Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cerita Lebaran Saat Kecil, Tak Sabar Ingin Segera Memakai Baju Baru

Ilustrasi salat Eid (Unsplash.com/@apyfz)

Lebaran atau Idul Fitri selalu membawa cerita berkesan setiap tahunnya. Mulai dari ibadah puasa, keribetan mempersiapkan pernak-pernik Lebaran hingga silaturahmi dan bermaaf-maafan yang emosional. Orang bilang urusan yang paling sulit yakni terkait muamalah atau hubungan sosial dengan sesama manusia, pasalnya butuh setahun sekali untuk bisa mengakui kesalahan dan meminta maaf, nah di momen Idul Fitri semua ego ditanggalkan, berani mengakui kesalahan dan meminta maaf.

Malam takbiran selalu jadi malam yang paling ditunggu-tunggu. Suara takbir yang bergema dari masjid dan bedug yang ditabuh ramai-ramai membuat suasana begitu meriah. Di desa, anak-anak kecil menggelar takbiran berjalan keliling desa menggunakan obor dan alat-alat bebunyian, raut kegembiraan terlihat di wajah mereka. Para orangtua berkumpul di masjid, bersama-sama mengumandangkan takbir, tahmid memuji kebesaran Allah SWT, para wanita masih sibuk mempersiapkan hidangan Lebaran untuk keesokan harinya. Pengalaman masa kecil, saking terlalu gembira menyambut Lebaran, malah susah tidur. Rasanya tidak sabar menunggu pagi datang, ingin segera memakai baju baru yang sudah disiapkan sejak beberapa hari sebelumnya. Baju baru itu masih terlipat rapi, dan masih terbungkus plastik, lengkap dengan peci dan sandal baru yang baunya masih khas toko.

Rasanya malam berlalu begitu lambat, pagi yang dinanti-nantikan tak kunjung tiba. Melirik jam binding ternyata masih pukul 02.30 WIB. Suara takbir dari langgar atau surau masih terdengar bersahut-sahutan. Ah... gak sabar rasanya menunggu azan subuh yang kemudian disusul terbitnya matahari. Pagi harinya, sebelum matahari terbit, aku sudah bangun dan langsung mandi. Suasana rumah ramai oleh suara ibu yang menyiapkan sarapan dan ayah yang mengingatkan kami agar segera bersiap. Pagi hari Idul Fitri rasanya indah sekali, tak perlu mendengar omelan ibu, kaki dengan enteng beranjak dari kasur menuju ke kamar mandi, air dingin di pagi hari terasa menyegarkan beda dengan hari-hari biasa yang rasanya berat sekali untuk mandi di pagi hari.

Dan saat yang ditunggu datang, baju baru untuk "berjuang" pun dipakai, berjuang untuk berkeliling ke tempat keluara, tetangga, keliling kampung mencari fitrah atau THR istilah kekiniannya. Setelah semua siap Kami sekeluarga berjalan kaki bersama tetangga menuju tanah lapang di dekat kampung untuk melaksanakan Salat Idul Fitri. Jalanan penuh orang, semua berpakaian rapi dan berwarna-warni. Setelah salat selesai, kami saling bermaaf-maafan, memeluk dan bersalaman satu sama lain.

Dan momen yang paling ditunggu dan dinantikan datang, berkeliling ke rumah saudara dan tetangga menjadi sesuatu yang menyenangkan. Ayah sibuk mengobrol tentang pekerjaan, hobby, ibu sibuk mencicipi kue-kue yang tersaji dan anak-anak kecil terlihat berlarian asik bermain di halaman rumah-rumah di pedesaan yang masih memiliki halaman yang luas. Kami bersilaturahmi, mencicipi kue kering dan opor ayam di setiap rumah yang dikunjungi. Tapi yang paling seru tentu saja saat menerima amplop kecil berisi uang THR dari para saudara. Semakin banyak rumah yang dikunjungi, semakin tebal dompet kecilku. Hari itu terasa sangat panjang tapi menyenangkan, penuh tawa, makanan enak, dan kebahagiaan yang sederhana tapi tak terlupakan.

Itu kenangan Lebaran masa kecil yang selalu membekas di hati. Momen yang dinantikan hingga mereka yang diperantuan rela menyisihkan uang untuk merasakan saat-ssat kebersamaan dengan keluarga. Momen mahal yang akan selalu dikenang hingga akhir hayat, semoga kebersamaan, silaturahmi, saling berbagi, semangat dan vibe Lebaran akan selalu bertahan sepanjang Zaman, tak tergerus modernisasi yang identik dengan sifat individualistis, cuek, acuh tak acuh dengan kondisi sekitar.

Share
Topics
Editorial Team
Bandot Arywono
EditorBandot Arywono
Follow Us