5 Trivia Nopia, Kue Kering khas Banyumas yang Manis dan Bikin Nagih

- Nopia adalah kue kering bulat dengan tekstur gurih di luar dan manis serta lembut di dalam, mirip bakpia
- Kue ini terdiri dari kulit renyah dan isian lembut yang dipanggang menggunakan gentong khusus, tersedia dalam berbagai rasa
- Nopia pertama kali dibuat pada tahun 1880-an oleh warga Tionghoa, dan sekarang menjadi oleh-oleh khas Banyumas dengan Kampung Wisata Nopia
Nopia bukanlah nama seseorang yang lahir di bulan November. Di Banyumas, yang disebut 'nopia' adalah kue kering berbentuk bola dengan tekstur yang gurih dan renyah di luar serta manis dan lembut di dalam.
Kue tersebut masuk 'Warisan Budaya Tak Benda' pada Oktober 2021 itu menjadi oleh-oleh khas Kota Satria, lho! Saking terkenalnya nopia di Banyumas, terdapat suatu kampung wisata yang isinya adalah berbagai industri rumah tangga yang membuat nopia.
Nah, kalian ingin tahu lebih lanjut mengenai nopia khas Banyumas? Yuk, simak artikel berikut ini!
1. Kue kering yang terkenal di Banyumas

Nopia adalah salah satu kudapan dari Banyumas yang berupa kue kering mirip bakpia. Bedanya, nopia punya bentuk bulat seperti telur dengan bagian luar yang renyah dan bagian dalam yang lembut dan manis.
Bagian luarnya yang renyah ini membuat nopia disebut dengan ndog gludhug atau telur petir. Ada juga nopia yang berbentuk lebih kecil yang disebut dengan mino atau mini nopia. Sementara itu, nopia dengan ukuran lebih besar disebut dengan telur gajah.
2. Terdiri dari kulit yang renyah dan isian yang manis dan lembut

Nopia terdiri dari dua bagian yaitu bagian kulit dan isian. Kulit nopia yang renyah tersebut tersbuat dari campuran tepung terigu, vanili, gula, dan air. Sementara itu isian nop yang lembut terbuat dari campuran tepung terigu, gula jawa, gula pasir, susu kental manis, minyak goreng, dan air. Seiring berjalannya waktu, isian nopia tidak hanya rasa gula jawa saja, tetapi juga ada yang rasa cokelat, stroberi, durian, dan pandan.
Adonan nopia dibentuk bulat sebesar ibu jari kemudian dipipihkan dan dimasukkan adonan isian nopia. Setelah diisi, adonan nopia tersebut dibulatkan kembali dan siap untuk dipanggang.
3. Dipanggang dengan cara tradisional yang unik

Alat panggang nopia terbilang menarik karena adonan nopia tidak dipanggang di oven melainkan di suatu gentong khusus. Gentong pemanggang tersebut menyerupai mangkuk yang bagian dindingnya dilapisi dengan susunan bata dan semen. Lapisan bata dan semen di gentong pemanggang masih dilapisi dengan anyaman bambu untuk menjaga suhu panas pemanggang.
Sebelum nopia dipanggang di gentong tersebut, ada proses penyiapan gentong pemanggang. Di dalam gentong pemanggang, dimasukkan kayu bakar atau arang yang dibakar. Kayu atau arang yang dibakar tersebut dibiarkan hingga apinya mati dan suhu di dalam gentong mencapai 45--50 derajat Celsius. Setelah api mati, kayu dan arang dikeluarkan dari gentong. Setelah itu, air dipercikkan ke dalam gentong dan didiamkan selama 15 menit hingga mencapai suhu yang diinginkan. Setelah suhu tercapai, kayu bakar dan arang dimasukkan kembali ke dalam gentong, dan gentong pun siap untuk memanggang nopia.
Nopia mentah yang siap dipanggang ditempelkan di dinding-dinding gentong pemanggang. Satu gentong tersebut dapat digunakan untuk memanggang sekitar 800 nopia. Nopia dipanggang sekitar 30 menit hingga nopia menggembung. Apabila nopia dipanggang terlalu lama, nopia bisa meletus. Setelah nopia matang, nopia dikerok dari dinding kemudian siap untuk didinginkan dan dikemas. meskipun tanpa pengawet, nopia bisa bertahan sekitar 2--3 bulan.
4. Diduga pertama kali dibua pada tahun 1880

Konon katanya, nopia pertama kali dibuat pada tahun 1880-an oleh seorang warga Tionghoa bernama Ting Sing Piang. Nopia dikenalkan kepada warga lainnya tanpa memandang etnis sehingga nopia pun mudah diterima oleh warga Banyumas yang lainnya.
Dari situ lah, industri-industri kecil pembuatan nopia mulai berkembang hingga sekarang. Desa Pekunden, Sudagaran, dan Kalisube merupakan desa-desa yang menjadi sentra pembuatan nopia.
5. Ada sentra produksi nopia di Desa Pekunden

Saking ikoniknya nopia dan mino di Banyumas, terdapat Kampung Wisata Nopia yang terletak di Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas. Kampung wisata tersebut merupakan sentra home industry pembuatan nopia dan mino yang telah berdiri dari tahun 2018.
Terdapat 21 industri rumah tangga nopia dan mino yang berada di Kampung Wisata Nopia Desa Pekunden. Pengunjung Kampung Wisata Nopia dapat melihat secara langsung proses pembuatan nopia yang unik serta berbelanja nopia dan mino. Tak hanya nopia dan mino saja, ada juga kudapan dan oleh-oleh khas Banyumas yang dijual di kampung wisata tersebut.
Tiket masuk ke kampung wisata itu adalah sekitar Rp20 ribu per orang dan sudah mendapatkan satu bungkus nopia. Untuk melihat demo pembuatan nopia dan mino, pengunjung harus mengeluarkan sekitar Rp150 ribu per sepuluh orang.
Demo pembuatan nopia dilakukan bergilir di rumah-rumah industri pengrajin nopia dan mino. Adanya kampung wisata tersebut selain dapat mengdeukasi masyarakat terkait dengan nopia dan mino, juga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan warga setempat.
Sebungkus nopia biasanya berisi 10 biji nopia dan dijual dengan harga sekitar Rp15 ribu. Sementara itu, mino biasanya dijual kiloan dengan harga Rp30 ribu per kilogram.
Renyah di luar dan lembut di dalam, nopia menjadi salah satu oleh-oleh yang harus dicicpi dan dibawa pulang setelah berkunjung dari Banyumas. Pastikan orang tersayang kalian juga ikut merasakan gurih dan manisnya nopia, ya!