Blora, IDN Times - Pelaksanaan kegiatan makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Blora disarankan untuk mengambil bahan baku dari para peternak lokal dan melibatkan para petani. Pasalnya, Blora memiliki banyak komunitas petani dan peternak terutama yang bersinggungan dengan warga Sedulur Sikep.
Komisi IX DPR RI Ungkap MBG di Blora Sebaiknya Libatkan Peternak Lokal

Intinya sih...
Pelaksanaan MBG di Blora disarankan untuk mengambil bahan baku dari peternak lokal dan melibatkan para petani.
Blora memiliki potensi besar untuk menjadi contoh nasional dengan merangkul unsur peternak maupun petani.
Keterlibatan peternak dan petani lokal dalam penyediaan bahan baku untuk SPPG akan mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan.
Blora bisa jadi contoh nasional manfaatkan kearifan lokal
Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto mengatakan dengan merangkul unsur peternak maupun petani, maka Kabupaten Blora memiliki potensi besar untuk menjadi contoh nasional yang melibatkan masyarakat secara aktif.
"Dari 73 dapur SPPG yang ada di Blora, potensi perputaran uangnya bisa mencapai sekitar Rp525 miliar per tahun. Jika seluruh kebutuhan bahan bakunya dipasok dari petani dan peternak lokal, maka manfaat ekonomi program ini akan langsung dirasakan masyarakat,” tuturnya dalam keterangan yang diterima IDN Times, Selasa (28/10/2025).
Edy Wuryanto beri contoh tradisi Sedulur Sikep
Pihaknya yang mengadakan FGD lintas sektor membahas MBG di Blora Senin kemarin juga menekankan keterlibatan peternak dan petani lokal dalam penyediaan bahan baku untuk SPPG tidak hanya memperkuat ketahanan pangan lokal, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan.
Edy pun mengambil contoh nilai-nilai Sedulur Sikep dari ajaran Samin Surosentiko, tokoh asal Blora yang dikenal menjunjung tinggi prinsip kesederhanaan, kejujuran, dan solidaritas sosial. Dalam tradisi masyarakat Samin, setiap tamu yang datang selalu dijamu dengan makanan terbaik.
“Semangat memberi makan kepada orang lain sudah menjadi bagian dari budaya kita jauh sebelum ada program pemerintah. Tentu bukan hanya formalitas. Seperti inilah yang perlu diangkat dalam promosi MBG agar masyarakat merasa bahwa program ini lahir dari akar budayanya sendiri,” katanya.
MBG akan lebih diterima warga jika dikaitkan budaya setempat
Dalam MBG ada semangat gotong royong, kepedulian, dan berbagi kepada sesama. Karena itu, dia mendorong agar promosi dan edukasi program MBG mengangkat tradisi dan kearifan lokal di setiap daerah. “Program ini akan lebih diterima masyarakat jika dikaitkan dengan budaya yang mereka kenal,” ungkapnya.
Meski begitu, Edy mengingatkan peran pemerintah daerah dalam memastikan rantai pasok berjalan baik. Dia menekankan perlunya pemetaan potensi pertanian dan peternakan agar produksi sanggup memenuhi permintaan tanpa menimbulkan gejolak harga.
“Kalau kebutuhan MBG meningkat tanpa perencanaan matang, bisa memicu inflasi daerah. Tapi kalau dikelola dengan baik, justru akan menciptakan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat Blora,” kata politisi PDIP tersebut.
Edy Wuryanto: MBG cerminan nilai luhur budaya kita
Lebih jauh lagi, ia menyebut, semangat MBG tidak berhenti pada penyediaan makanan bergizi bagi anak-anak, tetapi juga penggerak ekonomi rakyat. Program ini bisa menjadi penghubung kebijakan nasional dengan kekuatan ekonomi lokal.
“MBG ini bukan hanya program presiden, tetapi cerminan nilai-nilai luhur bangsa kita, menolong sesama dan memastikan tidak ada yang kelaparan,” tuturnya.
Edy berharap apabila Blora berhasil menjadi percontohan nasional pelaksanaan MBG berbasis kearifan lokal, maka menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengembangkan model serupa.
“Blora bisa menjadi ikon bagaimana program nasional dapat tumbuh dari akar budaya lokal. Dengan menggabungkan semangat budaya dan ekonomi rakyat, MBG akan menjadi gerakan yang menyehatkan generasi sekaligus menyejahterakan masyarakat,” kata Edy.