Pasca Keracunan Makanan di Ponpes, Petugas Lakukan Sterilisasi

- 130 santri dirawat, pembelajaran diliburkan
- Kerja bakti massal untuk sterilisasi lingkungan pondok pesantren
- Bupati memastikan kasus tak ada hubungannya dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Banjarnegara, IDN Times - Kasus dugaan keracunan makanan yang menimpa ratusan santri Pondok Pesantren Modern Tahfidzul Qur’an Al Madina Modern Boarding School, Kecamatan Rakit, Banjarnegara, hingga kini masih menyisakan tanda tanya besar.
Sampel makanan sudah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Tengah, namun hasil pemeriksaan belum keluar.
"Hingga kini total ada 130 anak yang dirawat, terdiri dari 111 santri perempuan dan 19 santri laki-laki,"jelas Kepala BPBD Banjarnegara, Aji Piluroso, Kamis (18/9/2025).
1. Sambil menunggu uji laborat, beberapa santri dirawat sudah dipulangkan

Sekretaris Dinas Kesehatan Banjarnegara, dr Ery Rosita, menyebut seluruh santri yang sebelumnya dirawat kini sudah dipulangkan. "Alhamdulillah, tidak sampai terjadi fatal, semua anak bisa ditangani dengan baik,"ujarnya.
Meski begitu, kegiatan belajar santri masih diliburkan sementara. Pihak pesantren menerapkan pembelajaran daring sambil menunggu hasil uji laboratorium dari Semarang.
Hingga kini, kepastian penyebab ratusan santri mengalami gejala keracunan masih menunggu hasil uji laboratorium. Dinas Kesehatan Banjarnegara telah mengirim sampel makanan dan air minum ke Labkesda Jawa Tengah.
Sementara itu, masyarakat dan wali santri diminta tetap tenang dan menunggu hasil resmi. Upaya sterilisasi lingkungan pondok terus dilakukan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
2. Kerja bakti massal dilingkungan ponpes

Sedangkan Camat Rakit, Rakiwan menyebut untuk mengantisipasi penularan penyakit, Forkopimcam Rakit bersama BPBD Banjarnegara menggelar kerja bakti massal membersihkan lingkungan pesantren.
"Kami melakukan bersih-bersih bersama Dindikpora, dan BPBD membawa alat semprot disinfektan untuk sterilisasi ruang belajar maupun asrama," terangnya
Pihak sekolah menyambut baik langkah tersebut. Kepala SMP Muhammadiyah Al Madina, Slamet Hidayat, mengatakan sterilisasi penting dilakukan untuk menjaga kesehatan santri. "Kedepan kami juga akan membuat aturan baru agar santri tidak jajan di luar pondok pesantren,"tegasnya.
3. Bupati sebut kasus tak ada hubungannya dengan MBG

Peristiwa bermula pada Selasa (16/9/2025) ketika puluhan santri mengalami gejala mual, pusing, demam, hingga sakit perut secara bersamaan.
Sebagian besar dirawat di Puskesmas 1 Rakit, sementara yang lain menjalani rawat jalan. Karena jumlah pasien melonjak, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara bahkan menyalurkan velbed dan selimut untuk menambah fasilitas perawatan.
Sebelumnya, kasus ini turut menjadi perhatian Bupati Banjarnegara, dr Amalia Desiana. Ia memastikan dugaan keracunan yang terjadi bukan berasal dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah daerah. "Jangan sampai salah persepsi, kasus ini tidak ada hubungannya dengan program MBG,"ungkapnya.