Ratusan Pekerja Migran Indonesia Dipesan Tidak Boros saat di Luar Negeri

- Edukasi keuangan untuk meningkatkan pengetahuan calon pekerja migran Indonesia agar lebih bijak dalam mengelola keuangannya.
- Pentingnya pengelolaan keuangan yang baik dan bijak di luar negeri untuk menghindari kejahatan keuangan dan pemborosan.
- Harapan agar para pekerja migran Indonesia tidak konsumtif di negara lain dan dapat menjadi devisa negara yang sangat ditunggu oleh pemerintah.
Surakarta, IDN Times - Sebanyak 350 pekerja migran Indonesia (PMI) di Jawa Tengah mendapat edukasi Keuangan dari Kementrian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) bekerjasama dengan Kementrian Koordinator Politik, dan Keamanan (Kemenko Polkam), dan Kejaksaan.
Saat ini jumlah PMI di Jawa Tengah sendiri menduduki posisi kedua terbanyak di Indoenesia setelah Jawa Timur, dengan jumlah PMI sebanyak 1,2 juta orang. Sedangkan jumlah total PMI hingga September 2025 ada sebanyak 5.378.000 orang.
1. Minimnya literasi keuangan kepada PMI

Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen, Sarjono Turin mengatakan edukasi ini dilatar belakangi minimnya pengetahuan para pekerja migran Indonesia, banyak dari mereka yang justru susah di masa tuanya karena pengelolaan keuangan yang salah.
“Edukasi keuangan ini dalam rangka peningkatan pengetahuan bagi calon pekerja migran Indonesia agar lebih bijak dalam mengelola keuangannya itu,” jelasnya dalam acara Edukasi Keuangan Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya di Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/9/2025).
“Ketika mereka bekerja di luar negeri, dapat mengelola dengan baik, bijak dan tidak gampang terpengaruh saat ini banyak kejahatan keuangan, seperti judi online, kebutuhan yang sifatnya konsumtif, investasi bodong,” sambungnya.
Ia menyebutkan jika pekerja migran Indonesia merupakan sumber devisa negara kedua setelah Migas, ia berharap para pekerja migran bisa mengirimkan uangnya ke dalam negeri untuk meningkatkan perekonomian.
“Tentunya ini dapat berkelanjutan karena pekerja migran Indonesia ini merupkan sumber devisa terbesar apabila mereka dapat mengelola keuangan dengan baik, didiperoleh dari luar negeri terus dikirimkan ke keluarga yang ada di indonesia dalam rangka meningkatkan perekonomian disini tentunya, jangan sampai kalau di salah gunakan atau tidak bijak mengelola keuangan di luar negeri, bukan dia mendapatkan devisi, malah hilang devisanya itu, dia pulang malah tidak bisa menyiapkan masa tuanya,” jelasnya.
2. Minta pekerja migran tidak boros

Asisten Deputi Organisasi Kemasyarakatan Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamananan, Brigjen TNI Arudji Anwar berharap para pekerja migran Indonesia tidak konsumtif di negara lain.
“Mengadakan kegiatan ini untuk membantu meningkatkan literasi keuangan bagi calon-calon pekerja migran Indonesia agar mereka tidak salah arah dalam pengunaannya. Sehingga mereka bekerja di luar negeri sangat optimal menjadi devisa negara yang sangat ditunggu oleh pemerintah,” jelasnya.
“Jangan sampai terjadi pemborosan pada saat di luar negeri sehingga salah arah dan sebagainnya sehingga remitansi yang diharapakan tinggi menjadi rendah,” sambungnya.
3. Penyumbang devisa terbanyak kedua

Di kesempatan yang sama, Direktur Literasi Keuangan dan Pemanfaatan Remitansi KP2MI, Indra Hardiansyah, mengatakan dalam kegiatan ini ada 350 calon pekerja migran Indonesia yang rata-rata bekerja di sektor informal tersebut akan diberangkatkan pada satu hingga dua minggu kedepan.
“Mereka yang mengikuti edukasi kali ini rata-rata berangkat akan ke Hongkong, Taiwan, sama Korea,” jelasnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia pada 2024 mencatat jumlah remitansi PMI secara nasional sebesar Rp 253,9 triliun. Di mana dari jumlah itu Provinsi Jateng mencatat ada sebanyak Rp 56,5 triliun.