Profil Nusron Wahid, Menteri Prabowo asal Kudus yang Aktif Organisasi

Nusron Wahid, politisi kelahiran Kudus, Jawa Tengah, pada 12 Oktober 1973, telah resmi menjabat sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dalam Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto. Sosoknya dikenal memiliki pengalaman politik yang mumpuni, latar belakang pendidikan yang solid, serta kiprah di berbagai organisasi.
Kondisi itu menjadikannya sebagai figur yang diharapkan mampu menangani persoalan pelik di sektor agraria dan pertanahan.
1. Latar belakang pendidikan
Nusron Wahid bukanlah sosok baru di dunia politik dan pemerintahan. Pria berusia 51 tahun itu menempuh pendidikan tingginya di Universitas Indonesia, di mana ia memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sejarah.
Setelahnya, ia melanjutkan pendidikan magister di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan fokus pada Ilmu Ekonomi. Kombinasi pendidikan sejarah dan ekonomi itu memberinya wawasan yang luas tentang berbagai aspek kebijakan publik, termasuk pengelolaan agraria yang akan menjadi tanggung jawab utamanya saat ini.
2. Karier politik panjang dan beragam
Nusron memulai karier politiknya di Partai Golkar, dan pertama kali duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI pada 2004, mewakili daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah II, meliputi Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten Kudus.
Selama lebih dari satu dekade di DPR, Nusron berkiprah dalam berbagai komisi, termasuk Komisi VI yang mengawasi sektor perdagangan, investasi, BUMN, dan koperasi.
Pada tahun 2014, Nusron ditunjuk oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk memimpin Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), sebuah lembaga yang mengurusi penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Jabatan itu dipegangnya hingga 2019, di mana Nusron banyak berperan dalam reformasi sistem perlindungan tenaga kerja migran.
3. Pengalaman di organisasi dan korporasi
Di luar aktivitas politik, Nusron juga aktif di berbagai organisasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, organisasi kepemudaan di bawah Nahdlatul Ulama (NU) dari 2010 hingga 2015. Sebelumnya, pada awal 2000-an, ia juga memimpin Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi dengan NU.
Pengalaman Nusron di organisasi kepemudaan itu menunjukkan keterlibatannya aktif dalam gerakan sosial dan kemasyarakatan yang cukup dalam.
Selain itu, Nusron juga terlibat di dunia korporasi sebagai komisaris di beberapa perusahaan. Pengalaman tersebut memberi Nusron wawasan tentang manajemen yang harapannya dapat membantu dalam memimpin kementerian besar seperti ATR/BPN.