Gereja Katolik di Magelang Adakan Misa Imlek, Khotbah Berbahasa China

Magelang, IDN Times - Umat Katolik Gereja Santo Antonius Padua Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar misa perayaan Imlek 2573. Misa Imlek diadakan sebagai bentuk toleransi dan keterbukaan gereja.
1. Toleransi penting pada masa kini
Panitia misa Imlek Gereja Katolik Santo Antonius Padua, Ardi Pramono mengatakan, tema perayaan misa adalah Zhong Yong atau hidup di tengah sempurna.
"Maksud dari tema ini adalah mengajak seluruh warga Indonesia, tidak cuma keturunan Tionghoa di Indonesia, untuk belajar berdiri di tengah. Dalam artian, harus belajar memahami budaya dan agama lain, perspektif lain, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk mewujudkan masyarakat yang saling memahami satu sama lain. Tidak dapat dipungkiri, toleransi sangat penting dewasa ini," katanya dilansir Antara, Minggu (6/2/2022).
2. Misa imlek diramaikan pertunjukan barongsai
Panitia peryaaan misa Imlek terdiri dari berbagai kalangan, tidak hanya warga China saja. Namun juga ada dari kalangan millennial. Ardi menyebut, hal itu semata untuk regenerasi dan berharap misa Imlek bisa terus berjalan dari tahun ke tahun.
Dalam kegiatan misa Imlek diramaikan dengan makan bersama dan pertunjukan barongsai. Meski demikian, ia mengklaim tetap mengutamakan protokol kesehatan COVID-19.
Sebab, umat yang bisa menghadiri misa Imlek adalah mereka yang memiliki tiket masuk yang dibagikan beberapa hari melalui ketua lingkungan. Adapun penerimanya diwajibkan harus dalam keadaan sehat.
Editor’s picks
Baca Juga: 7 Potret Suasana Kelenteng Tay Kak Sie Semarang Menjelang Imlek 2022
3. Bagian dari membangun optimisme masyarakat
Ardi berharap dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, peserta bisa mengikuti misa Imlek tanpa kekhawatiran penularan COVID-19.
"Kami usahakan yang terbaik, masyarakat dan umat berhak untuk merasakan kebahagiaan yang membangkitkan optimisme di tengah pandemik yang tak kunjung selesai," ucapnya.
4. Khotbah Romo Paroki berbahasa China
Dalam misa Imlek tersebut, bukan hanya pakaian serba merah dan ornamen oriental menghiasi lingkungan gereja, khotbah yang diberikan oleh Romo Paroki Paulus Agung Wijayanto dilakukan dengan menggunakan bahasa China yang kemudian diterjemahkan dengan bahasa Indonesia.
Romo Agung menyampaikan, kegiatan itu menjadi cara bersyukur melalui perayaan Imlek dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Termasuk, bersyukur kepada Tuhan atas limpahan tradisi dan kebudayaan Tionghoa.
"Kami bersyukur bahwa alam menyertai kita melalui kebudayaan-kebudayaan yang ada dan melalui kebudayaan itu kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dan kepada sesama," tandasnya.
Baca Juga: 5 Shio ini Karirnya Meroket di Imlek 2022, Gaji Naik Siap-siap Promosi