Literasi Fintech UMKM, Alternatif Permodalan saat Pandemik COVID-19

Ingat! Fintech yang terdaftar dan berizin OJK, ya

Semarang, IDN Times - Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)  berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) merilis pada Maret 2021, jumlah UMKM mencapai 64,2 juta atau mencapai 99 persen dari jumlah pelaku usaha yang ada di Indonesia, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 61,07 persen atau senilai Rp8.573,89 triliun.

Selain itu, UMKM mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada dan dapat menghimpun hingga 60,42 persen dari total investasi di Indonesia. Meski demikian, sejak pandemik COVID-19 melanda Tanah Air, sektor UMKM menjadi salah satu sektor yang paling terdampak, mulai dari turunnya omzet hingga penutupan usaha. Ditambah lagi, disaat yang bersamaan daya beli masyarakat ikut turun. 

1. Bisa menjadi alternatif modal UMKM

Literasi Fintech UMKM, Alternatif Permodalan saat Pandemik COVID-19Ilustrasi UMKM. (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)

Guna mendukung para pelaku UMKM untuk bertahan di masa pandemik dan berfokus menghubungkan para pelaku usaha mikro di seluruh wilayah Indonesia dengan platform Fintech lending legal, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyosialisasikan fintech sebagai alternatif pendanaan modal usaha bagi UMKM, pada Jumat (29/10/2021) di Bali. Acara literasi dan riset AFPI tersebut diikuti 350 pelaku UMKM, baik secara offline dan online.

Kegiatan tersebut didukung oleh 10 Fintech Pendanaan Bersama. Mereka antara lain Rupiah Cepat, Easycash, Avantee, DanaRupiah, Restock, AdaPundi, AdaKami, UKU, Telmark, dan DigiScore.

"Fintech Lending sebenarnya tidak hanya dikenal hanya sebagai pinjol cash loan saja, akan tetapi anggota kami juga memiliki sektor produktif yang dapat membiayai usaha para pelaku UMKM.  Selain itu, anggota kami juga telah masuk ke berbagai sektor industri lain seperti sektor agrikultur, pertanian, perikanan, perdagangan dan bidang-bidang yang berhubungan dengan kelautan.  Kami, sebagai pengurus asosiasi akan terus-menerus melakukan edukasi tentang sektor-sektor tersebut kepada para pelaku UMKM," kata Ketua Bidang Edukasi, Literasi dan Riset AFPI, Entjik S. Djafar dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Selasa (2/11/2021).

Baca Juga: Masa Depan Aman dan Nyaman dengan Literasi Keuangan Manulife

2. Fintech sudah salurkan dana Rp265 triliun

Literasi Fintech UMKM, Alternatif Permodalan saat Pandemik COVID-19Ilustrasi fintech. (IDN Times/Helmi Shemi)

AFPI saat ini beranggotakan 104 penyelenggara Fintech Pendanaan Bersama yang terdaftar dan berizin Otoritas Jasa Keuangan (OK), yang bergerak di pendanaan produktif (44 platform), multiguna (53 platform) dan Syariah (7 platform).

Mengacu laporan statistik OJK per September 2021, sebanyak 772 ribu pemberi pinjaman dan 70 juta peminjam telah meminjam ke Fintech Pendanaan Bersama.

Adapun, total dana yang telah disalurkan hingga September 2021 mencapai Rp265 Triliun, yang mana Rp115 triliun adalah total yang disalurkan pada periode Januari--September 2021.

3. Literasi fintech mendorong pertumbuhan ekonomi

Literasi Fintech UMKM, Alternatif Permodalan saat Pandemik COVID-19Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Sejak 2018, AFPI telah rutin menggelar sosialisasi atau literasi fintech bagi masyarakat luas di sejumlah daerah di Indonesia baik secara daring mapun tatap muka. Termasuk kepada para pelaku UMKM.

Deputi Direktur Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK, Rati Connie Foda berharap kegiatan tersebut mendorong stimulasi literasi fintech masyarakat sehingga dengan bertambahnya pemahaman literasi tesebut, kita dapat mendorong optimalisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Menurutnya, UMKM merupakan pilar perekonomian yang penting karena berkontribusi sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja hingga 97 persen.

"Dibalik itu, tentu saja ada tantangan yang mengiringi dan pemerintah menjawabnya, salah satunya adalah dengan memberikan bantuan insentif dan pembiayaan.  Namun hal tersebut tidak akan berjalan optimal apabila tidak disertai dengan literasi dan inklusi keuangan masyarakat yang mumpuni. Ditambah lagi, saat ini data menunjukkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat atas keuangan dan layanan keuangan masih sangat rendah dan terjadi kesenjangan yang cukup besar antara masyarakat di wilayah kota dan perdesaan," ujarnya.

Baca Juga: Mengenali Tabiat Millennial yang Suka Pakai Asuransi Kantor lewat Data

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya