. Semua aspek yang berpotensi menimbulkan kemudahan kebakaran lahan dan hutan sedang dipantau terus-menerus," pungkasnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fariz Fardianto
Dhana Kencana
Fariz Fardianto
EditorFariz Fardianto
Follow Us