Siswa SD Makam Tewas di Dasar Kolam Renang Saat Jam Pelajaran Olahraga

Purbalingga, IDN Times - Seorang siswa SD tewas tenggelam saat mengikuti mata pelajaran renang di sebuah kolam renang di Desa Rajawana, Kecamatan Karangmoncol, Sabtu (22/2).
MAA masih belum genap delapan tahun. Dia baru akan berulang tahun ke delapan pada April mendatang. Anak keempat dari empat bersaudara ini juga hendak khatam Alquran beberapa bulan ke depan.
Namun takdir berkata lain. MAA dipanggil Yang Maha Kuasa sebelum khataman dan ulang tahun kedelapan.
Baca Juga: Loncat Berenang di Sungai, Pemuda di Kudus ini Hanyut Terseret Arus
1. Diawali penjelasan teori berenang
Menurut penjelasan Kepala SD Negeri 3 Makam, Ngakib, tempat MAA bersekolah, murid kelas 2 sempat menunda pelajaran praktik berenang selama dua minggu karena ada berbagai kegiatan sekolah. Pelajaran renang dijadwalkan ulang pada Sabtu (22/2).
"Kami komunikasikan dengan wali murid melalui grup WA," kata Ngakib ketika ditemui di sekolah, Senin (24/2).
Ngakib mengatakan, Sabtu pagi pukul 07.30 WIB sampai 08.00 WIB anak kelas 2 dibekali pengetahuan tentang berenang. Setelah itu, sebanyak 20 anak dan guru olahraga, Eko Bayu Setiyawan berangkat ke kolam renang di Desa Rajawana.
"Ada enam wali murid yang ikut mendampingi," ujar dia.
Ngakib mengatakan, setelah selesai berenang, ada yang melihat seorang anak di kolam. Setelah dicek ternyata itu MAA.
"Guru olahraga kemudian membawa ke klinik, tapi kemudian setelah diperiksa dinyatakan sudah meninggal," kata Ngakib.
2. Ditemukan di dasar kolam
Namun keterangan lebih detail disampaikan pengawas proyek pembangunan kolam renang, Mugi Pranoto, yang berada di lokasi saat kejadian berlangsung.
Mugi mengatakan, saat rombongan SD Negeri 3 Makam pamit pulang, ada siswa SD Negeri 2 Pekiringan yang melihat seorang anak di dasar kolam. Mugi kemudian meminta seorang pekerja masuk ke kolam dan mengangkat anak itu.
"Setelah diangkat kami memberi pertolongan pertama," ujar dia.
Mugi kemudian lari mengejar rombongan SD Negeri 3 Makam yang belum sempat masuk ke jalan raya. Rombongan itu kembali dan Eko Bayu membawa korban ke Klinik Flamboyan di Desa Makam.
Editor’s picks
"Saat gurunya pamit kami sempat mengingatkan agar dicek apa sudah lengkap semua, katanya sudah," kata dia.
3. Kolam renang masih dalam tahap pembangunan
Dari pengamatan di lapangan, kolam renang ini ternyata masih dalam proses pembangunan. Kolam renang memiliki dua kedalaman yang berbeda tanpa ada pembatas.
Di bagian selatan, kolam dangkal dengan kedalaman kurang lebih 50 cm. Di sebelah utara kedalaman kolam mencapai kurang lebih 140 cm. Anak-anak SD berenang di bagian yang dangkal di sebelah selatan.
Diduga, korban masuk ke bagian kolam yang dalam dan lolos dari pengawasan guru. Korban memang belum bisa berenang.
Hal ini sesuai keterangan orangtua korban, Arif Ardiansyah. Ia mengatakan sebelum berangkat ke sekolah, MAA mengutarakan kekhawatirannya takut berenang karena belum bisa.
"Tetapi kami sebagai orangtua memberikan dukungan agar dia berani," kata Arif.
Arif berharap kejadian ini menjadi pelajaran bersama, terutama bagi sekolah agar lebih disiplin menerapkan prosedur keamanan saat menjalani kegiatan belajar mengajar.
"Yang kami sayangkan, dalam kurikulum kelas dua kan belum ada materi berenang, tapi kenapa di sini kok ada," kata dia.
4. Berenang tidak ada di kurikulum kelas 2 SD
Budiman, Kasi Kurikulum SD Dinas Pendidikan Purbalingga, mengatakan, pada kurikulum kelas 2 SD hanya tertulis permainan air. Ia menilai, murid kelas 2 SD baru tahap pengenalan.
"Kalau kelas 4, 5, dan 6 memang tertulis meluncur dan mengenal salah satu gaya berenang," kata dia.
Budiman mengatakan, meskipun baru sekadar pengenalan, namun semestinya keselamatan menjadi prioritas. Keselamatan itu antara lain pada petugas pengawas.
"Kalau ada pengawas kan bisa terpantau kalau ada yang tenggelam," kata dia.
Kolam ini memang tidak memiliki petugas khusus yang mengawasi aktivitas pengunjung seperti di kolam renang pada umumnya. Kolam bahkan masih dalam tahap pengujian.
Dasar kolam baru selesai dicor. Untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran dan mencegah keretakkan, kolam diisi dengan air. Namun kolam yang didisi air ini digunakan untuk berenang.
Hingga kini, polisi masih menyelidiki kejadian ini. Polisi memasang garis polisi di sekeliling kolam. Pemilik juga menutup sementara kolam untuk umum.
Baca Juga: Disambar Petir, 14 Ruko di Purbalingga Terbakar, Kerugian Rp1 miliar