Soal Usualan Pahlawan Soeharto dan Gusdur. Jokowi: Semua Memiliki Jasa

- Semua presiden memiliki peran dan jasa yang wajib dihargai.
- Pemberian gelar pahlawan melalui proses panjang dan pertimbangan khusus.
- Pro kontra terhadap pengusulan pahlawan adalah hal lumrah, namun semua pihak harus menghargainya.
Surakarta, IDN Times - Presiden ke-7 RI Joko “Jokowi” Widodo merespons soal pengusulan Presiden ke-4 Soeharto dan Presiden ke-6 Abdulrahman Wahid atau Gus Dur sebagai pahlawan nasional.
1. Semua presiden memiliki peran.

Ditemui dikediamannya Jokowi, mengatakan baik Soeharto maupun Gus Dur memiliki peran dan jasa terhadap negara yang wajib dihargai.
"Ya, setiap pemimpin, baik itu Presiden Soeharto maupun Presiden Gus Dur, pasti memiliki peran dan jasa terhadap negara dan kita semuanya harus menghargai itu dan kita sadar setiap pemimpin pasti ada kelebihan dan pasti ada kekurangan," ujarnya, Kamis (6/10/2025).
2. Ada pertimbangan khusus dalam pemberian gelar.

Menurut Jokowi, pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto dan Gus Dur telah melalui proses yang panjang. Terlebih sudah ada tim untuk pemberian gelar tersebut, melalui pertimbangan-pertimbangan yang panjang.
"Pemberian gelar jasa terhadap para pemimpin itu juga melalui proses-proses, melalui pertimbangan-pertimbangan yang ada dari tim pemberian gelar dan jasa," kata Jokowi.
"Saya kira kita semua sangat menghormati peran dan jasa yang telah diberikan baik oleh Presiden Soeharto maupun Presiden Gus Dur bagi bangsa dan negara ini," imbuhnya.
3. Pro kontra hal yang lumrah.

Lebih lanjut, ditanya soal adanya pro dan kontra pemberian gelar tersebut, Jokowi mengaju jika hal tersebut sudah biasa alias lumrah. Kendati demikian, ia menegaskan semua pihak harus menghargai pengusulan tersebut.
"Iya, biasa dalam negara demokrasi ada pro kontra, ada yang setuju, ada yang tidak setuju saya kira biasa. Tapi yang jelas ini kan ada tim, ada timnya, para pakar yang juga memiliki pertimbangan-pertimbangan yang kita semua harus menghargainya," jelasnya.
Jokowi juga sepakat dengan konsep mikul dhuwur mendhem jero (menjunjung tinggi hal baik dan memendam hal buruk) untuk para pemimpin sebelumnya.
"(Mikul dhuwur, mendhem jero?) Ya sangat baik,” pungkasnya.
















