- Perusahaan Pembiayaan: piutang naik 2,10 persen menjadi Rp33,39 triliun dengan NPF 3,16 persen
- Modal Ventura: penyaluran dana tumbuh 3,13 persen mencapai Rp1,09 triliun
- Dana Pensiun: aset naik tipis 0,68 persen jadi Rp6,81 triliun
- Fintech P2P Lending: melonjak 30,42 persen dengan penyaluran kredit Rp6,87 triliun; tingkat wanprestasi (TWP90) 3,52 persen
- Lembaga Keuangan Mikro (LKM): jumlah pinjaman tumbuh 23,37 persen jadi Rp568 miliar, aset sebesar Rp702 miliar
Sektor Jasa Keuangan di Jateng Diklaim Stabil, OJK Pastikan Likuiditas Aman

- Sektor jasa keuangan di Jateng stabil hingga pertengahan 2025
- Total aset perbankan di Jawa Tengah naik 1,69 persen secara tahunan
- Investor individu mendominasi di Jawa Tengah, tetapi masih banyak pengaduan dari masyarakat terkait sektor keuangan
Semarang, IDN Times – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Tengah memastikan sektor jasa keuangan di provinsi ini tetap stabil hingga pertengahan 2025. Kondisi tersebut ditopang likuiditas yang memadai dan risiko yang terkendali. Kepala OJK Jawa Tengah, Hidayat Prabowo, mengatakan stabilitas sektor keuangan menjadi kunci untuk menjaga iklim usaha dan daya tahan masyarakat.
“Per Juni 2025, sektor jasa keuangan di Jawa Tengah dalam kondisi stabil. Aset tumbuh positif, likuiditas terjaga, dan risiko dapat dikendalikan,” katanya dilansir keterangan resmi, Sabtu (30/8/2025.
1. Perbankan tumbuh dan kredit lancar tersalurkan

OJK mencatat, total aset perbankan di Jawa Tengah mencapai Rp591,02 triliun, naik 1,69 persen secara tahunan (years-on-years/y-o-y). Dana pihak ketiga (DPK) juga naik 1,67 persen menjadi Rp468,90 triliun, sementara kredit yang disalurkan tumbuh 1,80 persen menjadi Rp421,88 triliun.
Khusus bank umum, aset tercatat Rp539,45 triliun dengan DPK sebesar Rp429,01 triliun. Total kredit bank umum mencapai Rp383,30 triliun, tumbuh 1,76 persen.
Rasio kredit bermasalah (NPL) gross bank umum turun ke level 4,70 persen, atau sekitar Rp18,03 triliun. Penurunan ini ditopang oleh membaiknya sektor perdagangan besar dan eceran. Loan to Deposit Ratio (LDR) terjaga di angka 89,34 persen, menunjukkan perbankan masih leluasa menyalurkan kredit.
2. Ada kenaikan tren positif IKNB hingga fintech

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah juga mencatatkan kinerja positif. Aset tumbuh 2,60 persen, DPK naik 3,24 persen menjadi Rp39,89 triliun, dengan kredit yang tersalur sebesar Rp38,58 triliun.
Sementara itu, perbankan syariah di Jateng mencatat pertumbuhan aset paling tinggi, yakni 9,82 persen (y-o-y). DPK syariah naik 9,19 persen menjadi Rp37,68 triliun, dan pembiayaan tumbuh 11,84 persen menjadi Rp34,41 triliun. Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) tercatat 5,11 persen.
Lalu, di sektor industri keuangan non-bank (IKNB), kinerja juga menguat antara lain:
Sementara itu, Perusahaan Penjaminan mencatat kenaikan aset 32,47 persen menjadi Rp648 miliar, meskipun penyaluran pinjaman turun drastis 44,30 persen.
3. Aduan Konsumen Masih Tinggi

Dari sisi pasar modal, investor individu mendominasi di Jawa Tengah. Jumlah investor reksadana (SID) mencapai 1,65 juta orang, naik 12,70 persen. Investor saham tumbuh 24,80 persen menjadi 850 ribu orang, sementara investor Surat Berharga Negara (SBN) naik 17,10 persen menjadi 106 ribu orang.
Meski sektor keuangan stabil, OJK mencatat masih banyak pengaduan dari masyarakat. Hingga 31 Juli 2025, total aduan mencapai 1.819 kasus. Rinciannya: perbankan (1.078 aduan), fintech legal (360), pembiayaan (284), asuransi (39), dan sisanya lembaga jasa keuangan lainnya.
OJK terus menggenjot edukasi keuangan. Sepanjang 2025, sebanyak 205 kegiatan literasi digelar untuk petani, pelajar, hingga pelaku UMKM dengan lebih dari 40 ribu peserta.
“Edukasi keuangan penting untuk menekan sengketa dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap layanan keuangan formal,” jelas Hidayat.