Penyebab Ruwat Aisyah Berujung Maut Menurut Sosiolog 

Anak Rentan Menjadi Korban Pengasuhan yang Salah

Temanggung, IDN Times - Tragedi kematian anak di Temanggung menguras perhatian warganet. Nama Aisyah sempat menjadi tranding topic di salah satu media sosial. Aisyah, gadis 7 tahun asal Dusun Paponan, Desa/Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung ditemukan dalam kondisi telah menjadi tulang dan kulit di kamar tidurnya, Senin (16/5/2021).

Dua orang tetangganya, Haryono (56) dan Budiono (43), yang mengaku sebagai dukun melihat kenakalan Aisyah lantaran pengaruh mahluk halus, sehingga bocah itu harus diruwat. Anak yang masih kelas 1 SD itu meninggal kehabisan napas setelah dibenamkan dalam bak mandi sebagai bagian ritual ruwatan yang dimaksud. 

Baca Juga: Jasad Aisyah Tinggal Kulit Tulang, Orangtua Diperiksa di Temanggung

1. Bermula dari kesenjangan komunikasi orangtua dan anak

Penyebab Ruwat Aisyah Berujung Maut Menurut Sosiolog Kapolres Temanggung, AKBP Benny Setyowadi, memberikan keterangan pers di Lobi Mapolres setempat, Rabu (19/5/2021). IDNTimes/istimewa

Aisyah, menurut kaca mata sosiolog Unsoed DR Tri Wuryaningsih, adalah korban dari kegagalan pengasuhan orangtua. Tri menilai ada hambatan komunikasi antara orangtua dan anak.

"Ada kesenjangan informasi antara orangtua dan anak," kata dia yang juga aktivis perlindungan anak di Banyumas.

Ia mengatakan, pada umumnya orangtua kerap memaksakan kehendaknya terhadap anak. Anak yang tidak menuruti kehendak orangtua akan dipersepsikan sebagai anak nakal. Padahal, bisa jadi perilaku anak yang menolak menuruti kehendak orangtua merupakan bentuk protes anak karena kegagalan orangtua keinginan anak.

"Untuk berkomunikasi dengan anak, orangtua semestinya memasuki dunia mereka dan memahami apa yang mereka inginkan," tuturnya.

2. Kesadaran masyarakat lekat dengan nuansa mistis

Penyebab Ruwat Aisyah Berujung Maut Menurut Sosiolog Kasatreskrim Polres Temanggung, AKP Setyo Hermawan, menjawab pertanyaan wartawan pada jumpa pers di Mapolres setempat, Rabu (19/5/2021). IDN Times/Itimewa

Bagi sebagian masyarakat perdesaan yang masih berada pada fase kesadaran mistis, solusi permasalahan ini juga tak lepas dari cara-cara supranatural. Dalam konteks kasus Aisyah, ketika datang tetangganya yang mengaku sebagai dukun menawarkan solusi, kedua orangtua korban menerimanya sebagai jalan keluar.

Sekalipun solusi yang ditawarkan di luar nalar sehat manusia, orangtua korban tetap percaya bahwa suatu saat Aisyah akan bangkit dari kematiannya sebagai pribadi yang baru lepas dari pengaruh mahluk halus. Ini kenapa, jenazah Aisyah tetap dibaringkan ditempat tidurnya meskipun hanya menyisakan tulang dan kulit.

“Orang yang pendidikannya rendah tidak tahu harus kemana, tahunya kalau anaknya bandel ya berarti ketempelan setan, kalau ketempelan ya larinya ke supranatural. Padahal bisa jadi itu penyebabnya sumbatan komunikasi yang itu sebetulnya bisa dikonsultasikan kepada psikolog,” ucapnya.

3. Pemerintah harus mendekatkan layanan konseling ke masyarakat

Penyebab Ruwat Aisyah Berujung Maut Menurut Sosiolog Kapolres, Kasatreskrim dan Kasubag Humas Polres Temanggung menunjukkan barang bukti kasus penganiayaan anak di bawah umur pada jumpa pers, Rabu (19/5/2021). IDNTimes/Istimewa

Tri mengatakan, tak semua masyarakat di desa mampu dan mau mengakses layanan konseling. Karena itu, pemerintah daerah perlu mendekatkan layanan konseling perihal pengasuhan atau parenting ke desa-desa.

Layanan itu bisa diperantarai lembaga seperti PKK atau institusi pendidikan formal seperti sekolah. Beberapa sekolah menyediakan fasilitas konseling agar antara sekolah dan orangtua terjalin kesepahaman untuk mencapai tujuan pendidikan anak.

"Sehingga ketika orangtua menemui persoalan parenting mereka larinya ke konselor, bukan ke dukun," ujar dia yang juga Wakil Dekan III Fisipol Unsoed.

 

Baca Juga: Ruwat Usir Genderuwo, Dukun Tenggelamkan Aisyah Sampai Mati

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya