Kemarau Basah, Petambak Garam di Jateng Sulit Penuhi Kebutuhan Pasar

- Petambak garam diuntungkan dengan harga yang tinggi
- Pemprov Jateng dan pemerintah pusat rutin bantu petambak garam
- Diharapkan bisa dukung swasembada garam dua tahun lagi
Semarang, IDN Times - Siklus kemarau basah yang melanda Jawa Tengah membuat para petambak garam tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Pasalnya, curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi garam tahun ini menjadi menurun drastis.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jateng Endi F Effendi, mengungkapkan kebutuhan pasar untuk garam rakyat mencapai 119 ribu ton.
"Dari (capaian produksi) kemarin untuk garam krosok atau garam rakyat sebanyak mencapai 19 ribu ton. Sedangkan kebutuhan di wilayah Jateng ada sekitar 119 ribu ton. Untuk konsumsi 30 ribu ton dan sisanya untuk industri. Masalahnya rumah garam kita terbatas. Karena kapasitas kita hanya 25 ribu ton di Pati. Jadi memang kebutuhan masyarakat dan produksi tidak seimbang," kata Endi kepada IDN Times di ruang kerjanya, Jalan Imam Bonjol, Kecamatan Semarang Tengah, Rabu (26/11/2025).
1. Petambak garam diuntungkan dengan harga yang tinggi

Lebih lanjut lagi, harga garam rakyat di pasaran yang telah mencapai Rp2.000 per kilogram merupakan lonjakan harga tertinggi.
Endi bilang meski produksi garam berkurang karena terpengaruh curah hujan yang tinggi, namun disisi lain kondisinya menguntungkan para petambak di Pantura dan Pansela.
"Situasi saat ini jadi tantangan bagi petambak garam karena dengan harga yang naik, bagi mereka sangat menguntungkan. Hanya saja persoalannya harga garam cenderung tidak stabil. Kalau di musim seperti ini harganya bisa naik tinggi. Tapi kalau kemarau harganya jatuh," ungkapnya.
2. Pemprov Jateng dan pemerintah pusat rutin bantu petambak garam

Di Jawa Tengah terdapat sejumlah sentra tambak garam. Mulai dari Kabupaten Brebes, Kabupaten Demak, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Purworejo. Dari data DKP Jateng, tercatat ada 6.420 petambak garam yang aktif berproduksi.
Dari sekian banyak sentra tambak garam, katanya Kabupaten Pati menjadi penghasil garam terbesar bagi Jawa Tengah.
Untuk menyiasati masalah di sektor produksi garam, pihaknya senantiasa memberi berbagai pola pendampingan serta menginisiasi bantuan peralatan geo membran dan panel rumah garam sebagai langkah meningkatkan produktivitas garam.
Pemanfaatan geo membran sudah dilakukan bagi petambak garam Kabupaten Brebes, Pati, Rembang dan Purworejo. Dengan memanfaatkan geo membran, garam hasil produksi petambak tidak mudah tercampur lumpur.
"Seperti di Brebes yang kita bantu peralatan geo membran supaya garam tidak bercampur lumpur. Dengan pakai geo membran juga sekitar dua sampai tiga minggu sudah bisa menghasilkan garam. Kemudian kita kenalkan alat tunel yang bentuknya mirip terowongan dan prisma. Alat ini pakai sistem buka tutup," tuturnya.
3. Diharapkan bisa dukung swasembada garam dua tahun lagi

Sekitar lima kelompok petambak garam biasanya rutin memperoleh bantuan geo membran dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi Jawa Tengah.
Ia berharap adanya berbagai bantuan peralatan bisa mendukung kelangsungan program swasembada garam yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto Tahun 2027 mendatang. "Tahun 2027 kita harus swasembada garam dan setop impor garam," ujar Endi.

















