Jelang Ramadan, Dugderan dan Gebyuran Bustaman di Semarang Ditiadakan

Tingkat kunjungan wisatawan ke Semarang jeblok

Semarang, IDN Times - Mencegah penyebaran virus corona (COVID-19) di masyarakat, sejumlah festival menjelang Ramadan di Kota Semarang ditiadakan pada tahun ini. Kegiatan itu meliputi karnaval Dugderan hingga Gebyuran Bustaman.

1. Seluruh kegiatan tradisi jelang Ramadan ditiadakan

Jelang Ramadan, Dugderan dan Gebyuran Bustaman di Semarang DitiadakanDok. IDN Times

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Indriyasari mengatakan, tradisi Dugderan yang biasanya rutin diselenggarakan sebelum memasuki Ramadan harus ditiadakan tahun ini. Sebab, jika tetap dilaksanakan kegiatan tersebut akan memancing kerumunan warga untuk berkunjung.

‘’Baik tradisi, atraksi, dan pedagang kaki lima yang biasanya menjual mainan anak-anak dari tanah liat bakal tidak ada,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times, Selasa (14/4).

2. Tidak ada festival atau karnaval Warak Ngendog

Jelang Ramadan, Dugderan dan Gebyuran Bustaman di Semarang DitiadakanIDN Times/Istimewa

Tradisi budaya yang sudah berlangsung sejak tahun 1881 ini pada tahun 2020 harus ditiadakan karena mewabahnya pandemi COVID-19. Sebab, Dugderan mulai dari pasar malam, festival kesenian tradisional hingga karnaval arak-arakan Warak Ngendog yang biasanya diadakan dari Balai Kota Semarang hingga Masjid Kauman Semarang ini akan menyedot perhatian masyarakat yang ingin menyaksikan.

‘’Daripada nanti terjadi yang tidak diinginkan di tengah kondisi sekarang ini, lebih baik tidak kami adakan dulu tradisi budaya Dugderan dan meminta masyarakat untuk tetap di rumah saja,’’ kata Iin sapaan akrab Indriyasari.

Baca Juga: Tradisi Dugderan Menyambut Ramadan di Semarang, Seru Habis

3. Perang air di Kampung Bustaman tidak digelar

Jelang Ramadan, Dugderan dan Gebyuran Bustaman di Semarang Ditiadakaninstagram.com/ahdiatgalih

Selain Dugderan, kegiatan jelang Ramadan yang tidak akan digelar tahun ini adalah Gebyuran Bustaman. Tradisi perang air saat jelang Ramadan di Kampung Bustaman Semarang itu juga terpaksa ditiadakan. 

Iin menjelaskan, kegiatan ini juga mengundang masyarakat untuk ikut gebyuran. Tidak hanya warga kampung Bustaman, tapi juga warga Semarang bahkan sampai luar kota juga ingin turut memeriahkan tradisi tersebut. 

‘’Ya, daripada mengundang kerumunan dan keramaian massa lebih baik Gebyuran Bustaman juga ditiadakan,’’ ujarnya.

4. Pariwisata Semarang kena imbas COVID-19

Jelang Ramadan, Dugderan dan Gebyuran Bustaman di Semarang Ditiadakangoogle.com

Diketahui, sejak Maret lalu banyak kegiatan dan acara wisata yang potensi mengundang massa ditiadakan oleh Disbudpar Kota Semarang. Akibatnya, sektor pariwisata sangat terimbas dampak dari COVID-19.

‘’Sekarang ini fokus kami adalah pemulihan dan penanganan sektor pariwisata untuk jangka pendek maupung panjang. Bagaimana kita membangkitkan sektor pariwisata ini setelah pandemi COVID-19 reda. Bagaimana membuat Semarang menarik lagi, itu perlu strategi dan kami optimistis bisa melakukannya,’’ jelasnya.

5. 60 objek wisata ditutup, kunjungan wisatawan ke Semarang hanya 260 ribu

Jelang Ramadan, Dugderan dan Gebyuran Bustaman di Semarang DitiadakanInstagram.com/fachreizy_

Sementara itu, sejak dampak COVID-19 memukul sektor pariwisata, khususnya di Kota Semarang, sebanyak 60 destinasi atau obyek wisata di ibu kota Jawa Tengah ini harus tutup. Kemudian, tingkat kunjungan wisatawan juga menurun drastis.

Iin menambahkan, tahun 2019 pihaknya bisa mendatangkan wisatawan sebanyak 7,3 juta. Namun, tahun ini tingkat kunjungan wisata anjlok.

‘’Angka kunjungan wisata ke Semarang jeblok. Sejak Januari sampai Maret kami hanya mendapat kunjungan 260 ribu wisatawan. Maret yang seharusnya menjadi high season dan puncaknya pada Lebaran harus terimbas corona,’’ tandasnya.

Baca Juga: Wisata Semarang Lawang Sewu dan Museum KA Lockdown! Kurangi Kerumunan

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya