Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sinyal Terjangkau, Usaha Suyanto Kian Memukau!

Ilustrasi menara base transceiver station (BTS) di kawasan dataran tinggi lereng Gunung Ungaran di Kabupaten Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)
Ilustrasi menara base transceiver station (BTS) di kawasan dataran tinggi lereng Gunung Ungaran di Kabupaten Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)
Intinya sih...
  • Desa Jarum, Klaten adalah desa batik kayu terkemuka yang dulunya blank spot telekomunikasi, sulit akses internet dan sinyal.
  • Keterbatasan akses internet berdampak pada perekonomian desa, terutama bagi pelaku UMKM seperti Suyanto.
  • Pemerintah dan Indosat bekerja sama mengatasi blank spot dengan satelit SATRIA-1 dan investasi jaringan di 7.660 desa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Desa Jarum, yang terletak di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, adalah desa yang dikenal dengan perajin batik kayunya. Suyanto (48), salah satu perajin batik kayu terkemuka di desa itu, setiap hari sibuk membuat berbagai produk seperti kotak tisu, gantungan kunci, hiasan, dan topeng kayu dengan sentuhan warna-warna alam. Produk-produk kerajinannya kini banyak diminati oleh pelanggan dari kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.

Cerita kesuksesan Suyanto tidak selalu mulus. Kira-kira lima hingga enam tahun lalu, Desa Jarum tergolong wilayah blank spot atau wilayah tanpa sinyal telekomunikasi yang memadai. Untuk sekadar menerima pesanan atau menghubungi pelanggan, Suyanto harus rela bepergian keluar desa, bahkan hingga ke provinsi tetangga, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Sinyal di sini dulunya benar-benar susah. Bahkan, untuk menelepon saja, sering kali saya harus naik bukit atau ke luar desa. Apalagi untuk mengakses internet, itu seperti mimpi yang sulit terwujud," ungkap Suyanto, mengenang masa-masa sulit sebelum Desa Jarum terjangkau oleh jaringan telekomunikasi yang memadai.

Kondisi geografis Desa Jarum yang dikelilingi perbukitan menjadi penghalang utama bagi sinyal telekomunikasi. Menara base transceiver station (BTS) di sekitar desa tidak cukup untuk menjangkau wilayah itu. Maka dari itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten per Juli 2024 masih mengategorikan Desa Jarum sebagai satu dari 12 desa yang masuk dalam wilayah blank spot.

Dampak Ekonomi Blank Spot

Produk kerajinan UMKM Batik Adhimas Asih. (IDN Times/Dhana Kencana)
Produk kerajinan UMKM Batik Adhimas Asih. (IDN Times/Dhana Kencana)

Blank spot tersebut berdampak signifikan terhadap perekonomian desa, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti Suyanto. Akses internet yang terbatas menyulitkan pelaku UMKM untuk memasarkan produk secara online, terlibat dalam e-commerce, atau memperluas jangkauan pasar mereka.

Padahal, peran UMKM sangat vital bagi perekonomian Indonesia. Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2023, UMKM menyumbang 61 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan mampu menyerap 97 persen tenaga kerja. Akan tetapi, tanpa akses internet yang memadai, UMKM Batik Adhimas Asih seperti milik Suyanto sulit untuk berkembang dan bersaing di era digital saat ini.

Keterbatasan akses internet membuat banyak pelaku usaha di Desa Jarum tidak bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas pasar. Hal itu menyebabkan perekonomian lokal sulit tumbuh, karena kebanyakan transaksi dan komunikasi harus dilakukan secara manual dan memakan waktu lebih lama.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berupaya keras mengatasi masalah blank spot di berbagai daerah, termasuk di Desa Jarum. Salah satu langkah yang ditempuh adalah memperkuat sinyal di menara BTS yang sudah ada di sekitar desa dan membangun jaringan serat optik (fiber optik).

Mengacu data Kementerian Kominfo pada tahun 2023, jumlah BTS di Kabupaten Klaten sudah mencapai 201 titik, dan jaringan fiber optik telah tersebar di 640 lokasi di seluruh kabupaten yang memiliki luas wilayah sekitar 658,22 kilometer persegi itu.

Topografi Desa Jarum yang sulit dijangkau menjadi tantangan tersendiri. Jaringan BTS dan fiber optik, yang berbasis terestrial, sering kali terhalang oleh kondisi geografis yang ekstrem seperti perbukitan, sehingga tak mampu memberikan layanan yang optimal di desa tersebut. Oleh karena itu, pemerintah mulai mempertimbangkan solusi lain yang lebih efektif untuk mengatasi masalah itu.

Solusi Realistis Desa Blank Spot

Jawaban atas permasalahan sinyal di Desa Jarum akhirnya datang pada Senin (19/6/2023), ketika pemerintah meluncurkan Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1). Satelit multifungsi itu dirancang untuk menyediakan akses internet bagi wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh infrastruktur tradisional seperti BTS dan fiber optik.

Teknologi satelit memiliki keunggulan dalam menjangkau daerah dengan topografi yang sulit, seperti Desa Jarum, tanpa perlu membangun infrastruktur fisik yang rumit dan mahal. Hal itu dinilai sebagai solusi efektif untuk memperluas akses telekomunikasi dan internet di daerah-daerah blank spot di seluruh Indonesia.

Menurut Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Wayan Toni Supriyanto, satelit dapat menyediakan akses internet dengan cepat di daerah yang sebelumnya tidak terjangkau oleh BTS maupun fiber optik.

“Daerah blank spot bisa karena benar-benar belum ada akses Internet atau sinyal Internet masih buruk. Solusi untuk blank spot harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi geografi, topografi, dan logistik wilayah tersebut,” katanya saat acara peluncuran program penyediaan akses internet fixed broadband di Klaten, Kamis (11/7/2024).

Ilustrasi drive test Indosat sinyal dan jaringan Ooredoo Hutchison (IOH). (IDN Times/Dhana Kencana)
Ilustrasi drive test Indosat sinyal dan jaringan Ooredoo Hutchison (IOH). (IDN Times/Dhana Kencana)

Keberadaan SATRIA-1 menjadi solusi yang dinantikan oleh warga Desa Jarum, termasuk Suyanto. Kini, ia dan pelaku UMKM lainnya dapat menikmati akses internet yang lebih stabil dan cepat, membuka peluang bagi mereka untuk terlibat dalam pasar online dan memperluas usaha mereka.

Selain upaya pemerintah, peran perusahaan telekomunikasi seperti Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) juga sangat penting dalam mengatasi masalah blank spot di Desa Jarum. Indosat bekerja sama dengan Kementerian Kominfo dan pemerintah daerah untuk membangun infrastruktur telekomunikasi yang memadai di daerah-daerah yang belum terjangkau.

Pada tahun 2024, Indosat menganggarkan belanja modal sebesar Rp12 triliun untuk memperluas dan memperkuat jaringan di seluruh Indonesia. Indosat memiliki target membangun 11.400 titik baru yang akan menjangkau hingga 7.660 desa pada akhir tahun 2025. Teknologi satelit seperti Very Small Aperture Terminal (VSAT) ikut digunakan untuk menyediakan akses internet di wilayah terpencil.

"Kerja sama antara semua pihak sangat penting untuk menyelesaikan masalah blank spot. Kami terus berupaya meningkatkan jangkauan dan kualitas jaringan," kata SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison, Steve Saerang.

Pengecekan sinyal di lokasi UMKM Adhimas Batik Asih di Desa Jarum, Kabupaten Klaten. (IDN Times/Dhana Kencana)
Pengecekan sinyal di lokasi UMKM Adhimas Batik Asih di Desa Jarum, Kabupaten Klaten. (IDN Times/Dhana Kencana)

IDN Times melakukan uji coba ketersediaan sinyal di Desa Jarum menggunakan aplikasi Sigmon, alat yang dikembangkan oleh Kementerian Kominfo tahun 2021, untuk mengukur kualitas jaringan secara real-time.

Hasilnya menunjukkan bahwa Desa Jarum kini sudah terjangkau oleh jaringan 4G dan 2G. Jaringan 4G memungkinkan warga untuk mengakses internet dengan kecepatan yang memadai, sedangkan jaringan 2G bisa digunakan untuk komunikasi dasar seperti panggilan suara dan pesan teks.

Adapun, kualitas sinyal Indosat, sebagai penyedia layanan telekomunikasi di desa tersebut terlihat mumpuni.

Naik Kelas dan Berkembang

Pelaku UMKM. (IDN Times/Dhana Kencana)
Pelaku UMKM. (IDN Times/Dhana Kencana)

Perubahan Desa Jarum, dari yang tidak ada tapi kini telah terjangkau sinyal dan akses internet yang disediakan oleh pemerintah dan swasta seperti Indosat tidak hanya memberi manfaat bagi perajin seperti Suyanto, tapi juga kepada seluruh warga Desa Jarum. Sekarang, dengan adanya akses telekomunikasi yang lebih baik, mereka dapat terhubung dengan dunia luar, mengakses informasi, dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

Suyanto mengakui bahwa perubahan itu ikut berdampak pada usahanya.

"Sekarang saya bisa langsung menerima pesanan melalui WhatsApp. Bahkan, saya mulai belajar memasarkan produk melalui platform e-commerce. Situasi itu sangat membantu perkembangan usaha saya," ungkapnya yang ikut menggunakan simcard IOH untuk berwirausaha.

Dengan adanya pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kapasitas perajin, Suyanto merasa usahanya makin berkembang karena banyak tawaran yang masuk untuk ikut pameran dan pelatihan yang meningkatkan pemasukan dan membuat produknya makin dikenal.

"Bagus-bagus produk kerajinannya. Unik dan berbeda ukiran kayunya di Pak Suyanto. Kebetulan saya koleksi juga kerajinan seperti ini. Saya tahunya kalau sedang pameran ya dari update status instagramnya (@adhimas_batikcraft)," kata salah satu pembeli, Maria saat menyambangi stan pameran Suyanto di Semarang, (5/11/2023).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dhana Kencana
EditorDhana Kencana
Follow Us